11 September, 2008

Bangun, Berzikir, dan Bacalah Basmalah!

Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani QS
Lefke, Siprus: 25 November 2001

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiimBismillaahir rahmaanir rahiimWash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin

Wahai Orang-orang yang tertidur—bangunlah dan lakukan zikir untuk Allah SWT, Daim Allah! (Maha Kekal Allah SWT). Ada dua macam tidur: yang pertama adalah tidur tanpa kesadaran (unconscious), dan yang kedua adalah tidur dengan sadar (conscious)…
Tanpa mengucap “Bismillaahir rahmaanir rahiim” sesuatu menjadi buruk, bagaikan tanpa kepala. Tidak mengucapkan Basmalah akan membuat kalian bersama Setan, bukan bersama Allah SWT. Siapa yang mengucapkan “Bismillaahir rahmaanir rahiim” berarti berujar, “Wahai Allah SWT, Aku memohon kepada-Mu untuk bersama dengan-Mu!” Sebab setiap krisis yang ada saat ini disebabkan karena orang telah lupa untuk mengucapkan Basmalah, dan karenanya mereka melupakan Allah SWT. Apa pun yang mereka lakukan tidak akan berhasil. Dan para malaikat mengutuk mereka yang meninggalkan Allah SWT. Ta’ziman wa taqdiran—betapa Allah SWT telah memberi kita suatu kekuatan dengan Basmalah! Kekuatannya tanpa batas, kalian dapat melakukan apa pun dengannya, dia adalah samudra kekuatan yang tak berujung… Tetapi orang-orang zaman sekarang lebih bergantung pada mesin-mesin dan mereka mengukur kekuatan mereka dalam daya kuda (horse power). Mereka menggunakan motor yang lebih kuat atau yang lebih lemah untuk mesin-mesin mereka, bergantung pada jenis aplikasi yang akan mereka buat. (Seperti itu pula) bergantung pada tujuan dan berapa banyak dibutuhkan, ketika seseorang menggunakan Basmalah, kekuatan akan dikirimkan dari samudra kekuatan tanpa batas. Karena itu ada beberapa orang yang mungkin bermain dengan dunia seperti bermain dengan suatu bola, ketika mereka mengucapkan Basmalah, atau malah mereka dapat membuat bulan untuk berputar dengan kekuatan spiritual mereka… Dia (Basmalah) adalah suatu sumber yang telah dibuka bagi kita. Siapa yang tidak mengambil darinya, tidak ada keberhasilan baginya, tidak akan memperoleh pertolongan.
Kekaisaran Ottoman pernah berkuasa selama 700 tahun. Kini orang-orang melenyapkan segalanya hanya dalam waktu 80 tahun… Untuk berkuasa bukanlah permainan seorang anak. Ottoman menghormati al-Quran Suci dan mereka salat dan berdoa… Kini mereka tidak tahu apa-apa lagi tentang agama dan keadilan atau kasih sayang. Mereka telah menyingkirkan Basmalah. Dengan hak apa? Dan kita adalah cucu-cucu dari Ottoman. Mereka (Ottoman) biasa menulis Basmalah di mana pun. Kini tidak ada lagi dasar atau fondasi. Semua jalan telah ditutup. Kekuatan yang membuka jalan dalam tarekat juga datang lewat Basmalah. Gunakan “Bismillaahir rahmaanir rahiim” untuk apa pun juga, tak peduli apa pun yang kalian lakukan, dan kalian akan selalu kuat! Jika tidak—baik Amerika maupun Rusia tak akan mampu menolong kalian… Jika segala sesuatu berlanjut seperti sekarang di negara ini (Turki), dalam waktu dekat mereka akan mencetak nota 50.000.000 Lira atau bahkan lebih dari itu… Tetapi kita berharap bahwa situasi tidak akan melebihi nota 20.000.000 Lira… Setelah 2002, peta dunia akan berubah… Kalian belum melihatnya sekarang—bagaikan langit ketika tertutup awan… Daerah Timur Tengah adalah daerah paling berharga di dunia—Syam (Syria, Damaskus, Yordan, Palestina) dan sekitarnya dipenuhi dengan Baraka, demikian sabda Nabi SAW, termasuk Baitul Maqdis. Peta dunia, negara-negara dan pemerintahan-pemerintahan akan berubah, dan orang-orang juga akan berubah, hingga Muharam. Saya menunggu tampilnya suatu kekuatan yang dahsyat, yang akan menghancurkan kufr dan zhulm.
Siapa yang memohon untuk melakukan kebaikan, mesti menggunakan “Bismillaahir rahmaanir rahiim”, sebagai individu pribadi, dan secara bersama, sebagai suatu bangsa. Jika tidak, kalian tidak akan mampu berbuat apa pun. Semoga Allah SWT mengaruniakan kita akhir yang baik. Kita mengucapkan Basmalah dan percaya kepada Allah SWT. Namrud pernah bertanya pada Nabi Ibrahim AS, “Di manakah bala tentara Tuhanmu?” “Tunggu saja, mereka tengah datang”, jawab Ibrahim AS, dan suatu awan hitam besar yang penuh dengan nyamuk mendekat, dan mereka menghabiskan seluruh pasukan Namrud… Itu adalah kehendak Allah SWT… Dan kemudian ada pula petir yang datang dari langit, mendatangi orang-orang… Datang, tetapi telinga tak dapat mendengar apa-apa, dan orang-orang berjatuhan mati…
Semoga Allah SWT menyelamatkan kita dari api…Ya Muhawli hawli wa-l ahwal, hawli haalina ilaa ahsani haal!

08 September, 2008

Dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda
“Bagi masing-masing ruas[1] dari anggota tubuh salah seorang di antara kalian harus dikeluarkan sedekah. Setiap tasbih (Subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (Alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahtil (Laa Ilaaha Illallaah) adalah sedekah, menyuruh untuk berbuat baik pun juga sedekah, dan mencegah kemunkaran juga sedekah. Dan semua itu bisa disetarakan ganjarannya dengan dua rakaat shalat Dhuha”. (HR Muslim)

Lalu bagaimana sholat Dhuha dilakukan? Sesungguhnya apa keistismewaan Shalat Dhuha
Apa hukumnya... lebih jelas klik disini

Shalat Tathawwu' (Shalat Sunnah)

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW. bersabda, "Sesungguhnya amalan seseorang yang pertama kali dihisab pada hari kiamat (kelak) adalah shalatnya, jika shalatnya sempurna, maka sungguh ia berbahagia dan berhasil; namun jika shalatnya tidak benar, maka sungguh ia menyesal dan rugi; jika amalan fardhunya kurang, maka Rabb Tabarakta wa Ta'ala berfirman, "Lihatlah, adakah hamba-Ku (ini) memiliki amalan sunnah!' Kemudian ia melengkapi kekurangan amalan fardhunya dengannya, kemudian diperlakukan seperti itu seluruh amalannya." (Shahih: Shahih Nasa'i no: 451 dan 452, Tirmidzi I: 258 no: 411 dan Nasa'i 232).

Lalu apakah amalan Shalat Tathawwu' (Shalat Sunnah) itu? Bagaimana hukum?
untuk lemgkapnya klik disini...

04 September, 2008

Kekuatan dari para Syekh

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiimBismillaahir rahmaanir rahiimWash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin

Rasulullah SAW sering berdoa, “Allahumma, la takilni ila nafsi tarfataini…Ya Allah, jangan tinggalkan aku dalam genggaman egoku walaupun hanya dalam sekejap mata.” Jika kalian mengikuti ego kalian, itu akan memisahkan kalian dari yang lainnya, membuat kalian sendiri bersama ego kalian. Merasa dan berpikir bahwa kalian sendiri, itu akan membuat kalian depresi; merusak kepribadian kalian, dan kalian berada dalam kondisi tanpa pertolongan. Kesepian adalah awal dari kesulitan dan penderitaan, baik secara fisik ataupun spiritual. Jika kalian sendirian, kalian tidak akan bisa berpikir jernih dan menyadari kebutuhan akan orang lain. Dan jika kalian berbicara dengan orang dan kalian tidak bersama Syekh kalian, sama saja seperti orang buta melempar batu, tidak mampu mencapai tujuan.

Untuk itu kalian harus memohon, “Wahai Syekhku, aku memohon untuk bersamamu, engkau bersamaku tetapi aku tidak bersamamu, aku akan mencoba bersamamu.” Jika hal ini bertemu, kekuatan akan mengalir. Semakin kalian bisa berkonsentrasi bahwa Syekh bersama kalian, semakin banyak kekuatan mengalir dari sisinya. Karena jika kalian bersamanya, itu berarti ia berada dalam diri kalian, dan kalian adalah Syekh kalian itu sendiri.

Ini adalah makna dari kebersamaan dengan Syekh… Kekuatannya akan mengelilingi kalian sebanyak kalian bersama dirinya, dan kalian akan meraih kekuatan yang tak terbatas, karena Syekh terhubung dengan Rasulullah SAW, dan Rasulullah SAW berada di dalam Hadirat-Nya.

Bersamalah dengan Syekh kalian, dan kalian tidak akan kehilangan kekuatan, pengetahuan, kebijaksanaan, kesabaran, bahkan hidup kalian, karena segalanya bersama dirinya. Kalian tidak akan pernah kesepian, bahkan jika kalian berada di lautan, ataupun di padang pasir, bahkan jika kalian hanyalah satu-satunya manusia di bumi ini. Kalian akan menjadi yang terkuat di antara orang-orang, dan jika seluruh umat manusia datang untuk menyerang kalian, kalian tidak akan merasa takut, karena kalian terhubung dengan sumber kekuatan sebenarnya. Jika seseorang menyentuh kalian, ia akan jatuh.

Kenyataan akan kekuatan ini akan membuat hidup kalian menjadi lebih mudah dan aman. Tidak perlu untuk takut jika kita mampu berkonsentrasi dengan Syekh, tetapi jika kita melupakan dirinya, putus asa, depresi, penderitaan, rasa takut akan datang kepada kita. Untuk itu bersamalah selalu dengannya, ke mana pun kalian pergi. Ia akan memimpin dan membimbing kalian dalam segala hal. Maka kalian akan mengerti apa artinya bersama dengan Rasulullah SAW, bersama dengan Allah SWT. Kalian akan mengalami fana… kalian akan lenyap dan Allah SWT akan muncul dalam diri kalian.

Mereka adalah orang-orang yang dimaksud oleh Rasulullah SAW, ”Jika kamu melihat diri mereka, maka kamu melihat Allah SWT.” “Jika kalian bersama Syekh kalian, setan tidak akan pernah menaklukan hati kalian. Dia tidak bisa memasuki hati kalian karena Syekh berada di hati kalian. Semoga Allah SWT membuat mudah bagi kita untuk selau berada bersama salah satu hamba-Nya yang berada di Hadirat-Nya… Fatiha...


Hubungan Hati
“Setiap saat kalian kehilangan kontrol akan diri kalian, atau kalian berada dalam situasi sulit, kalian bisa menghubungi hatiku dengan segera. Walaupun kalian hanya membayangkan diriku, maka itu cukup untuk membuka hubungan denganku, aku akan melihat dirimu. Koneksi ini akan menimbulkan sebuah kekuatan yang mengalir dengan cepat di antara kita, dan kalian akan terlindungi, ini seperti memasang steker pada tempatnya, agar teraliri arus listrik.”

dikutip dari buku From Dunya to Mawla, Sultan Awliya Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani QS

Tafseer Surat al-Fatiha (2)

Shaykh Hisham Muhammad Kabbani

Makna ar-Rajeem
Allah (swt) bersabda, Fa ‘idha qara*tal Qur*aana fasta@idh billahi min ash-Shaytaan ir-rajeem.” - “Maka jika kamu membaca al Quran, carilah perlindungan dengan Allah dari Shaytaan, yang terkutuk” [16: 98] Ash-Shaytaan, diberi imbuhan kata sifat ar-Rajeem.

‘Ar-rajeem’ adalah bentuk passive dari kata kerja ‘rajm’, dan itu dapat memiliki dua kemungkinan makna; yaitu ‘terkutuk’ atau ‘diusir, dibuang’ sebagaimana dalam sabda Nya, “dan Kami telah menjadikan mereka peluru (roket) untuk mengusir setan (devils)…” [67:5] Ar-Rajeem menunjuk kepada dia yang diusir keluar dari Surga. Siapapun yang telah diusir dari Surga adalah rajeem - terkutuk – layak menerima hukuman untuk perbuatan salahnya.


Kedengkian dan kebencian Shaytaan terhadap manusia
Guru Mursid kita Shaykh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani meriwayatkan bahwa sejak dari awal Shaytaan menentang Adam (as). Setelah Allah swt menciptakan Adam dari lempung (tanah liat), dan sebelum memberikan nyawa kepadanya, Azaazeel, sebagaimana dia disebut pada waktu itu, melihat ciptaan baru Allah. Dia memasuki bentuk lempung kosong itu melalui mulutnya dan menjelajahi hampir ke mana mana melintasi tubuh tak bernyawa itu, melalui semua nadi dan arteri, karena tubuh itu kosong. Dia berpikir dia akan dengan mudah menguasai manusia.

Para malaikat berkata, “Ini adalah ciptaan baru Allah Azza wa Jalla.” Shaytaan menghardik, “Betapa aneh – kalian diciptakan dari cahaya, saya diciptakan dari api, namun yang ini dibuat dari lempung. Pasti ada satu hikmah rahasia di belakang penciptaannya.”[1] Kemudian dia bertanya, “Wahai malaikat! Jika Allah memberi makhluq baru ini sebuah derajat diatas derajatmu, akankah kamu terima?” “Ya,” mereka menjawab, “Kami tunduk kepada perintah Tuhan kami dan kami akan menerima.” Shaytaan berkata, “Jika makhluq baru ini di taruh di atas saya, saya tak akan menerima. Dan jika dia tidak ditaruh di atas saya, saya tidak akan berbuat baik pada nya juga, saya akan menghancurkan dia.” Dan begitulah dia memohon ijin Allah untuk menghancurkan keturunan Adam (as).[2]

Dia berkata: "Berilah saya penundaan sampai hari mereka dibangkitkan kembali." [7:14] dan Allah mengabulkan nya: “(Allah) bersabda: "Jadilah kamu termasuk di antara mereka yang mendapat penundaan." [7:15]
Dia berkata: "Karena Engkau telah melemparkan saya keluar dari jalan, jadi! Saya akan menunggu mereka di jalan lurus Mu: Kemudian akan saya sergap mereka dari depan mereka, dari belakang mereka dari kanan mereka dan dari kiri mereka: Engkau tak akan mendapati, (dari) kebanyakan mereka, rasa terima kasih, (untuk rahmat Mu)."[7:16-17]


Keruntuhan Shaytaan – rasa sombong (arrogansi)

Seluruh perbuatan salah Shaytaan, yang menyebabkan dikutuknya dia oleh Allah, dan diakhiri dengan hukuman abadi, adalah hasil dari kesombongannya. Dalam penolakannya untuk bersujud dihadapan Adam (as), Shaytaan mengungkapkan bentuk tertinggi dari rasa bangga (diri), hubris – melihat dirinya sendiri sebagai yang terbaik, "Saya lebih baik dari dia: Engkau menciptakan aku dari api, dan dia dari lempung." [7:12]

Shaykh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani berkata:
“Megalomania (hasrat berlebihan untuk memperlihatkan kinerja yang megah) dan pemanjaan ego adalah penyakit spiritual yang paling banyak terjadi hari ini, nampak nyata dalam hampir setiap orang. Pada hakikatnya kemegahan dan keagungan, `adhamat wa kibriya, adalah milik Allah Sendiri.
“Orang dilahirkan ke dunia sebagai bayi dengan berat 5 kg; kemudian tumbuh mencapai tinggi kurang dari 2 meter. Setelah itu, mereka bisa menjadi berapa lebih besar lagi? Nabi (s) takjub akan kesombongan ummat manusia dengan berkata: "Manusia itu berada di antara air seni dan tinja, dua saluran yang mengeluarkan kotoran – bagaimana dapat dia begitu sombong, ketika setiap saat kotoran keluar dari dirinya?”

“Nabi (s) juga berkata “Saya duduk seperti seorang budak dan makan seperti seorang budak,” artinya dia s.a.w. duduk di tanah dan makan tanpa alat atau piring yang mahal. Kata kata ini harusnya cukup untuk merubah manusia menjadi insan yang sungguh sungguh, dan untuk mencegah mereka dari memaksakan penting-diri di Hadhirat Allah.
“Dalam paruh kedua Shahadat (Testimony of Faith), “Muhammad adalah Abdi Nya” (Muhammadan `abduhu) mendahului “dan Rasul Nya” (wa rasuluh), memperagakan bahwa maqam kerendahan diri dan pengabdian adalah paling utama dari semua maqam, karena bagi Nabi s.a.w. itu adalah kehormatan paling tinggi disebut abdi - `abd – oleh Tuhan nya.”

Para malaikat telah mengutuk Iblees, dan mereka melemparnya keluar dari Surga (Paradise). Mereka memperhatikan anak anaknya, dan sesiapapun yang datang untuk mengendap endap (mencuri dengar) di luar Surga dan men-(curi)-dengar - ‘istiraaq us-sama’. Untuk mencegah hal ini Allah membuat meteor – shuhub – dilemparkan kepada mereka dari langit (surga), mengejar Shaytaan dan anak anaknya, menghantam mereka dan menakuti mereka kabur dari Surga. Kamu melihat ini di langit malam sebagai ‘bintang tembak/ bintang jatuh (di Indonesia)’ runtuh, sebagaimana disebut di al Quran, “Dan sesungguh nya di langit Kami membangun istana bintang bintang, dan Kami mempercantik mereka bagi mereka yang memandang. Dan Kami telah menjaga nya terhadap setiap Shaytaan yang terkutuk, menghindarkan mereka dari mencuri dengar, dan mereka dikejar api menyala terang benderang.” [15: 16-18] [3]

Allah (swt) menggambarkan Shaytaan dengan banyak sifat (karakter) yang berbeda dalam al Qur’an. Kesemua sifat ini berada di dalam nama yang mencakup keseluruhan itu ar-Rajeem. Rajeem adalah sifat yang mencakup semua gambaran tentang Shaytaan. Ar-rajeem artinya demit/memedi yang paling buruk yang layak dihukum. Rajeem adalah gambaran lengkap tentang semua hukuman yang seseorang dapat membayangkan diterapkan atas ummat manusia atau jinn pada Hari Pengadilan. Semua Hukuman (`uqubaat) ini yang dimaksud dalam al Qur’an, dicakup oleh satu nama itu ar-rajeem. Shaytaan dan pengikut dan keturunan nya akan menjadi penerima siksaan paling buruk di neraka. Maka kita harus memohon Allah (swt) untuk melindungi kita dari tindakan dan tipu daya Shaytaan ir-rajeem.

Hakikat isti*adaha

Dikatakan bahwa hakikat tentang mencari pertolongan dan perlindungan Allah terhadap Shaytaan, haqiqat al-isti*adha, bukanlah hanya sekedar menyebutkan itu dengan lidah sebelum membaca al Quran. Hakikatnya harus dinyatakan dalam qalbumu, dengan kesungguhan yang total, sepenuhnya menolak Shaytaan melalui jalan masuk yang manapun ke dalam qalbu itu. Orang beriman harus memohon Allah (swt) secara murni, haalan, dengan kedekatan dan kehadiran, melibatkan seluruh raga dan dirinya, qalbu dan spiritual; fi*lan dengan tindakan; dan qawlan, dengan melalui lidah, bahwa Dia memberi mu perlindungan dari Shaytaan.
Ketika kita mengatakan “A*udhu billah min ash-shaytaan ir-rajeem”, kita sedang memohon Allah untuk melindungi kita dari pengaruh Shaytaan dan dari pengaruh ego kita, karena:
إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّيَ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“inna an-nafs la-ammaaratan bi-suwi illa man rahima rabbee.” – “sesungguhnya ego diri (seseorang) menginginkan untuk menyuruh (dia melakukan) jahat, kecuali yang padanya Tuhan ku menurunkan rahmat Nya.” [12: 53] Ego itu selalu terus menerus meminta kamu mengikuti Shaytaan, yang terkutuk, ditolak dan dikucilkan, mencari tak kurang dari yang menyebabkan kamu jatuh. “Illa man rahima rabbeee.” – “kecuali dia yang pada nya Tuhan ku memberikan rahmat.” Tidak termasuk mereka yang Allah mengkaruniakan rahmat Nya.

Bisikan Shaytaan

Shaytaan dan keturunannya dan pengikutnya menggunakan metoda bisikan dalam qalbu ummat manusia untuk mempengaruhi mereka kepada kejahatan:
فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَّا يَبْلَى
“Namun Satan membisikkan kejahatan kepadanya: dia berkata, "Ya Adam! Maukah kubimbing kamu kepada Pohon Abadi dan kepada sebuah kerajaan yang tak pernah membusuk?" [20:120] Pembantu Satan adalah ego yang hanya memikirkan diri sendiri, hasrat nafsu dan keduniaan: mereka ini adalah musuh besar kita. Barang siapa mencari kemenangan melawan pengaruh rendah begini pertama tama harus belajar mengendali kan kemarahannya.

Kemarahan

Shaykh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani berkata:
“Satu dari benih yang paling berbahaya, paling menghambat terhadap pengembangan spiritual kita adalah kemarahan yang dilahirkan oleh kesombong an ego kita. Ketika kemarahan meledak itu menenggelamkan cahaya iman, merubahnya menjadi api. Cahaya Iman adalah cahaya murni dari Allah, namun bila dia dirubah menjadi api, itu tak lagi bercahaya (menerangi), itu membakar – membakar dengan api Neraka, sabda Allah تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ “takaadu tamayyazu min al-ghayth” Sepertinya dia akan terbakar oleh kemurkaan (marah). [67:8]]
“Sebabnya kemarahan begitu sulit diatasi itu hanya karena dia merupakan bagian tak terpisah (intrinsic) dari raga fisik dan struktur spiritual kita. Kemarahan terkait dengan unsur api yang membentuk kita, yang adalah keseimbangan dari api, air, tanah dan udara.”

Tempat Tempat Terlarang bagi Shaytaan

Shaykh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani berkata:
“Hanya ada satu tempat yang Shaytan tidak masuk; adalah terlarang baginya untuk memasuki K'abah. Shaytan tidak dapat memasukinya, atau dia akan segera langsung terbakar atau dia akan segera terbakar – berubah menjadi abu. Demikian juga kuburan/makam Nabi s.a.w., turbatu-Rasul (s), dia tak dapat memasukinya karena dia akan segera menjadi abu. Namun tempat lainnya manapun yang tak terhitung banyaknya, dapat dimasuki shaytan.”

Nabi (s.a.w.) berkata (?), “Qalb al-mu’min bayt ar-rabb’ – “qalbu mukmin adalah Rumah Allah.”[4] Jadi seperti Rumah Allah di Makka, qalbu mukmin sejati adalah daerah terlarang bagi Shaytaan. Untuk mereka, dia tidak memiliki otoritas, segaimana dia sendiri nyatakan:
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ “(Iblis) berkata: "Maka, dengan Kuasa Mu, saya akan membuat mereka semua kejalan sesat,- Kecuali abdi Mu di antara mereka, yang bersungguh sungguh dan disucikan (oleh ar Rahman)." [38:81,82]

Dalam hal ini Shaykh Nazim berkata:
Allah lebih dekat kepada diri abdi Nya dari pada diri mereka sendiri. وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرء ِوَقَلْبِهِ – “Wa 'alamu anna Allahu yah.ulu bayna’l-marri wa qalbihi" – “dan ketahuilah bahwa Allah berada di antara sseorang dan qalbu nya.” [8:24] Jadi hanyalah melalui Pertolongan Nya lah, Syafa’at Nya lah dan Dukungan Nya lah Shaytaan dapat dicegah dari memasuki qalbu seorang pejalan (suluk).

Ucapan Arifin (The Gnostic) ‘A*udhu billah’

Seorang arif adalah mereka yang diberkahi Allah dengan Rahmat Nya, al-‘aarifeena billah. Mereka memahami batasan mereka, dan dengan itu Allah mengangkat mereka kepada level kewalian - wilaya. Ketika seorang arif, atau seorang yang secara spiritual telah sampai, berkata “A*udhu billahi min ash-Shaytaan ir-rajeem”, dia bermaksud, “Ya Allah, janganlah tinggalkan aku kepada siapapun kecuali Engkau.” Dia memohon untuk tetap berada dalam Hadhirat Allah dan untuk melindungi cinta itu dalam qalbunya.

Shaykh al-Haqqi menjelaskan:
“Isti`adhat il-`arif min ru’yati ghayrillah ta`ala.” Apabila seorang arif membaca A*udhu billahi min ash Shaytaan ir-rajeem dia memohon untuk tidak melihat apapun kecuali Allah Azza wa Jalla. Dia berkata, “Ya Tuhan ku! Perhatian ku dan harapan ku hanyalah Engkau.” Mendengar itu, Shaytaan segera kabur. Dikatakan, Fa inn-ash-Shaytaana yahrubu min nooril `aarif”, “Shaytaan lari dari Cahaya sang Arif.” Shaytaan lari karena Cahaya itu memancar dari Hadhirat Ilahi. Cahaya itu berasal dari Hadhirat 99 Asma di dalam qalbu sang `aarif. Allah telah melindungi sang ‘aarif itu, dan Shaytaan tidak dapat mendekatinya, jadi dia kabur.

Shaykh Isma`il al-Haqqi meriwayatkan cerita berikut ini tentang seseorang yang luar biasa rendah hati (pious) dari jaman dulu, bernama Aba Sa*eed al-Kharraas:
Abu Sa*eed melihat Iblees dalam sebuah mimpi dan berusaha untuk memukulnya dengan tongkat yang bisa dia gunakan berjalan. Shaytaan berkata, “Mengapa anda mengincar saya?” Abu Sa*eed berkata, “A*udhu billahi minash Shaytaan ir-rajeem,” dan terus berusaha untuk mengejarnya, mencoba untuk memukulnya dengan tongkat itu. Iblees berkata, “Ya Aba Sa*eed! Ana la ‘akhafu min al-`asa. Wa innama akhaafu min shu*aa’i shamsul ma*rifa.” - “Saya tidak takut akan tongkatmu tetapi saya takut seberkas sinar dari cahaya seorang arif.” Qalbu seorang arif adalah seperti matahari yang memancarkan banyak sekali berkas cahaya. Sebuah matahari ilmu (sang) arif memancarkan cahaya – cahaya yang ditakuti Shaytaan karena (cahaya) itu membakarnya dengan radiasi nya.

Memotong Pengaruh Shaytaan

Mursyid kami Shaykh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani menyatakan:
“Makna dari Shahada adalah untuk menghadapkan satu wajah kepada Allah dan menetapkan sebuah jarak dari Shaytaan – untuk memotong kaitan sesorang kepadanya, sehingga dia tidak lagi bisa mendekati. Untuk mengatakan ‘A*udhu billahi minash Shaytaan ir-rajeem’ mengingatkan kita akan hal itu, sehingga Shaytaan kehilangan harapan untuk menangkap kita lagi. Apabila dia mencoba mendekati, mengatakan, ‘A*udhu billahi minash Shaytaan ir-rajeem’ memisahkan kita dari nya.

“Jika seorang abdi Allah dapat mengulang ungkapan ini selama satu jangka waktu empat puluh hari setiap kali dia didekati oleh Shaytaan, Shaytaan akan meninggal kannya dan akan memberitahu pengikutnya untuk tidak mendekati abdi itu lagi, karena pada saat itu dia sudah hilang harapan untuk bisa mempengaruhinya lebih lama lagi.

“Setelah itu Shaytaan datang setiap empat puluh hari untuk menguji apakah dia bisa menguasai kembali kendali atas abdi Allah itu atau tidak. Dan apabila abdi itu mengenalinya dan mengatakan ‘A*udhu billahi minash Shaytaan ir-rajeem’ dia kabur lagi.

“Mengulang Shahada, pada sisi lain, berarti mengakui Kuasa Allah dan per-abdi- an kita – untuk mengakui hanya Dia saja; untuk hidup untuk Dia dan untuk bekerja bagi Dia. Seseorang tidak dapat memberi makan egonya dan pada saat yang sama menjadi abdi Allah.”

Apabila kamu mencari perlindungan kepada Allah dari Shaytaan yang terkutuk, kamu memohon Allah menjadikan Shaytaan sebagai musuhmu. Barang siapa menjadikan Shaytaan musuhnya, akan menjadi teman ar-Rahman, Maha Pengasih. Jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka Allah akan menjadi musuhnya dan Shaytaan temannya. Ini adalah keadaan paling buruk yang bisa dibayangkan bagi sebuah jiwa, dan kita memohon perlindungan Allah terhadap yang demikian itu.

Puncak dari ‘mencari perlindungan’ kepada Allah

Shaykh menjelaskan bahwa ‘Audhu billah’ berarti meninggalkan dan menolak secara sempurna (total) bantuan dan dukungan yang disediakan oleh makhluq; mengembalikan kepada Allah; tidak menyekutukan sesuatu apapun dengan Dia; hanya mencari bantuan Dia saja, dan dengan dukungan Dia. Ketika ‘A*udhu billah’ dibaca itu adalah sebuah permohonan untuk sebuah pertolongan (istighaatha) dan jalan dukungan, yang dicari hanya dari Allah Azza wa Jalla. Allah bersabda dalam al Qur’an Suci “fa-firru ila-Allah” - “Maka menghamburlah kepada Allah.” [51:50]. Ketika seseorang lari kepada Allah (swt), mohon ampunan Nya, dia harus bilang, “A*udhu billah. Ya Rabbi innee a*udhu bika minka” - “Ya Tuhan kami! Saya mencari perlindungan dalam Engkau dari Engkau.” Ini adalah permintaan perlindungan dari Allah (swt) oleh Allah (swt). Seseorang tak dapat mendekati Hadhirat Ilahi tanpa menunjukkan kepada Nya kerendahan yang sempurna, ke-tak-berdayaan sempurna dan dengan mengemis dukungan Nya dan mencari perlindungan Nya. Kita melakukan hal tersebut dengan membaca ‘A*udhu billah.’

Sayyidina al-Hasan (r), cucu Nabi (sa.w.), berkata “Man isti*aadha billahi *ala wajhil haqeeqati wa huwa maa yaqoolu bi hudoor il-qalbi” - “Jika seseorang mencari perlindungan kepada Allah (swt) bersungguh sungguh dalam qalbunya, dia akan dibawa kedalam Hadhirat Allah (swt)”

Itu artinya seseorang yang mencari perlindungan kepada Allah, dengan mengatakan ‘A*udhu billah’, sesungguhnya mencari maqam Ihsan dengan menujukan qalbunya secara total kepada Allah (swt). Ketika seseorang melakukan hal ini, Allah (swt) akan menjadi satu satunya sumber fokus, sasarannya dan satu satunya sumber dukungan. Pada saat itu dia tidak akan mengenali siapapun kecuali Tuhannya. Itu adalah maqam Ihsan, maqam al-ihsan, kesempurnaan diri. Maqam ini diuraikan dalam hadith Jibreel sebagai mencapai maqam di mana sesorang dapat, “beribadah kepada Allah seolah olah kamu melihat Nya dan kalau kamu tidak melihat Nya, [tahulah bahwa] Dia melihatmu.” [Ar:“an ta`budallah ka-annaka taraah wa in lam takun taraahu fa-innahu yaraak.”][5]

Shaykh Isma`il al-Haqqi berkata [buktikan], “Bi hudooril qalb It-taam. Ja*al Allahu bainaka wa bainash Shaytaani thalaatha mi’atin hijab.” – “dengan kehadiran sempurna dari qalbu, Allah akan menempatkan antara kamu dan Shaytaan 300 tabir, jarak antara tabir itu adalah jarak antara Langit dan Bumi.” Begitulah caranya Allah swt melindungi Aulia Nya. Para Nabi, al-Anbiya, tidak ada dosanya dan suci (ma`sumeeen) Awliya pada sisi lain, adalah mahfudheen – dilindungi dari berbuat dosa.

Pengakuan Shaytaan kepada Nabi (s.a.w.)

Ibn Abbas (ra) berkata,” kharaja an-Nabiyyu (s) dhaata yawmin min al-masjid fa ‘idha huwa bi Iblees. Fa qaala lahu’n-Nabiy (s), man alladhee ja’a bika ‘ila baab il-masjid? Ya Muhammad (s), ja’a bee Allah Qaal falimadha? Qaala li tas’alanee ‘amma shi’t. Fa kaana ‘awwalu shay’in sa’ala `anhu as-salaat. Ya mal*oon, lima tamna ummatee ‘an is-salaati fil jama*at? Ya Muhammad (s) ‘idha kharajat ummatuka ilas-salaati takhudha bil humma. Lima tamna` ummatee `an il-`ilmy wad-du*a? Qaala inna du*aihim yakhudhun is-saman wal `ama.. Lima tamna` ummatee *anil Qur’aan? *inda qira’atihim adhubu karrasaas. Lima tamna* ummatee *ala al-jihad. Idha kharajoo ila al-jihad yooda* `ala qadamee qairoon hatta yarji*oo. Wa idha kharajoo ilal Hajji usalsal wa ughallal hatta yarji*oo. Wa ‘idha hammu bis sadaqa, toota* `ala ra’sin malashi’ fatanshurnee kama yandu shalkasha

Suatu waktu, Nabi (s.a.w.) keluar dari masjid, dan ketika dia s.a.w. keluar, dia s.a.w. melihat Iblees mendekat. Nabi (s.a.w.) berkata, “Apa yang membawa kamu ke pintu masjidku?” Shaytaan berkata, “Saya datang atas [perintah] Allah (swt).”
Perhatikan disini bahwa bahkan Iblees beriman kepada Allah (swt) dan dia memegang tauhid (muwahhid). Jika Iblees adalah seorang beriman, mengapa dia tidak melakukan sujud (sajda) kepada Adam (as)? Itu adalah karena dia menolak untuk menerima (disuruh) sujud dihadapan siapapun lainnya. Karena kebanggaan dan kesombongan dia membangkang, dan untuk alasan itulah Allah (swt) mengutuknya. Namun meskipun Iblees membangkang Allah, itu tidak merubah kepercayaan (iman) nya kepada Allah (swt). Dia adalah muwahhid dan tetap seperti itu. Dia tahu bahwa Allah (swt) adalah Pencipta segala sesuatu, tanpa kongsi/serikat (partner).
Setelah Iblees berkata kepada Sayyidina Muhammad (s), “Saya datang atas [perintah] Allah (swt),” Nabi s.a.w. bertanya, “Mengapa?” Shaytaan menjawab,. “Agar engkau bertanya apapun yang engkau kehendaki.”

Disini itu artinya bahwa Allah (swt) memerintahkan dia mendatangi Nabi (s.a.w.), dan menaruh dirinya untuk diapapun oleh Nabi (s.a.w.). Dia percaya (beriman) bahwa Muhammad (s.a.w.) adalah Nabi (s.a.w.) Allah.

Ibn Abbas (ra) melanjutkan hadith tersebut:
Hal pertama yang ditanyakan Nabi (s.a.w.) adalah tentang Salaat. Nabi (s.a.w.) berkata kepada Iblees, “Mengapa kamu mencegah ummah ku shalat berjamah?” Iblees berkata, “Jika ummah mu, orang beriman, datang untuk shalat, saya mengalami demam dalam diri saya yang menyebabkan saya kehilangan diri sendiri. Demam (humma) itu tidak meninggalkan saya sampai para orang beriman itu berpisah.” Nabi (s.a.w.) bertanya, “Mengapa kamu menghalangi ‘ummah saya dari mempelajari pengetahuan (bersifat) Islam dan dari memanjatkan du*a?” Iblees berkata, “Jika mereka memanjatkan du*a dan mengangkat tangan mereka menuju Allah (swt), saya menjadi tuli dan buta.”

Dapat dilihat disini bagaimana Shaytaan mencoba mencegah kaum beriman dari memanjatkan doa dengan membisikkan gossip di telinga mereka, membuat mereka bingung. Dia membisiki mereka “Jangan percaya.” Dia melakukan ini karena doa mereka menjadikan dia sakit.

Ibn `Abbas melanjutkan:
Nabi (s.a.w.) bertanya, “Mengapa kamu mencegah ummah ku dari membaca al Qur’aan?” Iblees menjawab, “ketika mereka membaca al Qur’an, saya mencair sebagaimana timah mencair.” Jadi dia mencoba menghentikan mereka dengan segala cara yang dapat dia lakukan. Sayyidina Muhammad (s.a.w.) bertanya, “Mengapa kamu mencegah ummah ku dari jihad?” Iblees menjawab, “Apabila mereka pergi jihad, kedua kakiku dirantai sampai mereka pulang.” “Dan jika mereka pergi hajji, saya dilibat rantai sampai mereka pulang.” “Dan apabila mereka mau mengeluarkan sadaqa Allah membuat gergaji yang mendatangi saya untuk memenggal kepala saya”.

Itulah sebabnya tangan orang bergetar ketika mereka memberikan uang di jalan Allah. Shaytaan sedang mengincar mereka. Itu adalah alasan tambahan mengapa kita perlu mengatakan “A*udhu billahi min ash-Shaytaan ir-rajeem.”

Iblees, ash-Shaytaan ir-rajeem, terus menerus mencari penyebab kekacauan dan karena itu Allah memerintahkan, “Jadi jika kanu membaca al Quran, carilah perlindungan dengan Allah dari Shaytaan, yang terkutuk” [16: 98] Semua gambaran tentang tindakan Iblees yang diuraikan dalam hadith tercakup dalam sifat ar-Rajeem. Allah (swt) mengirim dia untuk menjawab pertanyaan Nabi (s.a.w.) agar supaya menjadi jelas bagi ummah.

Peran Shaytaan minimalnya adalah menyesatkan ummah dan membuat mereka meninggalkan jalan Allah (swt). Allah telah mengingatkan manusia tentang dia sehingga tidak terdapat harapan penyebab kebenciannya akan menghilang. Dia katakan padanya (manusia) untuk kafir (tidak beriman). Gagal disini, dia menyebabkan manusia untuk meragukan imannya. Gagal disini, dia menyebabkan manusia untuk melakukan tindakan pembangkangan. Gagal disini, dia menghalangi mereka dari tindakan kepatuhan dan pengabdian. Jika seorang beriman terselamatkan dari semua itu, dia merusak (mencemari) tindakan (amal) nya dengan melibatkannya dalam pamer (riya’) dan sombong (`ujub) dalam amalan kepatuhannya itu.

Kendali Shaytaan kepada anak cucu Adam

Lidah

Dalam sebuah hadith yang diriwayatkan dengan otoritas Anas ibn Malik (r) bahwa Nabi (s.a.w.) berkata, “Sesungguhnya Shaytaan menyelusuri (mengelilingi) dalam tubuh seperti sirkulasi darah”[6]

Shaykh Isma`il al-Haqqi menjelaskan tentang hadith ini dengan berkata, “Ash-shaytaan musallat `ala tabi`yyati Bani Adam” - “Shaytaan selalu disana, mengendalikan kelakuan (the nature) manusia.” Dia mengendalikan mereka dengan dua hal: hasrat makan (shahw al-mubattan), dan hasrat sex (shahwat al-mufarsh). Hanya cara cara inilah yang Shaytaan memiliki pengaruh. Untuk alasan inilah Nabi (s.a.w.) berkata, “man yadman lee maa bayna qaihi wa ma bayna fakhaihi, fa adman lahu al-janna” – “barangsiapa menjamin padaku apa yang berada diantara kedua rahangnya dan apa yang berada di antara kedua pahanya, aku akan menjamin padanya Surga.”

Hasrat untuk makan dipuaskan melalui mulut seseorang. Mata menggerakkan lidah [dengan keinginan] ketika hidung mencium makanan, dan tangan bergerak untuk menangkap apa yang diinginkan. Inilah shahwal mubattan – hasrat terhadap makanan. Kita berkelahi kerana makanan untuk dimakan. Ini adalah salah satu makna pentingnya menjaga lidah tetap selamat. Makanan dirasa oleh lidah hanya dari ujung lidah sampai ke belakang tenggorokan . Begitu melewati tenggorokan semua makanan sama saja. Beberapa pasien rumah sakit hanya dapat diberi makan menggunakan slang transfusi yang menghantarkan makanan langsung ke dalam sistem. Itu tidak memiliki rasa, namun pasien itu (bertahan) hidup. Pasien tidak merasa perihnya lapar. Hasrat itu terletak di lidah di dalam mulut.

Hasrat adalah apapun yang datang dan pergi dari mulut dan apapun yang berlanjut dari hasrat sexual, shahwat al-haraam, hasrat untuk yang terlarang. Untuk mengendalikan hasrat, hawa, adalah sebuah perjuangan melawan diri - jihad an-nafs. Dirimu tak akan pernah membiarkan kamu mengendalikannya. Itu adalah pertempuran berkelanjutan dengan mu. Lidah menghasratkan makanan terbaik - roti, daging dan beras.

Jadi langkah pertama dalam pergulatan dengan diri adalah melawan hasrat terhadap makanan. Kamu menginginkan makanan terbaik dengan berbagai jenis dan rasa. Jika kamu memiliki sepuluh jenis, kamu menghendaki dua belas. Mata selalu lapar. Untuk alasan itulah Grandshaykh kita biasa mengatakan, “satu satunya hal yang akan memenuhi kerakusan mata adalah debu” – artinya hasrat itu terus menerus ada sampai kamu masuk kubur. Mata menjadi lubang melalui mana hasrat masuk dan mencari, kesini dan kesana, adalah cara yang dengan nya ketidak puasan dan iri diberi makan. Menjaga agar mata tidak jelalatan dan memandang pada apapun yang berada di sekitar kamu adalah satu metoda yang kuat untuk mengendalikan hasrat lidah.

Nabi (s.a.w.) bersama Sahaba biasa makan kuahnya, bukan dagingnya. Tidak terdapat daging di dalam (yang dimakan) nya. Mereka biasanya mencelupkan rotinya ke dalam nya dan mereka bahagia, berkata, “Alhamdulillah, terima kasih Ya Tuhan kami untuk nikmat yang luar biasa ini.” Pada masa kini…. Sekarang kita dapat menyatakan terima kasih kita kepada Allah untuk berbagai jenis dan barakah di dalam makanan kita dengan cara memberi makanan kepada orang untuk dimakan. Mempersembahkan makanan kepada abdi Allah adalah sebuah bentuk shukr.

Kerakusan untuk mencicipi semuanya adalah yang disebut tama`, dan itu adalah `illat al-`illal – dasar dari segala masalah. Jika kamu tam`a, itu artinya kamu tidak lagi melihat Allah dihadapan kamu. Kamu hanya melihat bagaimana kamu dapat meraup harta apapun yang ada di hadapanmu. Jika kamu melihat sesuatu yang bagus, kamu mengingin kannya. Matamu tidak “penuh”, qunu` - tidak puas.

Sebuah contoh kecildari sifat seperti itu yang saya amati pada banyak orang, adalah ketika kamu diundang makan. Tuan rumah mungkin menyiapkan sepuluh atau dua belas hidangan yang berbeda dan meletakkannya di depan para tamunya. Dan tentu saja dia tidak dapat meletakkan empatpuluh hidangan di hadapan mu. Dia menaruhnya di samping. Jika ada satu hidangan di ujung lain – sesuatu yang sangat kamu sukai namun sangat jauh, seperti yoghurt itu segera tertangkap matamu. Mereka tidak penuh. Kamu mulai menyeru, “Berikan itu (pada) saya,” seolah hidupmu tergantung padanya.

Sunnah Nabi (s.a.w.) adalah untuk makan dari yang ada di depan kamu – jangan minta sesuatu yang jauh letaknya. Di hadapanmu mungkin terdapat sepuluh atau dua puluh hidangan yang berbeda. Namun bukannya mengambil yang di dekatmu,

Apa yang menghentikan itu? Tam`a datang lewat mata. Seorang buta tidak memiliki masalah demikian. Namun seorang kikir, bahkan jika dia buta pun, masih menginginkan segala sesuatu untuk diri sendiri. Rakus datang dari mata yang tidak penuh (kenyang).

Apa yang membawa kedamaian kepada mata, yang menyebabkan dia santai dan damai dan tidak menginginkan apapun? Itu adalah kematian. Debu. Tidak ada satupun yang mengenyangkan mata manusia, kecuali debu kuburan. Ketika kamu menyerahkan (menghembuskan) tujuh tarikan napas terakhir dalam sekarat, apakah kamu masih memiliki kerakusan pada saat itu? Pada saat itu, bahkan ketika mereka menawarimu pyramids apakah kamu akan menginginkannya? Bahkan kalau mereka menawari kamu rembulan, matahari atau bintang bintang kamu tidak akan peduli.

Terdapat aspek lain untuk mengendalikan lidah seseorang. Itu adalah menghindarkan bicara sia sia (al-hawa). Bicara apapun tidaklah memiliki nilai, atau berbahaya jika masuk dalam katagori berikut. Diantara bentuk jahat dari bicara adalah bergunjing atau gossip (ghiba), memaki (namima), menjelekkan orang (buhtaan), dusta (kadhib), menipu (ghish), sumpah palsu (?), melaknat (?), dan berbicara tentang sesuatu yang bukan urusanmu (maa laa ya’nee). Semua ini adalah manifestasi dari kejahatan yang berasal dari lidah di bawah pengaruh bisikan Shaytaan.

Jadi melarang lidahmu dari makan apa yang terlarang, dari bergunjing, dari merencanakan persekongkolan – kesemua ini adalah melalui lidah. Semua yang kamu rencanakan dan siasatkan melalui lidahmu, adalah dari shaytaan. Jika tidak dicegah , ego mu akan menjadi seperti burung merak, sombong. Itu adalah sifat Shaytaan, yang menolak bersujud dihadapan Adam (as). Begitu juga, di bumi Pharoah adalah contoh yang paling extreme, ketika dia menyatakan, “Saya adalah tuhanmu yang paling tinggi.” Dia tidak melihat siapapun lebih tinggi dari padanya.

Resep Shaykh untuk lidah

Satu cara untuk menggantikan adab jelek lidah dengan adab baik adalah untuk tetap
memanfaatkan lidah dalam mengingat Allah. Ini dapat dilakuakan dengan mengulang asma ul husna Allah, dalam mengagungkan Nya (tasbih), memuja Nya (tahmid), membesarkan Nya (takbir) dan tamjid (menggunkan Nya??) dan menyatakan ke Esa an Allah (tahlil). Juga boleh dengan membaca al Quran, shalawat Nabi (s.a.w.) dan berdoa (memohon) kepada Allah dengan cara berbagai du`a dan munajaat (percakapan intim dengan Allah) – itu semua disalurkan kepada kita dari Nabi (s.a.w.) juga yang dikaruniakan kepada Ummah melalui awliya Allah, seperti Dala’il al-Khayraat.

Ini sesuatu yang harus dilakukan dibawah petunjuk Shaykh yang qualified dan memiliki otoritas. Jika seseorang meresepkan dhikr dan bacaan untuk dirinya sendiri, dia seperti seorang pasien yang pergi ke apotik besar, meraup obat dari sini dan sana secara acak dan menggunakannya – tanpa ilmu tentang pengaruh mereka, ukuran (dosis) mereka atau efek sampingnya. Cara demikian mungkin berakibat bencana.

Dari satu kata al Quran seorang murshid at-tasfiyya autentik dapat menarik sembilan belas makna. Murshid dapat memberikan mureed nya untuk membaca satu kata seperti itu. Karena untuk setiap mureed terdapat sebuah rahasia dalam al Quran yang menyebutkan. “wa laa yaabis wa laa ratbin illa fee kitabin mubeen” Murshid itu tahu kata yang mana dari al Quran yang dimaksud untuk menjaga kamu dari jatuh ke dalam kegelapapan dan berakhir di neraka. Maka dia memberimu wird khusus dan khas (tertentu) untuk dibaca sehari hari. Seorang murshid sejati yang adalah seorang waliullah, tahu wird yang sesuai denganmu. Jika seseorang menyambung nyambung sebuah wird yang dibuat dari kode yang salah, itu tidak akan efektif dalam menyembuhkan penyakit spiritual kamu. Namun seorang murshid sejati akan membuat komposisi bacaan dari al Quran dan hadith Nabi (s.a.w.) untuk membersihkan sifat buruk pribadi kamu – yaitu yang akan membawamu ke neraka jika mereka tidak dibuang.

The Shari`ah terdiri atas 500 ma`muraat – perintah dan 800 manhiyaat – tindakan terlarang. Murshid akan membimbing kamu untuk mencapai semua 500 Perintah Ilahiah dan untuk menghindari melakukan yang manapun dari 800 amalan terlarang dengan cara pembacaan dari al Quran Suci dan hadith yang ditugaskan oleh Murshid kamu – untuk setiap pribadi terdapat kata (yang harus dibaca) yang berbeda.

Maka para pencari yang setia kepada resep dari guru spiritualnya, dan berpegang teguh pada praktek yang ditugaskan kepadanya baik melalui kemudahan ataupun kesukaran akan mendapatkan buah dari usahanya itu. Bersamaan dengan kemajuannya dalam dhikr dan bacaan, akan lebih banyak dan lebih banyak lagi maqam yang dikembangkan kedalam penampakan qalbunya. Bersamaan dengan kemajuan yang dibuatnya, shaykh nya mungkin tetap menambah dosisnya, sampai dia melakukan bacaan dan dhikr dengan jumlah angka yang banyak sekali setiap hari.

Ini tidak dicapai dengan cara biasa, tetapi adalah sebuah hadiah dari Allah dikenal sebagai Ta’i al-lisan – berkembangnya kekuatan dhikr. Ta’i al-lisan adalah seperti ta’i al-makan. Itu adalah kemampuan untuk membaca lebih dari kapasitasnya dengan menggunakan tenaga (energy) spirit.

Untuk membuat dhikr 24,000 kali sehari dapat dicapai dengan mengulang ulang ‘Allah, Allah’ dengan setiap hembusan dan tarikan napas. Menggunakan tasbih, kamu dapat mencapai 200,000 ulangan dengan cara kemampuan normal lidah. Tetapi untuk mengulang 700,000 kali sehari kamu memerlukan ta’i al-lisan. Dengan kekuatan tazkiyya dari seorang shaykh yang mendapatkan dari Nabi (s.a.w.), seseorang dapat mencapai mengulang “Allah, Allah” 700,000 kali dalam sehari.

Shaykh Sharafuddin bertanya, “Bagaimana itu mungkin bagi lidah untuk mencapai kecepatan sperti itu?” “Di bawah lidah”, dia menjelaskan, “Allah menciptakan sebuah urat darah (artery) yang tersambung langsung dengan jantung. Jika kegelapan disingkirkan dari lidah dan jantung, dengan cara kemajuan mureed dalam mengikuti perintah murshidnya, dia menjadi nurani, sebuah sumber cahaya. Pada saat itu dia bukan lagi (bagian) tubuh, atau lidah, yang membuat dhikr, namun kamu menggunakan cahaya, yang tersambung dengan langit (heavens). Apapun yang tersambung dengan langit (heavens) dapat melakukan hal hal di luar yang biasa. Pikiran tersambung dengan bumi, namun bila orang menjadi nuriyaaniyoon, maka hadith ini berlaku, “tidaklah langit tidak pula bumi yang dapat menampung (mewadahi) Aku, namun qalbu abdi Ku yang beriman mewadahi Aku.” Jantung (qalbu) yang demikian dapat melaksanakan keajaiban. Qalbu demikian dapat mengulang ‘Allah, Allah’ tujuh juta kali – bahkan 70 juta kali. Semua ini dihadiahkan kepada mereka yang mengikuti awliyaullah.

Hasrat Sexual

Shaytaan juga menggunakan kendalinya terhadap hasrat/birahi/gila terhadap sex (shahwatul farj).

Itu sendirinya adalah satu dari empat musuh utama anak cucu Adam a.s., hawa, dan sebagai demikian layak (dibahas) dalam sebuah buku seutuhnya. Namun cukuplah untuk mengatakan bahwa dengan cara hasrat sexual terlarang, terpicu antara lelaki dan perempuan, Shaytaan mencari (cara) untuk merendahkan manusia lebih rendah dari tingkat binatang. Untuk menekan gejolak ini sama sekali mungkin menimbulkan berbagai bentuk penyakit fisik, psychologis dan spiritual. Pada sisi lain, barang siapa meninggal kan kudanya merumput dengan bebas tanpa kendali, akan mengalami kehancuran diri (personal) spiritual nya, yang dari (keadaan) nya tidak mungkin sembuh kembali.

Barang siapa mampu mengendalikan aspek fisik yang kuat ini dari strukturnya ini, dan menahan terhadap yang terlarang, mungkin diganjar dengan maqam spiritual yang tinggi.
Maka, resep umum dalam Islam untuk para pencari/pejalan dalam mengendalikan aspek ini adalah menikah. Karena dalam pernikahanlah didapatkan kepuasan terhadap kebutuhan fisik yang tertanam dalam diri (inherent) dan dorongan alamiah, dibolehkan.

Allah bersabda, “Dan nikahlah kamu yang sendirian dan shalih di antara budak dan budak perempuan mu. Jika mereka miskin, Allah akan mencukupi mereka dari rezeki Nya. Allah memiliki banyak cara, Maha Tahu.” [24:32].

Ayat berikutnya menekankan perlunya menghindarkan hasrat sexual terlarang mengatakan, “Dan biarlah mereka yang tidak menemukan jalan untuk menikah jagalah kesucian,” sambil menekankan kebutuhan untuk akhirnya menikah ketika jalannya menjadi tersedia, “sampai Allah membuat mereka terbebas dari kebutuhan (karena tercukupi) dari rahmat Nya.” [24:33]

Nabi (s.a.w.), mengingatkan beberapa Shahabat yang bersumpah untuk tidak menikah, berkata, “Apa yang telah terjadi kepada orang orang ini bahwa mereka bilang begini dan begitu, padahal aku melaksanakan shalat dan tidur juga; aku melaksanakan puasa dan berhenti melakukannya; aku juga menikahi perempuan? Dan dia yang tidak mengikuti Sunnah ku, dia tidak ada hubungannya dengan ku.”[7]

Menurut hadith yang disebutkan di awal dari bagian ini, jika seorang mukmin dapat mengendalikan dirinya dalam dua bagian tubuhnya, hasrat lidahnya dan hasrat sexnya, maka dia digaransi mendapatkan Surga. Jika Shaytaan tidak dapat mengendalikan dua hasrat ini dalam diri manusia, dia tidak memiliki jalan untuk memaksa seseorang mengikutinya dan meninggalkan jalan Allah (swt). Ini adalah alasan lain mengapa kita harus mengatakan “A*udhu billahi min ash-Shaytaan ir-rajeem.”


Nabi (s.a.w.) terbebas dari pengaruh Shaytaan

Setiap manusia, kata Nabi (s.a.w.), memiliki satu titik dalam qalbunya di mana Shaytaan menetap/berbisik. Dalam hal ini, Nabi Allah, Sayyidina Muhammad (s.a.w.), berbeda dari seluruh manusia lainnya. Dia (s.a.w.) meriwayatkan bahwa sebagai seorang anak kecil, ketika sedang bermain dengan teman temannya, dua malaikat mendatanginya. Mereka membawa sebuah baskom emas yang terisi air Zamzam. Mereka membuka jantung (qalbu) nya, dan membuang sebuah gumpalan darah hitam dari jantungnya itu, sambil berkata bahwa itu adalah tempat Shaytaan dalam dirimu.’ Kemudian mereka membasuh jantungnya dengan air Zamzam dalam baskom emas tersebut. Kemudian mereka memasang jantung itu kembali dalam dadanya yang terberkati dan menutupnya lagi. Para perawi hadith ini meceritakan peristiwa ini kepada kita tidak berbeda dari operasi yang dilakukan para ahli operasi jantung pada hari ini, mengatakan “Saya melihat sendiri bekas jarum pada dadanya.”[8]

Hadith tentang shaytan nya Nabi (s.a.w.) menjadi Muslim.

Nabi Muhammad (s.a.w.) berkata:
Saya lebih kuat (superior) dibanding Adam dalam dua perkara, karena shaytan (devil) ku, meskipun tadinya kafir, (telah) menjadi satu Muslim dengan bantuan Allah dan para isteriku mendukung aku, tetapi shaytan Adam (as) tetap kafir dan isterinya membimbingnya ke godaan (temptation) .[9]

Shalat– perlindungan terhadap Shaytaan

Satu satunya hal yang dapat dilakukan seorang mukmin untuk menolong dirinya dari (pengaruh) Shaytaan adalah selalu menjaga shalat lima waktu nya. Dengan memperagakan simbol ketulusan ini terus menerus, Allah (swt) akan menolongnya, mengampunkannya dan melindunginya dari kendali Shaytaan. Nabi (s.a.w.) berkata, “Ketika panggilan shalat dikumandangkan Shaytaan mundur, lebih cepat dari angin, sehingga dia tidak mendengar adhan itu…”[10]
Dikatakan, “Wa *amman nafsu fa sababu islaahiha fa huwa salawatul fard.” – “cara paling baik dan satu satunya untuk membuat diri sendiri baik adalah melalui shalat fardhu lima waktu.”

Shaykh menceritakan tiga level berbeda ke shalat fardhu yang berfungsi sebagai sebuah pertahanan terhadap tipu daya Shaytaan. Pertama, dia gambarkan sebagai, “bi *abbil yad, bayna yadayh il-Malik ul-*Adham” – “ketika si peshalat meletakkan tangan yang satu di atas tangan lainnya dia berdiri dalam posisi hormat kepada Hadhirat Ilahiah dari Raja Diraja [Tremendous King] [verify].” Dalam beberapa ajaran (madzab) mereka menaruh kedua tangannya di atas dada mereka dan yang lain lagi menaruh tangan mereka di kedua sisi/samping tubuh mereka. Dalam kesemuanya itu terdapat tanda tanda disiplin dan hormat. Itulah sebabnya Allah (swt) memerintahkan abdi Nya untuk meletakkan tangan mereka di salah satu dari posisi yang tersebut tadi. Memposisikan tangan adalah cara bagi si peshalat untuk mempertahankan disiplin di Hadhirat Allah.

Shaykh menggambarkan dua level berikutnya sebagai, “Wa bir-ruku*i lahu wa bis-sujoodi lahu” – “ketika sang peshalat ruku [membungkuk) di hadapan Nya dan sujud kepada Nya.” Kesemua tiga level itu di dalam shalat adalah yang melindungi mukminun dari kendali Shaytaan.

Grandshaykh kita Abdullah ad-Daghestani meriwayatkan sebuah cerita dari kakek Guru [Grandshaykh] Abu Ahmad as-Sughuri. Dia terbiasa untuk meninggalkan segala sesuatu nya dan pergi ke masjid segera setelah mendengar suara Adhan. Satu waktu Shaytaan datang dan mengunjunginya dalam penyamaran. Shaykh as-Sughuri sedang membangun sesuatu, dan pada saat itu dikumandangkan adhan. Dia melepaskan batu bata yang baru saja akan diletakkan di tempatnya. ‘Wahai tuanku guru,’ berkata Shaytaan cepat cepat, ‘Mengapa kamu tidak menyelesaikan apa yang kamu sedang kerjakan? Mengapa terbutu buru? Saya anjurkan anda menyelesaikan dulu pemasangan batamu itu, karena akhirnya itu akan memudahkan kamu.’ ‘Dengar, siapapun kamu,’ jawab Shaykh as-Sughuri, pura pura tidak tahu tentang identitas tamunya itu, ‘Tidakkah kamu pergi ke masjid? Jika tidak, maka, jika kamu mau membantu saya dan mengerjakan sesuatu yang baik untuk saya, kamu melanjutkan memasang batu bata itu.' Tetapi Shaytaan cepat cepat mengatakan beberapa alasan (untuk menolak suruhan itu) dan Shaykh berkata kepadanya, ‘Karena kamu tidak datang untuk berbuat baik kepada saya, pergilah ke neraka.’”

Jika seseorang tetap melaksanakan shalat fardhu (fara’id) lima waktu, ini adalah sebuah senjata yang ampuh melawan Shaytaan. Jika seorang mukmin kemudian melanjutkan untuk memperbaiki diri sendiri, dengan melaksanakan shalat sunan, kekuatannya melawan Shaytaan akan naik. Jika dia menambah pelaksanaan nawafil itu , shalat sebelum dan sesudah fardhu, khususnya shalat malam (tahajjud), maka Shaytaan akan makin berkurang kemungkinannya untuk mempengaruhi abdi Allah itu.

Untuk alasan ini, Shaytaan secara khusus menentang shalat malam. Nabi (s.a.w.) berkata, “Shaytaan memasang tiga buhul (ikatan tali) di belakang kepala kalian ketika kalian tidur. Pada setiap buhul dia membaca dan menghembuskan kalimat berikut ini, ‘Malam masih panjang, jadi tetap tidur saja.’ Ketika seseorang terbangun dan mengingat Allah, satu buhul terurai; dan ketika seseorang mengambil air wudhu, buhul kedua terurai, dan ketika seseorang shalat maka buhul ketiga terurai dan orang itu bangun penuh semangat dengan qalbu bagus pada pagi harinya; jika tidak demikian dia bangun malas dan dengan qalbu jahat.”[11]

Karakter Shaytaan

Wahab bin Munabbih (r) meriwayatkan, “Ketika Nabi Nuh (as) turun dari kapal setelah banjir besar itu Iblees mendatanginya. Nabi Nuh (as) berkata kepadanya, “Ya Abu Ghadah – Ya laknat Allah (swt)! Sikap buruk apa yang mendorong manusia untuk mengikuti kamu?” Shaytaan berkata, “Manusia, yang mengikuti aku paling dekat, memiliki beberapa karakter/sifat. Mereka rakus (shaheehan), egois/kikir (hareesan), dengki (hasoodan), haus kuasa (jabbaaran) dan emosional (*ajoolan). Mereka yang memiliki karakter tersebut adalah serdaduku yang paling baik. Apabila saya menemukan mereka aku segera mengambil mereka sebagai pengikutku. Jika aku mendapati salah satu saja dari lima sifat tersebut dalam diri seseorang dia adalah shaytaanan maarida (shaytaans paling buruk). Orang demikian akan menjadi murid terbaik ku.”

Para mukminun akan melakukan kebaikan (bagi dirinya) untuk menghitung berapa banyak sifat setan yang dia miliki dalam dirinya. Yang pertama rakus (shaheehan), sifat orang yang selalu minta lebih [tak pernah puas]. Yang kedua adalah kikir (hareesan), tak mau berbagi apa yang mereka miliki. Yang ketiga adalah dengki (hasoodan) iri kepada semua orang yang memiliki apapun kekayaan, kepemilikan, keluarga dan bakat/fasilitas. Yang keempat adalah bersifat seperti fir’aun (jabbaaran), menekan orang lain dan mencari cara mengendalikan orang. Yang terakhir adalah emosional, *ajoolan. Mereka ini mengerjakan segala sesuatu tergesa gesa, menyebabkan mereka gagal sendirinya, setelah itu mereka mulai mengkritik, mengeluh dan menghardik orang lain.

Sebuah kontrak buruk

Shaykh Haqqi meriwayatkan:
“Wa fil-khabar, anna Iblees *alayhi al-la`na, yarfa*ud dunya kullu yawmin fi yadayhi fa yaqool, man yashtari ma yudirruh? Fa taqulu ashaab ud-dunya, nahnu” – “Setiap hari Iblees menggenggam seluruh dunya di tangannya karena Allah memberikan hal itu kepadanya.” Dia [setan] berkata, “Siapa yang suka apa yang menyakitinya dan apa yang tanpa manfa’at?”. Manusia dunya, (mereka yang menyenanginya), berkata, “Kami adalah yang akan mengambilnya.” Mereka inilah manusia paling buruk. Shaytaan berkata kepada mereka, “Jangan tergesa gesa! Aku tak mau mencurangi kamu. Hati hati, karena kamu mungkin akan mengalami akhir yang buruk!” Mereka menjawab, “Jangan khawatir, kami menyukainya!” Iblees berkata, “Thamanuha laysa bid-daraahim” - “Aku tak mau menukar uang dengan itu.” Para pencari Dunya menjawab, “Apa yang kamu minta sebagai gantinya?” Shaytaan katakan pada mereka, “Naseebakum min al-janna” - Kesempatanmu untuk memasuki Surga.”

Shaytaan menjanjikan mereka, “Aku akan memberimu dunya jika kamu berikan tempatmu di Surga.” Mereka menerima, dan menyerahkan Surga sambil berkata, “Kami tidak melihat Surga, kami hanya melihat dunya. Maka berikanlah itu kepada kami.” Setelah menukar dunya untuk janna dia katakan pada mereka, “Aku seperti kamu juga, karena aku menjual janna – aku berikan itu kepada Allah, kepada Adam, aku tidak menghendaki itu. Aku menerima empat hal: bi lana`tillah – kutukan Allah; wa ghadabihi – murka Allah; wa ‘adhaabihi – hukuman Nya; wa thaqi*atihi (dan Dia mengucilkan aku). Ini adalah harga yang dengannya aku jual janna. Kamu juga pemgikutku yang baik. Mari datanglah kepadaku.” Kemudian dia bilang kepada mereka, “Apakah kamu menerima hal itu? Apakah kamu mau berbagi apa yang telah dianugerahkan Allah untuk ku?” Mereka menjawab, “Kami menerima dari kamu karena kamu telah berbaik hati kepada kami.” Dia bertanya kepada mereka, “Apakah kamu berjanji bahwa kamu tak akan menginginkan janna?” Mereka menjawab, “Kami berjanji, karena ini [dunya] adalah janna kami, dunya adalah surga kami.” Ketika mereka menerima, Shaytaan berkata kepada mereka, Ba’isat at-tijaara – Kamu telah membuat perniagaan yang paling buruk. Aku mencurangi kamu,”

Menimbulkan ketakutan akan rezeki

Salah satu taktik favorit Shaytaan adalah melakukan gossip dalam qalbu mukminun mengenai kehidupan mereka, yang menyebabkan mereka khawatir terhadap suatu kehilangan rezeki.

Grandshaykh Abdullah ad-Daghestani biasa meriwayatkan sebuah cerita tentang seorang lelaki yang profesinya adalah berdagang permadani: Dia terbiasa secara patuh melakukan semua shalat, menutup tokonya ketika waktu shalat tiba. Dia biasanya menjual sekitar 100 lembar permadani setiap hari. Kemudian Shaytaan mendatanginya mengusulkan bahwa agar supaya meningkatkan penjualannya dia harus meninggalkan satu atau lainnya; Sunnah ini atau itu, agar supaya memiliki waktu lebih untuk menjual permadaninya. Namun pada akhir hari dia memperhatikan bahwa dia hanya menjual 80 lembar, bukannya 100 lembar yang biasanya dia capai, meskipun sudah ‘menghemat’ dua jam untuk menambah niaga [bisnis]nya. Maka hari esoknya dia meninggalkan shalat lebih banyak lagi, namun pada akhir hari, dia menghitung dia hanya menjual sekitar 60 lembar. Akhirnya dia berkata kepada kaumnya, ‘Ya hamba Allah, perhatikan! Terdapat sebuah pelajaran bagi kita dalam apa yang telah terjadi. Sepanjang kita menghormati perintah Allah, dan berpegang teguh padanya Dia membuat perniagaan kita mudah dan kita menghasilkan pendapatan cukup bagus. Tetapi begitu kita mulai mengabaikan shalat dan tidak lagi mengikuti perintah Nya, sambil mengira kita akan mendapat lebih banyak, penghasilan kita akan berkurang. Wahai para mukminun! Janganlah mengira apa yang kamu dapatkan itu adalah dari kamu, karena usaha kamu. Itu berasal dari malaikat penolong yang dikirim Allah untuk menolong kaum mukminun, yang tugasnya adalah untuk membuat sesuatunya mudah dan barakah.’”

Bisikan dalam shalat

Shaykh Isma`il al-Haqqi menceritakan, “Wa sui’la an-Nabiyu (s) *ala waswasat ish-Shaytaan. Faqaala As-saariqu la yatfuru baitan laisa feehi shayun fa dhaalika min mohid Iman Nabi (s.a.w.) ditanya mengenai gossip tentang Shaytaan di telinga para mukminun, dan dia berkata, “Seorang pencuri tidak akan memasuki rumah manapun di mana tidak terdapat barang untuk dicuri.”

Itu artinya bahwa Shaytaan tidak punya keperluan untuk memasuki jantung (qalbu) para kafirun. Tidak terdapat apapun yang tertinggal untuk dicuri. Shaytaan memburu jantung para mukminun, karena mereka penuh dengan barang berharga
`Ali bin Abi Taalib (ra) berkata, “al farqu bayna salaatina was salaati ahlil Kitaab, waswasat ush-shaytaan li annahum fara min ‘amaril kuffaar li’annahum waafaqu – Beda antara shalat kita dengan shalat para kafirun adalah bisikan dari Shaytaan. Bagi kuffar, dia tidak (dibisiki), karena mereka sudah setuju dengannya.” Ketika orang beriman berkata Allahu Akbar, Shaytaan berlarian mendatangi untuk gossip dalam telinga mereka. Pada sisi lain, kuffar sudah menjadi pengikutnya, jadi dia tidak memerlukan untuk mengejar mereka.

Ketika Muslims shalat, Shaytaan segera mendatangi untuk bergossip dalam telinga mereka. Dengan cara apapun yang dapat dilakukannya, dia berusaha untuk mengalihkan perhatian abdi itu dalam shalatnya. Nabi (s.a.w.) berkata, “Ketika iqama selesai diucapkan, Shaytaan datang kembali, sampai dia berada di antara seorang lelaki dengan dirinya dan berkata, 'Pikirkan ini dan itu, pikirkan begini begitu,' yang tidak mereka pikirkan sebelumnya, sampai lelaki itu tidak lagi tahu sampai di mana dia shalatnya."[12]

Seorang lelaki bertanya Sayyidina al-Qasim ibn Muhammad (r) berkata, "Khayalku bekerja dalam shalat, dan itu terjadi berkali kali kepadaku." Al-Qasim ibn Muhammad berkata, "Teruskan dengan shalatmu, karena itu tidak akan meninggalkan kamu sampai kamu pergi sambil berkata, Aku belum menyelesaikan shalat ku.'"[13]

Shaykh Haqqi berkata: “Wal mu’minoona yukhaalifoonahu wa yuhaariboonakum” – “ketika orang beriman berkata ‘Allahu Akbar’ dan Shaytaan datang, mereka mencoba mengabaikan gossip itu. Mereka katakan pada Shaytaan, “Kami tidak mau mendengar kamu.” Itulahlah bedanya shalat orang beriman dan kuffar.

Seorang lelaki dari Khorasaan (kini Iran) pergi ke Iraq untuk mengunjungi salah seorang `ulama tersohot pada jamannya. Orang itu mendatangi `alim itu dan belajari darinya 4,000 hadith hikma. Ketika memutuskan untuk pulang, dia minta ijin gurunya. Gurunya berkata, “Aku akan mengajarimu satu hal terakhir, sebuah hikmah terakhir – satu yang lebih besar dari apapun yang telah kamu pelajari sebelumnya.” Dia kemudian bertanya kepada muridnya itu, “Apakah kamu menemui Iblees di Khorasaan?” Khorasani itu menjawab, “Ya, tentu saja. Dia harusnya memang ada disana.”. `Alim itu bertanya, “Apa kamu pikir Iblees akan bergossip dalam telingamu ketika kamu pulang ke Khorasaan?” Murid itu menjawab, “Ya.” Gurunya berkata, “Apa yang akan kamu lakukan dengan gossipnya?” Murid itu menjawab, “Narudduhu” berarti, “Kami akan melemparkannya dari telinga kami, dan mengatakan padanya untuk kabur dan meninggalkan kami sendiri.” ‘Alim itu berkata, “Namun kalau dia bergossips lagi, apa yang akan kamu lakukan?” Lagi lagi murid itu menjawab, “Kami akan mengatakan kepadanya untuk pergi dan meninggalkan kami sendirian.” Maka orang bijak tadi berkata, “Subhanallah, dalam hal demikian Iblees telah menyentuh kamu. Kamu sudah akan gagal. Dia membahayakan kamu karena dia memutuskan kamu dari kepatuhan dan ibadah. Ketika kamu sibuk bilang padanya untuk meninggalkan kamu sendiri, kamu telah mengikuti dia. Kamu mendengarkan gossip nya. Kamu telah gagal dalam mencapai maqam abdi superior.” Murid itu bertanya, “Jadi apa yang harus kami perbuat?” Guru itu berkata, “Jangan menyibukkan dirimu dengan mengatakan kepadanya untuk meninggalkan kamu sendiri. Bersamalah dengan dia sebagai seorang asing; seorang yang tak saling kenal. Janganlah berikan paanya telingamu. Carilah perlindungan kepada Alllah (swt). Jangan bercakap dengan Shaytaan. Dia itu dilaknat. Katakan ‘A*udhu billahi min ash Shaytaan ir-rajeem.’ Dia hanya satu dari antara anjing anjing. Semoga Allah (swt) melindungi kita dari perbuatan jahatnya dan dari bahaya yang ditimbulkannya.[14]

Maqam qalbu dan perlindungan terhadap Shaytaan….

Wa min Allahi at-Tawfiq.


-------catatan------------------------------------------------------------------------------

[1] Dilaporkan dari K`ab al-Ahbar, diriwayatkan dalam al-Kisa’i’s Qisas al-anbiya.
[2] Qisas al-anbiya.
[3] “Lha! Kami telah menghiasi langit terendah dengan dekorasi, planet planet; dengan pengamanan terhadap setiap setan yang mendekat. Mereka tidak dapat mendengar Pimpinan Tertinggi (Highest Chiefs)[mala’ il-`alaa] karena mereka diserang dari semua arah, Dikucilkan, dan bagi mereka siksaan abadi; kecuali dia yang menjambret sejumput, dan dia dikejar oleh api yang tajam (laser?).” [37:6-10]
Juga,“Dan sesungguhnya Kami telah mempercantik langit bumi dengan jentera (lampu), dan Kami telah menjadikan mereka peluru bagi setan, dan bagi nya Kami telah menyiapkan akhir dalam api.” [67:5]
[4] Imam al-Ghazali, Shaykh Suhrawardi. [?]
[5] Sahih Muslim, Book 1, #1.
[6] Sahih Muslim, Book 26,#5405.
[7] Sahih Muslim, Book 8, #3236.
[8] Sahih Muslim, Book 1, #311.
[9] ?
[10] Muwatta Malik, Book 3, #3.1.6. Sebuah hadith sejenis diriwayatkan dalam Bukhari, Vol. 1, Book 11, # 582.Teks penuh dari Muwatta: Yahya menceritakan kepada ku dari Malik dari Abu'z-Zinad dari al-Araj dari Abu Hurayra bahwa Rasul Allah, s.a.w., berkata, "Ketika panggilan shalat dikumandangkan Shaytan mundur, lebih cepat dari angin, sehingga dia tidak mendengar adhan itu. Ketika adhan itu selesai dia kembali lagi, sampai, ketika iqama diucapkan, dia mundur lagi. Ketika iqama selesai, dia kembali lagi, sampai dia berada di antara seseorang dengan dirinya dan berkata, 'Pikirkan ini dan itu, pikirkan ini dan itu,' yang tidak dia pikirkan sebelumnya, sampai orang itu tidak tahu lagi sampai berapa banyak (sampai dimana) shalat nya itu."
[11] Sahih Bukhari, Vol. 2, Book 21, #234.
[12] Muwatta Malik, Book 3, #3.1.6. A similar hadith is related in Bukhari, Vol. 1, Book 11, # 582.
[13] Muwatta Malik, Book 4, #4.1.3.
[14] Arabic: Innahu kalbun min al-kilaabi. `Asimanallahu wa iyyaakum min kaydihi wa min sharrihi.

Manfaat Puasa Dari Segi Kesehatan

Ditulis oleh Cahya
Senin, 01 September 2008 06:02

Marhaban Ya Ramadhan……
Bulan Ramadhan datang lagi, tiba waktunya bagi seluruh umat Islam di dunia untuk menjalankan ibadah puasa. Ya, di dalam Islam puasa termasuk ibadah yang mendidik jasmani maupun rohani. Puasa ialah meninggalkan makan, minum, merokok dan segala yang membatalkannya dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Dalam Hadist pun dikatakan “ Berpuasalah niscaya kamu menjadi orang sehat “. Puasa Ramadhan yang dilakukan oleh umat muslim selama 30 hari memang penuh makna, selain menunaikan rukun Islam ke-3 puasa pun memilki manfaat bagi kesehatan. Di bulan suci ini umat Islam melakukan ibadah yang amat mulia, menumbuhkan empati dan kesadaran sosial melalui infak dan sedekah, menempa diri dengan meredam amarah serta mengekang hawa nafsu. Puasa pun menjadi ibadah yang paling nikmat dilakukan oleh semua umat muslim di dunia.Segunung Manfaat PuasaSelain dari sisi religi, berpuasa dari sudut kesehatan pun memiliki banyak manfaat. Dalam perkembangan dunia kesehatan, puasa sebagai terapi untuk mengatasi gangguan kesehatan semakin banyak diteliti. Para peneliti mengaitkan puasa dengan tujuan mengendalikan stress juga penyakit lain seperti hipertensi, kardiovaskuler, ginjal juga kanker.

Dengan berpuasa ada beberapa manfaat yang bisa dipetik antara lain memberi kesempatan pada alat pencernaan untuk beristirahat, membersihkan tubuh dari racun dan kotoran yang menumpuk dan merusak kesehatan, ,menyeimbangkan asam basa tubuh, memperbaiki fungsi hormone yang diperlukan dalam berbagai proses fisiologis dan biokimia tubuh, serta meremajakan sel –sel tubuh. Peremajaan sel-sel tubuh saat berpuasa organ pencernaan dan organ lainnya berada dalam posisi rileks sehingga kesempatan untuk memperbaiki selsel yang rusak juga menjadi lebih baik, selain itu fungsinya juga lebih meningkat. Hasilnya, ibadah puasa tuntas,tubuhpun jadi lebih sehat. Selama berpuasa lebih kurang 14-15 jam tubuh tidak mendapat suplai makanan dari luar. Para ahli mengatakan selama waktu tersebut tubuh akan menggunakan cadangan energi yang masih cukup untuk melakukan aktifitas, yaitu glikogen yang berasal dari makan yang mengandung karbohidrat.

Sahur & Berbuka
Siasati puasa dengan sahur dan berbuka yang tepat agar hari-hari yang dijalani saat berpuasa tetap bermakna. Tips-tips berikut kiranya dapat digunakan :

  1. Sahur
    Makan sahur jangan berlebihan
    Makan dengan menu beragam & gizi yang cukup
    Hindari mengonsumsi makanan instant
    Kurangi makanan yang mengandung garam tinggi
    Minum air putih yang cukup saat sahur dan menjelang imsak
    Hindari minum manis berlebihan
    Minum food supplement
  2. Berbuka
    Berbukalah dengan kurma & air putih
    Hindari minuman dingin / es / minuman bersoda
    Makan bertahap & perlahan
    Beri waktu 0.5-1 jam sebelum menyantap hidangan utama
    Bagi penderita sakit lambung hindari makanan: Ketan,mie,sayuran mentah berserat,bumbu yang tajam
    Karena dapat meningkatkan produksi asam lambung.
    Minum food supplement

Dikutip dari : http://www.luxor.co.id

02 September, 2008

Industri Minyak di Dunia Islam

Pada abad ke-9 M, ilmuwan Muslim bernama Muhammad Al-Razi (864- 925)telah berhasil memproduksi minyak tanah untuk lampu dan pemanas. Dunia Islam dikenal memiliki cadangan minyak yang melimpah ruah. Dari dulu ingga kini negara-negara Muslim di kawasan Teluk dan Semenanjung Arab menjadi produsen minyak terbesar di dunia. Tak heran, jika anggota Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) didominasi negaranegara Muslim, seperti Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, Qatar, serta Uni Emirat Arab.

Industri minyak di dunia Islam telahdimulai sejak abad ke-7 M. Dr A Zahoor dalam tulisannya berjudul uslims and the Oil Industries mengungkapkan, era minyak di dunia uslim diawali dengan kisah penghianatan. Guna mematahkan perlawanan aum Muslim yang hendak menguasai Konstantinopel, Kaisar Constantine IV memerintahkan panglima tinggi militernya untuk bekerja sama dengan seorang penghianat dari Damaskus dalam sebuah operasi rahasia.
Pasukan Constantine akhirnya mampu mengalahkan perlawanan tentara Muslim dengan senjata berteknologi minyak yang diciptakan para ilmuwan dari DinastiUmayyah pada tahun 680 M. Peristiwa itu menandakan bahwa umat Islam diera kekhalifahan sudah menguasai teknologi pe ngo lahan minyak. Sebuahpencapaian teknologi yang sangat tinggi pada zamannya.

Sejatinya, menurut Zahoor, manusia kuno yang tinggal di dunia Islam seperti Kuwait, Irak, Iran dan Azerbaijan, Turkmenistan dan Uzbekistan sudah mengenal minyak dan gas. "Orang Mesopotamia yang pertama kami membangun beberapa peradaban telah mengenal minyak mentah yang berasal dari sumur alam," ungkap Zahoor. Sebuah manuskrip Akkadian bertarikh 2200 SM menyebut minyak mentah dengan istilah naptu -- berasal dari bahasa Arabyakni naft.
Saat pasukan tentara Muslim tiba di Irak dan Persiasekitar tahun 640 M, di kedua wilayah itu ditemukan ratusan lubangsumur minyak yang terbuka. Menurut catatan sejarah, mulai abad ke-10 M,Provinsi Faris di Persia telah menyumbangkan hampir 90 metrik tonminyak setiap tahunnya untuk bahan bakar lampu di istana khalifah.Sejarawan Muslim, Ibnu Adam menceritakan permintaan dan kebutuhanminyak di era kekhalifahan begitu tinggi.

Akibat tingginya kebutuhan akan minyak membuat gubernur Arab di Irak Utara menghentikan penarikan pajak minyak dan merkuri. Kebijakan itu dilakukan sebagaisebuah insentif agar produksi minyak dari wilayah itu bisa semakintinggi. Sejarah mencatat, sejumlah sumur minyak yang luas telah mulaidioperasikan di Irak dan wilayah se kitarnya pada abad ke-8 M
Sumur minyak yang paling strategis dan penting berada di Dir al-Qayyara ñ dekat kota Mosul. Sumur minyak itu mendapat penjagaan yang ketat pada siang dan malam dari tentara kekhalifahan.

Pada era itu, umat Islam tak hanya mengeksplorasi minyak. Peradaban Islam pada masa itu juga mulai menggunakan aspal untuk menghaluskan jalan-jalan di kota-kota utama. Di awal abad ke-13, ahli geografi bernama Yaqut secara gamblang menjelaskan bagaimana umat Islam menciptakan aspal dan menggunakannya untuk menghaluskan jalan. Perabadan Islam menggunakan aspal jauh lebih dulu dibanding kan peradaban Barat. Eropa pertama kali mengenal dan menggunakan aspal pada abad ke-19 M. Yakni, saat jalan di kota Paris berlapiskan aspal pada tahun 1838.

Sejarawan Muslim dari abad ke-10 M, Al-Mas'udi mencatat ten tang ladang-ladang minyak yang tersebar luas di daratan negeri Muslim. Sang sejarawan menyaksikan sumur-sumur minyak ter serak di Sicilia, Oman, Hadramaut, Irak, Persia, Turkmenistan, Taskent, India dan di wilayah Pulau Sumetera. Ia begitu takjub dengan jumlah minyak yang diproduksi negara negara Muslim, kala itu. Ia menyebut negeri-negeri itu sebagai bilad al-naffata alias `negeri minyak'.

Kekhalifahan Islam mulai menerapkan pajak minyak pada saat Khalifah Abbasiyah, Al-Mansur (754-775) memberlakukan pungutan atas produksi minyak. Itulah pajak pertama yang diberlakukan atas produksi minyak dan hingga kini masih tetap berlaku di seantero dunia. Begitu melimpahnya produksi minyak yang dihasilkan, Kekhalifahan Abbasiyah yang berpusat di Baghdad mengangkat wali al-naft atau pengelola minyak di setiap daerah yang memproduksi minyak.

Pada abad ke-9 M, ilmuwan Muslim bernama Muhammad Al- Razi (864-925) telahberhasil memproduksi minyak tanah untuk lampu dan pemanas.
Dalam kitab yang ditulisnya berjudul Kitab Al-Asrar- Rhazes begitu orang Barat menyebutnya ñ telah mengungkapkan dua metode penyulingan untuk membuat minyak tanah. Metode penyulingan pertama menggunakan tanah liat dan yang kedua menggunakan ammonium khlorida.

Penyulingan itu dilakukan berulang-ulang sampai hasil sulingan benar-benar bersih dan amat digunakan untuk lampu. Minyak tanah bisa digunakan apabila pecahan hidrokarbon sudah menguap. Minyak tanah untuk lampu telah digunakan perabadan Muslim di zaman keemasan lebih dari 1.000 tahun sebelum masyarakat Barat mengenalnya. Itu berarti negeri-negeri Barat masih dicengkram gelapgulita, ketika kota-kota Islam bertabur cahaya di waktu malam.

Pada abad ke-10, kota Cordoba -- Eropa Muslim – telah terangbenderang di malam hari. Di era kepemimpinan Khalifah Abdurrahman II (912-976), Masjid Cordoba saja diterangi 4.700 lampu dan menghabiskan minyak sekitar 11 ton per tahunnya. Para sejarawan juga melukiskan, jalan-jalan di Cor doba yang mulus dan licin pada malam hari terang-benderang bertaburkan cahaya lampu.

Proses penyulingan yang digunakan untuk memproduksi minyak tanah sudah mulai sempurna pada abad ke-9 M. Minyak tanah di dunia dikenal dengan nama naft abyad atau minyak putih. Seorang sarjana terkemuka dari Persia di abad ke-15 M, Abu Tahir Al-Fayruzabadi dalam catatan perjalannya berjudul Al- Qamus Al-Muhit menuturkan bahwa minyak terbaik adalah minyak putih.

Sang pengembara itu juga menuturkan bahwa minyak tanah untuk bahan bakar lampu pada masa itu telah dijual bebas, laiknya obat. Abu Tahir juga mengungkapkan bahwa industri minyak sudah berjalan dengan pesat. Begitulah dunia Islam memulai produksi minyaknya di abad ke-7 M. Hingga kini, dunia Islam masih menjadi produsen utama minyak bumi alias bahan bakar fosil.
Sang Penemu Metode Produksi Minyak Terlahir di Rayy, Provinsi Khurasan dekat Teheran tahun 864 M, Al-Razi dikenal sebagai seorang dokter dan ahli kimia yang hebat. Sejatinya, ilmuwan Muslim yang dikenal Barat sebagai Rhazes itu bernama lengkap Abu Bakar Muhammad ibnu Zakariya. Al-Razi muda yang dikenal amat gemar memainkanharpa sudah mulai jatuh hati pada ilmu kimia.

Ia menimba ilmu dari Ali ibnu Rabban al-Tabari (808 M) - seorang dokter sekaligus filosof. Sang gurulah yang telah melecut minat Rhazes untuk menekuni dua bidang ilmu yakni kedokteran dan filsafat. Hingga kelak, dia menjadi seorang filosof, dokter dan ahli kimia yang amat populer di zamannya.

Al-Razi merupakan ilmuwan yang sangat produktif. Tak kurang dari 200 buku berhasil dituliskannya. Kitabnya yang paling terkenal dan fenomenal adalah Kitab Al Mansur, Kitab Al Hawi, Kitab Al Asrar atau `Kitab Rahasia'. Dalam ìKitab Rahasiaî itulah Al-Razi melahirkan terobosan yang mencengangkan, yakni dua metode untuk memproduksi minyak tanah atau minyak lampu.

Metode pertama untuk memroduksi minyak tanah yang ditemukan Al- Razi adalah dengan menggunakan tanah liat sebagai penyerap. Sedangkan, metode kedua menggunakan ammonium khlorida.

Penyulingan minyak dengan kedua metode itu dilakukan secara berulang-ulang sampai hasil sulingan benar-benar bersih dan amat digunakan untuk lampu. Minyak tanah bisa digunakan apabila pecahan hidrokarbon sudah menguap.

Sejarah juga mencatat bahwa Al- Razilah-lah, Ilmuwan pertama yang mengungkapkan minyak tanah untuk lampu atau naffatah. Minyak tanah temuannya itu digunakan untuk bahan bakar pemanas dan penerangan alias lampu. Kitab Al-Asrar yang ditulisnya telah digunakan industri lampu minyak dari zaman ke zaman.

Selain sebagai ahli kimia, Al-Razi banyakmemberi kontribusi dalam ilmu kedokteran. Penguasannya yang amat luasdan mendalam dalam kedokteran telah membuat namanya populer baik di Barat maupun di Timur. Tak heran, jika dia dipandang sebagai dokterterbesar abad pertengahan dan seorang dokter Muslim yang tiada bandingnya.

Al-Razi sempat memimpin rumah sakit di Rayy, Iran pada usia 30 tahun. Ia juga sempat mengelola dan memimpin rumah sakit di Bagdad. Buku kedokterannya yang paling terkenal adalah Al-Tibb Al-Mansur yang dipersembahkan kepada Gubernur al-Mansur, al-Hawi. Selain itu, ensiklopedi ilmu kedokteran yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin pada tahun 1279 menjadi rujukan sekolah kedokteran di Eropa hingga abad ke-17. Ia wafat di tanah kelahirannya pada usia 62 tahun, yaitu pada 25 Oktober 925 M.

Minyak untuk Kedokteran di Era Kekhalifahan Diera kekhalifahan, minyak tak cuma digunakan sebagai bahan bakar. Seorang dokter terkemuka dari Basra, Irak bernama Masarjawah dalam kitab Qiwa Al-`Aqaqir menyebutkan `minyak putih' - sebutan minyak tanah dapat digunakan sebagai obat. Itulah pertama kalinya, dunia kedokteran Islam menjadikan minyak tanah sebagai bahan pengobatan.

Penemuan itu berawal dari permintaan para jenderal perang Muslim yang meminta Masarjawah membuatkan buku petunjuk bagi para petugas medis yang diterjunkan ke medan perang. Beserta para dokter lainnya, Masarjawah melakukan studi dan pencarian untuk menyusun buku panduan bagi petugas medis saat peperangan. Selain mengadopsi resep herbal dari berbagai negara seperti Mesir, Masarjawah memperkenalkan minyak tanah sebagai salah satu obat.
Dalam buku petunjuk yang ditulisnya itu, Masarjawah memperkenalkan bahwa minyak sangat berguna untuk melawan penyakit dan infeksi. Tak heran, bila dari zaman ke zaman para dokter lainnya menerapkan motede penyembuhan minyak tanah yang digunakan Masarjawah.

Dalam kitabnya yang kini telah hilang itu Masarjawah berkata, "Minyak hangat, terutama minyak tanah bila diminum dalam dosiskecil sangat bagus untuk meredakan batuk, asma, serta radang sendi."Begitulah para ilmuwan Islam membuat terobosan demi terobosan dalamilmu pengetahuan.
Heri Ruslan/yto

sumber: Republika Online: 2008-08-21 08:49:00

Ibnu Firnas: Sang Penerbang Muslim

Nama lengkapnya adalah Abbas Qasim Ibnu Firnas. Dia terlahir di Izn-Rand Onda, Andalusia, pada tahun 810 M. Ibnu Firnas berasal dari suku Berbar. Ia adalah ilmuwan serba bisa yang menguasai beragam ilmu. Selain dikenal sebagai seorang penerbang perintis yang tangguh, dia juga seorang ahlikimia, inventor, musisi, fisikawan, penyair astronom, dan insinyur yangmumpuni.

Selain menemukan berbagai teknologi penting dalam dunia penerbangan, dia juga sukses menciptakan sebuah jam air yang dikenal dengan sebutan Al-Maqata. Tak cuma itu, dia juga berhasil memciptakan gelas berwarna. Dalam astronomi, IbnuFirnas pun mampu menciptakan rantai cincin untuk menjelaskan gerakan planet dan bintang.

Ibnu Firnas meninggal dunia 12 tahun setelah uji coba terbang keduanya. Cedera yang dialaminya saat melakukan penerbangan membuat kondisi kesehatannya memburuk. Sejarawan Barat Philip K Hitti menempatkannya sebagai orang yang hebat--manusia pertama dalam sejarah yang melakukan uji coba ilmiah penerbangan.

Ketika orang-orang Barat mengajar anak-anaknya tentang kisah Wright Bersaudara,negara-negara Islam justru memperkenalkan generasi mudanya tentang kisah keberhasilan Ibnu Firnas. Sebagai bentuk penghormatan, pemerintah Libya mengeluarkan perangko untuk memperingatinya. Bangsa Irak membangun patung sang penerbang di sekitar lapangan terbang internasionalnya. Ia juga diabadikan sebagai nama bandara di utara Baghdad.hri/yto

"Manusia yang terbaik adalah yang paling banyak membaca, paling bertakwa, paling sering beramar ma'ruf nahi munkar, dan paling gemar menjalin hubungan silaturahmi." (Muhammad SAW).

Dari Parasut Hingga Roket Peluncur

Parasut
Cikal bakal parasut ditemukan ilmuwan Muslim serbabisa Abbas Ibnu Firnas padaabad ke-9M. John H Lienhard dalam bukunya berjudul The Engines of Our Ingenuitymenggambarkan uji coba terbang pertama dalam sejarah peradaban manusia yangterjadi pada tahun 852 M. ''Seorang lelaki bernama Armen Firman (Ibnu Firnas)memutuskan untuk terjun dari sebuah menara Masjid Agung Cordova,'' tuturLienhard.

Dengan satu set sayap yang terbuat dari kain yang dikeraskan dengan kayu, IbnuFirnas loncat dari ketinggian. Pada uji coba pertama itu, dia tentunya tak bisaterbang. Namun, peralatan yang digunakannya mampu memperlambat jatuhnya IbnuFirnas. Ia mendarat dengan selamat dengan luka-luka kecil. Inilah awal mulaparasut.

Penerbangan Terkendali
Sejarah juga mencatat Abbas Ibnu Firnas sebagai orang pertama di dunia yang melakukan uji coba penerbangan terkendali. Dengan semacam alat kendali terbang yang digunakan pada dua set sayap, Ibnu Firnas bisa mengontrol serta mengatur ketinggian terbangnya. Selain itu, dia juga bisa mengubah arah terbang. Hal itu dibuktikan dengan keberhasilannya kembali ke arah di mana ia meluncur. Meski begitu, dia mengalami luka-luka saat mendarat.

Sayap Buatan
Sayap buatan pertama kali diperkenalkan oleh Peradaban Islam. Adalah Ibnu Firnas yang kali pertama membuat dan mencoba sayap buatan itu. Meski tak terlalu berhasil, inovasi yang digulirkannya menjadi inspirasi bagi ilmuwan dan penerbang di abad berikutnya. Seorang penjelajah di abad ke-17 M, Evliya elebi menyebutkan Hezarfen Ahmet Celebi adalah penerbang pertama yang sukses melakukan penerbangan dengan menggunakan sayap buatan pada tahun 1630 M - 1632 M

Roket Peluncur Terbang
Era baru dalam sejarah penerbangan dunia kembali dicapai peradaban Islam padaabad ke-17 M. Pada tahun 1633, seseorang yang bernama Lagari Hasan elebimembuat kejutan. Ia berhasil meluncur ke udara setinggi 3000 m denganmenggunakan tujuh roket bersayap yang dilontarkan tenaga bubuk mesiu. Iakemudian terbang dan mendarat dengan menggunakan parasut. N hri

sumber:fm_solihah@yahoo.com to syiar-islam@yahoogroups.com <syiar-islam@yahoogroups.com>

Peradaban Islam Perintis Kedirgantaraan

Klaim peradaban Barat yang selama beberapa abad mengaku sebagai perintis dibidang kedirgantaraan akhirnya terpatahkan. Sekitar 600 tahun sebelum RogerBacon dan Leonardo Da Vinci mencoba untuk terbang menjelajahi angkasa, ilmuwanMuslim di abad ke-9 M telah berhasil melakukan uji coba penerbangan denganteknologi yang dikembangkannya.
Para ahli penerbangan dan sejarah Baratmengakui pencapaian peradaban Islam dalam dunia penerbangan yang sebelumnya takpernah terpikirkan itu. ''Ibnu Firnas adalah manusia pertama dalam sejarah yang melakukan percobaan ilmiah untuk melakukan penerbangan,'' ujar Sejarawan Barat, Philip K Hitti, dalam bukunya yang bertajuk History of the Arabs.

Pencapaian yang berhasil ditorehkan ilmuwan Muslim di era kejayaan KekhalifahanIslam di Andalusia itu juga mendapat pengakuan dari pakar kedirgantaraanAmerika Serikat (AS), Richard P Hallion. Dalam sebuah kesempatan, Hallionmenyatakan, sejarah penerbangan dunia tak boleh melupakan pencapaian IbnuFirnas.Di bulan September 2000, University of Houston mulai memperkenalkan dan mengajarkan para mahasiswanya tentang sejarah penerbangan yang telah diperkenalkan Ibnu Firnas. ''Hari ini kita mempelajari seorang manusia yang sudah benar-benar terbang
pada seribu tahun lalu,'' begitu University of Houston membuka kuliahnya.

Adalah fakta yang tak terbantahkan bahwa Ibnu Firnas yang mewakili peradabanIslam pada tahun 852 M telah berhasil melakukan uji coba penerbangan pertama.Karena itu, tak salah bila pengelola Bandara Internasional Doha di Qatarmenamakan sistem manajemen airport mereka yang baru dengan julukan 'Firnas'.
Asal-usul dunia kedirgantaraan memang selalu mengundang perdebatan. Konon,peradaban pertama yang bercita-cita untuk bisa terbang adalah bangsa Cina.Memang ada beragam kisah tentang penerbangan yang pernah dilakukan sebelumperadaban Islam melakukannya.
Para ahli menyatakan, upaya penerbangan yang dilakukan secara terkontrol yangdapat dibuktikan kesahihannya terjadi pada abad ke-9 M. Karena sejatinya, bilaberbicara sejarah penerbangan akan berhubungan erat dengan perkembanganpenerbangan mekanis, mulai dari penerbangan yang digerakkan dengan meluncurhingga ke yang lebih modern lagi.
Peradaban Islam Spanyol di bawah kekuasaan Kekhalifahan Cordoba telah menjadi saksi uji coba penerbangan yang dilakukan Ibnu Firnas. Upaya itu mendapat dukungan dari Amir Abdurrahman II--saat itu Cordoba belum memproklamasikan diri sebagai kekhalifahan independen, yakni masih berada di bawah payung Dinasti Ummayah. Ilmuwan Muslim serbabisa itu melakukan uji coba penerbangannya pada tahun 852 M.
Ibnu Firnas membuat satu set sayap yang terbuat dari kain yang dikeraskandengan kayu. Dengan peralatan seperti payung itulah, Ibnu Firnas lalu loncatdari menara Masjid Agung Cordoba. Pada uji coba pertama itu, dia tak bisaterbang. Namun, peralatan yang digunakannya mampu memperlambat jatuhnya IbnuFirnas. Ia pun mendarat dengan selamat dengan luka kecil. Peralatan pertamayang diciptakan Ibnu Firnas itu menjadi semacam prototipe parasut di eramodern.Dua puluh lima tahun setelah uji coba pertamanya, di usia 65 tahun, Ibnu Firnas kembalimelakukan uji coba terbang. Menggunakan semacam pesawat terbang layang--berupasayap yang dilekatkan pada tubuhnya--sang ilmuwan meluncur dari bukit JabalAl-Arus dan dapat terbang. Ia pun mendarat dengan selamat meski mengalami luka.
Uji coba penerbangan yang dilakukan Ibnu Firnas itu telah memberi inspirasikepada Eilmer Malmesbury, seorang ilmuwan Inggris. Pada abad ke-11, Eilmermelakukan percobaan penerbangan dan bisa terbang sejauh 200 meter. Eimermenggunakan semacam pesawat terbang layang yang digunakan Ibnu Firnas.

Sekitar abad ke-10 M, seorang ilmuwan Turki yang tak disebutkan namanya jugasempat melakukan uji coba penerbangan. Dengan dua sayap dari kayu lebar yangdirekatkan pada tubuhnya, orang Turki itu loncat dari atap sebuah masjid.Sayangnya, dia gagal mendarat dengan selamat. Upaya serupa juga dilakukan orangTurki pada tahun 1162 M. Namun, juga belum berhasil.
Pengembangan dunia penerbangan di dunia Islam kembali berkembang di erakekuasaan Kekhalifahan Usmani Turki. Seorang penjelajah Muslim bernama EvliyaCelebi melaporkan pada tahun 1630 M sampai 1632 M, sarjana serbabisa HezarfenAhmet Celebi menggunakan pesawat bersayap berhasil terbang melintasi SekatBasporus. Ia meluncur dari Menara Galata Istanbul setinggi 62,59 meter danberhasil terbang sejauh tiga kilometer serta mendarat dengan selamat.
''Hezarfen Ahmet Celebi, pertama kali mencoba terbang sebanyak delapan atau sembilan kali dengan sayap elang menggunakan tenaga angin,'' ujar Evliya Celebidalam buku catatan perjalanannya yang masih tersimpan di Perpustakaan Istanbul. Sultan Murad Han menyaksikan uji coba terbang itu dari bangunan besar bernama Sinan Pasha di Sarayburnu.

`'Hezarfen Ahmet Celebi telah membuka era baru dalam sejarah penerbangan,'' papar Sultan Murad. Upaya serupa juga dilakukan saudara laki-laki Hezarfen pada tahun 1633 M yang bernama Lagari Hasan â,¬elebi. Lagari meluncur ke udara dengan menggunakan tujuh roket bersayap yang dilontarkan tenaga bubuk mesiu. Ia pun terlontar ke angkasa setinggi 300 meter. Unjuk kebolehan yang digelar pada acara peringatan ulang tahun putri Sultan Murad IV itu berhasil.
Lagari, menurut Evliya, mendarat dengan mulus di Bosporus dengan menggunakan sayap yang direkatkan ke tubuhnya sebagai parasut. Atas keberhasilannya itu, Lagari pun dihadiahi posisi yang sangat penting dalam militer Usmani.
Peradaban Islam Turki tercatat lebih awal dalam melakukan pengkajian ilmiahterhadap dunia penerbangan sebelum dunia Kristen Eropa. Di era kejayaanKesultanan Ottoman, seorang sarjana Turki telah melakukan penelitian mengenaihubungan antara permukaan sayap burung dengan berat badannya. Kajian itudilakukan untuk menemukan penyebab fisik yang bisa membuat terbang.

Penelitian itu telah menghasilkan cakrawala baru dalam bidang aerodinamika.Itulah sumbangan penting peradaban Islam bagi dunia penerbangan

sumber:fm_solihah@yahoo.com to syiar-islam@yahoogroups.com <syiar-islam@yahoogroups.com>

01 September, 2008

"Bawalah dirimu mengenal jati dirimu"

Sohbet Tanggal 15 Juli 2008
Mawlana Syaikh Muhammad Nazim Adil al Qubrusi (qs)

Selamat datang! Syukr Allah! Kita bersyukur kepada Allah.
Syukur dan kita mengucapkan: Asyadu an la ilaha ill-Allah wa asyadu annaSayyidina Muhammadan 'abduhu wa habibuhu wa rasuluh saw.

Kita adalahMuslim.

Sekarang ini, kita hidup dizaman dimana kejahilan telah menghinggapi semua orang. Dan begitu banyak manusia yang tidak menggunakan akalnyadan menolak hal-hal yang terkait dengan Islam. Kita memohon kepadaAllah Yang Maha Kuasa agar tidak termasuk golongan orang-orang yang tidak berakal.

Dan kita mengucapkan: A'udzu bi-llahi mina syaitanirajim, Bismillahir Rahmanir Rahim.
Itulah tandanya kaum Muslim.

Kita telah diperintahkan Allah SWT untuk lari dari musuh manusia yangpaling berbahaya dan paling sulit, yaitu setan. Kita harus memohonpertolongan dari Allah Yang Maha Kuasa. Jika kita berusaha memerangisetan atau mempertahankan dirimu dari setan dengan kemampuan dirisendiri, maka hal itu tidak mungkin dilakukan. Tetapi kita harusmemohon perlindungan dan naungan Allah Yang Maha Kuasa agar selamat(dari setan). Kalian tidak boleh lupa bahwa kalian adalah hamba dariAllah Yang Maha Kuasa. Siapa yang menciptakanmu? Tanyalah! Siapa yangmerancangmu sedemikan rupa? Oh manusia, kau harus menanyakan hal inidan harus berusaha mengajari dirimu demikian juga anak-anakmu. Tetapisetan selalu melakukan yang terburuk bagi seluruh manusia, menggunakanratusan bahkan ribuan tipu daya dan menyiapkan beragam perangkap bagimanusia sehingga mereka lupa siapa dirinya, dan bagaimana manusiatercipta. Setan terus berusaha membuat manusia menjadi lalai. Tapimanusia tidak mau bertanya. Manusia menanyakan hal-hal yang tidakberguna, yang tidak ada rasanya. Sedangkan pertanyaan terpenting yangharus ditanyakan adalah: Siapakah aku? Bagaimana aku bisa tercipta?Dari mana aku berasal? Tidak seorangpun menanyakan itu. Dan manusia,universitas-universitas, dan sistem pendidikan tidak pernah peduliterhadap kitab-kitab suci, yaitu kitab-kitab surgawi. Mereka tidakmemakai kitab-kitab itu, bahkan tidak menanyakan: "bagaimana orangmempelajari kitab-kitab suci itu?"

Mereka mengajarkan berbagai subyek omong kosong melalui ratusan buku,dan mereka mengajar hanya untuk membuat agar para muridnya tidakmenanyakan siapakah diri mereka. Tidak! Begitu banyak cabangpengetahuan mereka. Tapi sesungguhnya semua itu bukanlah pengetahuan.Karena, kalaulah benar pengetahuan sejati, jika dipergunakan, makasetiap pengetahuan harus membawamu ke Hadirat Ilahiah Allah Yang MahaKuasa! Itulah pengetahuan! Begitu banyak cabang pengetahuan, jikakalian menempuhnya, maka kalian harus mencari beragam buku-bukupengetahuan. Manusia sekarang ini hanya melihat tampilan luar (fisik)dari pepohonan. Mereka tidak tertarik pada bagaimana terjadinya apel.Kita memikirkan bagaimana sebuah pohon kering dimusim dingin. Kitaberpikir: Oh, pohon itu sudah mati, tidak ada lagi daunnya ataubuahnya. Atau, kita melihatnya sekedar sebagai pohon kering. Namunketika musim semi tiba, manusia terkejut dan berkata: Oh, kemarin kitakira pohon ini sudah kering, sekarang daun dan buahnya sudah mulaitumbuh, dan pohon ini semakin terlihat bagus. Bagaimana hal ini bisaterjadi? Tidak pernah mereka tanyakan!

Mereka berkata: Ah, itu dia pohon apel yang sudah mulai berbuah.Sebelumnya kita kira pohon itu sudah kering. Tapi sekarang kita lihatsudah tumbuh daun-daunnya yang baru, bunga-bunga baru dan setelahbunga muncul banyak jenis buah! Mereka tidak bertanya tentang ini,tidak memikirkannya! Maka saya (Maulana Syaikh Nazim) ingin bertanyapada kalian: Ya Hu, mengapa kalian tidak bertanya kepada pohon cemara,"Mana buahmu?, dimanakah bungamu?" Mereka juga punya buah dan bungatetapi tidak tampak sebagaimana pepohonan yang lain.
Umat manusia sekarang ini mabuk, dan kemabukkan itu berasal darikelalaian mereka, berasal dari kebodohan mereka, dilakukan olehorang-orang yang tidak menggunakan akal mereka. Jika merekamenggunakan akalnya, maka mereka akan menemukan begitu banyak hal.Tapi mereka tidak menggunakannya. Mereka hanya tertarik padapenampilan luar dari segala sesuatu.
Sekarang, mari kita bicara tentang umat manusia. Bagaimana manusiadiciptakan? Apa yang terjadi? Sepasang suami istri berkumpul, kemudianlahirlah seorang bayi, 9 bulan kemudian ditambah beberapa hari. Merekatidak memikirkan hal itu. Siapa yang sanggup melakukan hal tersebut.Tidak seorangpun bertanya. Itulah semua pengetahuan, mereka tidakpernah berpikir atau bertanya untuk mempelajari sesuatu, merekaberkata: Alami ..., alami... Jalan mereka menuju neraka dengan alami!

Apakah yang terjadi? Pada bumi yang kering diturunkanlah hujan. Danbumi yang kering itu mulai membawa begitu banyak tumbuhan, berbagaijenis bunga dan tumbuhan dan pepohonan. Apakah yang terjadi? Inihanyalah bumi. Kemudian diturunkanlah hujan dari langit. Bagaimanabunga-bungaan ini muncul?

Mungkin kalian belum dilahirkan sewaktu saya berziarah ke MadinahMunawwarah -ala sakina afdala shalat wa taslim- kota suci Nabi (saw)bersama Grandsyaikhku (Syaikh Abdullah al Faizi ad-Daghestani), itumungkin sekarang sudah lebih dari 50 tahun yang lalu. Saya pergidengan Grandsyaikh untuk khalwat di tanah yang Allah Yang Maha Kuasatelah karuniakan kesuciannya dimuka bumi ini. Kami datang dariDamaskus ke kota suci Nabi (saw). Kami datang mengendarai mobil untukmencapai kota suci ini dan kami melintasi padang pasir. Seluruhnyapasir, berpasir, tidak ada apa-apa diatasnya. Kita lalui padang pasiritu dan tibalah di kota suci Nabi. Lalu, seperti yang diperintahkan,kami melakukan khalwat. Khalwat membawa manusia dari luar diri merekake dalam diri mereka sendiri. Sekarang, sebagian besar mata manusiatertuju pada apa yang ada disekitar diri mereka. Mereka melupakan dirimereka. Mereka tertarik dengan apa yang ada disekitar diri mereka.Janganlah begitu! Pertama awali dari dirimu sendiri! Perhatikandirimu, kemudian perhatikan apa yang ada disekitarmu! Khalwat adalahmembawa manusia dari luar dirinya menuju jati dirinya. Oleh karenaitu, tidak seorangpun bisa menjadi seorang Delil, pembimbing ruhani.

Jika tidak mempunyai pembimbing, orang tidak mempelajari apapun.Kalian harus mencari seorang pembimbing untuk mendapatkan bimbingan.Karena, tanpa pembimbing, kalian tidak bisa mencari jalan untukmengenal jati dirimu. Oleh karena itu, khalwat sangatlah penting. Inihal paling penting yang menjadikan diri kita menggapai diri kitasendiri. Jika kalian tidak mencari seorang pembimbing, dan kalianhidup selama 70, 80 atau 90 tahun, atau kurang dari itu. Tetapi(ingat) kalian akan meninggalkan (dunia ini), dan kalian tidak tahuapa-apa tentang diri kalian sendiri.

Oleh karenanya, Allah Yang Maha Kuasa mengutus para Nabi-Nya: untukmembuatmu mengetahui siapakah dirimu. Membawamu dari luar ke dalam,membawamu ke dalam dirimu sendiri. Jika tidak demikian, kalian adalahmanusia bodoh seperti halnya berbagai binatang itu...Sekarang ini manusia kagum pada (mereka yang bertitel doctor): Oh, itudoktor Z., doktor A., doktor S. - begitu banyak doktor... padahal paradoktor itu tidak mengerti apa-apa. Oleh karenanya, Allah Yang MahaKuasa mengutus Nabi pertama, Sayyidina Adam, sebagai pembimbingpertama bagi anak-anaknya. Dan setelah itu munculah para cucu beliau,cicit, dan cicit... hingga sampai Penutup para Nabi, yakni SayyidinaMuhammad (saw) dan akhirnya beliau (saw) diutus untuk membawa manusiakepada diri mereka sendiri, untuk membuat mereka mengenal siapadirinya.Pembimbing terakhir dan terbesar bagi umat manusia adalah SayyidinaMuhammad (saw). Bahkan jika kehidupan dimuka bumi ini akan berlangsungabadi, maka cukuplah beliau (saw) sebagai pembimbing manusia! Beliausudah cukup menjadi pembimbing bagi milyaran, trilyunan orang yangakan hidup di bumi ini. Oleh karenanya, bimbingan dari beliaudianugerahkan Allah kepada beliau melalui Kitab Suci al Qur'an. KitabSuci al Qur'an cukup bagi tiap bangsa untuk sepanjang masa. Hinggakehidupan yang abadi! Tidak diperlukan lagi seorang pembimbing barudengan kitab baru. Tidak perlu. Kitab Suci al Qur'an cukup untukmembawa dirimu untuk mengenali dirimu! Itulah yang penting!

Benar, kita akan menuju tujuan itu, untuk membuka jalan. Grandsyaikhkumemohon kepada Allah untuk membuka jalan bagiku untuk mengenal diriku.Saya melakukan khalwat selama 3 bulan kemudian kembali ke Damaskus,ketika aku selesai Grandsyaikh sudah ada disana. Atas perintahbeliaulah saya datang ke Damaskus, dan saya melihat tanah-tanah yangtadinya gurun pasir, sekarang ditumbuhi bunga yang tidak terhitungwarnanya! Bagaimana itu bisa terjadi? Sebabnya, karena saat kamiberkhalwat, turunlah hujan. Hujan itu memberikan kehidupan denganPerintah suci Surgawi.Tanah itu menjadi begitu indah karena ditumbuhiberbagai jenis bunga! Subhanallah, matahari memberikan berbagai warnapada bunga-bunga itu.

Di Eropa, kalian bisa menemukan tanah-tanah yangditumbuhi bunga, tapi tidak banyak jenisnya, mungkin hanya 5 atau 10jenis saja. Tetapi dinegara-negara (padang pasir) itu, dengan perintahSuci Allah, matahari memberikan begitu banyak warna yang tidakterhitung, begitu banyak tumbuhan. Kita melihatnya kemudian sayaberpikir: Ini bagaikan sebuah karpet, kita melangkah diatasnya, begituindah! Oleh karenanya saya berkata...Mengapa mereka tidak bertanya: Bagaimana hal itu terjadi? Apakahkekuatan rahasianya? Mereka berkata: Alami... Apa artinya alami?

Alam dibawah kendali satu Malaikat... Saya malu mengatakannya, karena AllahYang Maha Kuasa melihat... Jika Allah Yang Maha Kuasa memandang sekalike bumi ini, maka bumi ini akan menjadi seperti Surga. DanWilayah-Nya, Wilayah Ilahiah Nya tidaklah terbatas...
Wahai manusia, datang dan pelajarilah hal ini sebelum datang kepadamuMalaikat Pencabut Nyawa yang akan menjemputmu dari kehidupan dunia inike alam kubur! Berusahalah untuk belajar sesuatu! Namun manusia inihanya belajar bagaimana cara mereka meraih aspek-aspek materi melaluihidup ini dan target mereka hanyalah bagaimana caranya agar bisamemuaskan kesenangan jasmani mereka. Mereka mendapatkan lebih banyakuang. Untuk apa? (Tentunya) untuk memberikan lebih banyak kesenanganpada jasmani mereka. Dan ini bertentangan (dengan perintah Allah).

Jika seseorang tidak bersusah payah memenuhi kesenangan jasmaninya,maka mereka bisa hidup mencapai 70, 80, 90, 100 tahun! Tapi, bagimereka yang hanya ingin memuaskan lebih banyak kesenangan jasmaninya,pergi dan belajarlah, pergi dan perhatikan pemakaman saat merekawafat! Mereka berumur tidak lebih dari 60 atau 50 tahun...Wahaimanusia, pikirkanlah!
Semoga Allah mengampuni kita... Ini cukup bagi semua orang yang maumemikirkannya. Jika manusia tidak menggunakan akalnya, maka diaseperti binatang. Binatang tidak berpikir. Perbedaan utama antaramanusia dan binatang adalah manusia bisa berpikir, sedangkan binatangtidak berpikir. Dan barang siapa yang tidak berpikir terhadap hal-haltadi, tingkatan mereka akan sama dengan "makhluk yang tidak berpikir", yaitu binatang.

Semoga Allah mengampuni dan mengakaruniai kita dari SamuderaBerkah-Nya yang tidak ada habisnya untuk mengikuti para Nabi danketurunannya. Demi kehormatan yang paling terhormat, SayyidinaMuhammad -damai atas beliau- (saw), Fatiha.

Allahumma shalli wa sallim 'ala Nabiyina Muhammad alayhi salam,Shalatan tadumu wa tughda ilay, mamara layali wa tula dawam...


sumber:
muhibbun_naqsybandi yahoogroups