28 Agustus, 2008

Penting Wudhu dalam berHajat

Dikutip dari shuhba Mawlana Syekh Hisyam Kabbani QS

Tirmidzi meriwayatkan bahwa seorang buta mendatangi Nabi SAW dan berkata, "Memohonlah kepada Allah SWT untukku, sehingga Dia menolongku." Beliau menjawab, "Jika engkau mau, aku dapat menunda ini, dan itu akan lebih baik bagimu, dan jika engkau mau, aku akan memohon kepada Allah SWT untukmu." Ia berkata, "Kalau begitu mohonkanlah pada Dia." Nabi SAW berkata kepadanya, "Idzhab fa tawadh-dhaa, wa shalli rak`atayn tsumma qul, pergilah ambil wudu, lalu salat dua rakaat dan katakan, 'Ya Allah SWT, aku memohon (as-aluka) dan menghadap-Mu (atawajjahu ilayka) dengan Nabi-Mu Muhammad SAW (bi nabiyyika Muhammad), nabi (pembawa) rahmat (nabiyyur-rahmat); Ya Muhammad (ya Muhammad), aku mengharapkan perantaraanmu dengan Tuhanku untuk mengembalikan pengelihatanku (inni astasy-fi`u bika `ala rabbi fi raddi bashari) atau versi lainnya: untuk hajatku ini sehingga keperluanku terpenuhi (inni atawajjahu bika ila rabbi fi haajatii hadzihi li tuqdha lii); Ya Allah SWT, perkenankanlah beliau memberi syafaatnya untukku. (allahumma syaffi`hu fiyya).'

Nabi SAW menambahkan, "Dan jika ada keperluan lainnya, lakukan hal yang sama." Jadi, untuk segala hajat lakukan tahap-tahap sebagai berikut:Wudu Salat Hajat 2 rakaat Membaca doa di bawah ini 3 kali dengan menyebutkan hajat kalian: Allaahumma innii as-aluka wa atawajjahu ilayka bi nabiyyika Muhammad SAW, Nabiyy-ur Rahmah. Ya Muhammad SAW, innii atawajjahu bika ila rabbii fii haajatii hadzihi... (sebutkan hajatnya di sini!) li tuqdha lii, Allaahumma fa syaffi`hu fiyya Allaahumma Ya Allah SWT, aku mohon pada-Mu dan menghadap-Mu melalui Nabiku Muhammad SAW, Nabi (pembawa) Rahmat, Ya Muhammad SAW, bersamamu aku menghadap Tuhan mengenai hajatku ini. Allaahumma Ya Allah SWT, perkenankanlah agar beliau menjadi perantara bagiku.

Pentingnya WuduNabi SAW berkata kepada orang buta itu, "Langkah pertama adalah pergilah ambil wudu." Itu berarti wudu adalah awal (pembukaan) dari penyembuhan segala penyakit. Tetapi wudu yang seperti apa? Wudu yang ribuan kali lebih kuat daripada wudu yang biasanya. Ketika kalian mengambil wudu, selain membaca niat, kalian membasuh tangan hingga pergelangan, dan di antara jari-jemari. Ketika kalian membasuh kedua tangan, itu artinya gerak pertama yang kalian lakukan adalah menggunakan kedua tangan itu, jadi energi level pertama berada di kedua tangan. Tubuh bertindak sebagai sebuah penampung energi. Melalui olah gerak yang beraneka ragam, orang mulai mendapatkan energi lalu memusatkannya dan melepaskannya melalui kedua tangan. Energi ini dapat digunakan untuk menyembuhkan orang yang sakit, seperti halnya orang buta tadi, yang kebutaannya disembuhkan melalui pelepasan energi. Empat belas abad yang lalu Nabi SAW menyembuhkan kebutaan melalui energi. Itulah sebabnya beliau mengatakan, "Senjata yang melindungi kalian dari musuh adalah wudu."

Langkah Awal dalam Berwudu:
Niat
Basuhlah kedua tangan dengan air
Gosokanlah tangan kiri hingga pergelangan dengan menggunakan tangan kanan sebanyak 3 kali, sambil menyebutkan Asma Allah SWT ke-81 sebanyak 3 kali, yaitu: Yaa Muntaqiim, Yaa Muntaqiim, Yaa Muntaqiim dan Asma Nabi SAW ke-81: Yaa Dzul Fadhl, Yaa Dzul Fadhl, Yaa Dzul Fadhl. Ini adalah untuk mengaktifkan energi pada tangan kiri kalian (Lihat telapak tangan kiri, di situ terdapat angka 81 dengan huruf Arab).

Lakukan hal yang sama dengan tangan kanan,
kali ini sambil menyebutkan Asma Allah SWT ke-18 sebanyak 3 kali, yaitu: Yaa Fattah, Yaa Fattah, Yaa Fattah dan Asma Nabi SAW ke-81: Yaa Rasuulur-Rahmah, Yaa Rasuulur-Rahmah, Yaa Rasuulur-Rahmah. Dengan maksud untuk mengaktifkan energi pada tangan kanan kalian (Pada telapak tangan kanan, di situ terdapat angka 18 dengan huruf Arab).

Basuh kedua tangan dengan cara menindihkan tangan kiri dengan tangan kanan sehingga jari-jemari tangan kanan memasuki celah jari-jemari tangan kiri.
Gosok sebanyak 3 kali, sambil menyebutkan Asma Allah SWT ke-9 sebanyak 3 kali, yaitu: Yaa Jabbar, Yaa Jabbar, Yaa Jabbar dan Asma Nabi SAW ke-9: Yaa `Aqiib, Yaa `Aqiib, Yaa `Aqiib. Ini adalah penyatuan antara kedua angka pada masing-masing telapak tangan, di mana 8+1 dan 1+8=9. Ketika kalian menggosokkan kedua tangan, maka itu berarti mengaktifkan 99 Asma ul-Husna Allah. Dengan demikian kalian mengaktifkan 9 titik penerima energi pada tubuh kalian. Air mencegah energi itu agar tidak merembes keluar, ia membekukannya.

Kemudian lakukan langkah-langkah wudu berikutnya.

12 Agustus, 2008

Saat Ini, Orang Beriman Tidak Disukai di Masyarakat

Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani QS

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin

Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa Islam dimulai dalam suatu jalan rahasia dan sangat lemah. Islam kemudian berkembang, memperoleh kekuatan, dan sekali lagi menjadi lemah.
Ini adalah informasi yang beliau kabarkan kepada kita dan ini adalah apa yang telah terjadi. Kita hidup pada masa di mana orang-orang beriman tidak disukai di masyarakat karena mayoritas utama adalah musuh-musuh Islam dan musuh bagi kebenaran. Mereka menentang keadilan, hikmah, orang-orang suci, hal-hal yang keramat, rahmat, cinta dan kehormatan. Inilah masa di mana kita hidup. Orang-orang bertentangan dengan Islam, mereka menentang rasul dan awliya dan orang-orang yang beriman.

Kristen tidak dapat melambangkan kebenaran. Banyak sekali ‘buah tangan’ dalam agama Kristen. Karena hal itu, dia kehilangan Sifat-Sifat Surgawinya yang suci. Sejak awal mereka mempunyai 4 Kitab Injil, bukannya satu. Ini menjadi bukti pertama dan utama bahwa dia telah kehilangan fitrahnya. Karena Tuhan Pemilik Surga hanya menurunkan satu Kitab Injil. (Kenyataannya) ada ratusan Injil di dunia.

Ketika mereka diundang ke Dewan Nicea pada tahun 325 AD, ratusan Injil dibawa dari seluruh penjuru dunia. Kebanyakan dari mereka dihancurkan dan siapapun yang membawanya akan dibunuh. Sebagai keputusan akhir, mereka menetapkan 4 Kitab Injil yang berlaku. Itulah akhir bagi agama Kristen. Mereka tidak lagi mempunyai Kekuatan Surgawi.
Yahudi juga menyangkal eksistensi Muhammad SAW. Untuk dapat melakukannya, mereka juga meletakkan ‘buah tangan’ mereka ke dalam Kitab Sucinya. Mereka juga tidak bisa melambangkan kebenaran.

Sekarang orang-orang hidup bertentangan dengan kebenaran. Dunia non-Muslim bertentangan dengan kebenaran, sementara umat Muslim sendiri pun lalai dan bodoh. Dunia non-Muslim menempatkan agen-agen mereka dalam dunia Muslim, di antara umat Muslim yang bodoh ini. Mereka tengah mempersiapkan mayoritas masyarakat Muslim yang lalai ini sehingga mereka sendiri akan hidup bertentangan dengan kebenaran sebagaimana yang dibawa oleh Islam. Sehingga bahkan di dunia Islam pun kebenaran tidak lagi digunakan.

Jika mereka percaya kepada kebenaran, mereka akan membawa Syariat Allah SWT ke dalam pemerintahan. Tidak ada bangsa yang melakukannya. Itulah sebabnya mengapa sekarang adalah masa-masa kelemahan Islam dan Muslim yang ‘salah’ menjadi penguasa di mana-mana, bahkan di masjid dan di rumah mereka. Mereka membanggakan diri mereka sendiri dan mengaku sebagai perwakilan sejati dari Islam, walaupun sebenarnya bukan.

Itulah sebabnya Saya memohon dukungan untuk Muslim yang lemah ini yang masih menginginkan kebenaran dan bagi mereka yang ingin membela kebenaran. Setiap jalan yang salah dan setiap sekte yang sesat dalam Islam mempunyai posisi yang kuat di Eropa saat ini. Kalian akan menemukan bahwa mereka diberi keleluasaan untuk menyebarkan ide-ide yang keliru.

Hal ini sesuai dengan apa yang telah diperingatkan oleh Rasul kita SAW, bahwa akan terdapat 72 sekte sesat yang didukung oleh Setan. Di mana-mana mereka mempunyai gedung-gedung yang besar dan uang yang begitu banyak. Mereka juga mempunyai kesempatan yang luas untuk menyebarkan propaganda mereka. Tetapi sebaliknya, Ahlus-sunnah wal jamaah biasanya tidak mendapat dukungan (seperti itu).

Kita adalah Ahlus-sunnah wal jamaah. Kita bersama kebenaran, bersama Rasulullah SAW, dan bersama para sahabat. Ini adalah jalan di mana kita berusaha untuk menjaga segala sesuatu (berdasarkan sunah). Jika seseorang datang dan berkata bahwa sesuatu di jalan ini salah dan bertentangan dengan kebenaran, maka kita dapat membenarkannya.

Mereka tidak akan menemukan apa-apa kecuali bahwa orang-orang mencium tangan saya. Mereka berusaha untuk menghilangkan rasa hormat dalam Islam. Mereka tidak ingin berada di sana, menjadi orang-orang yang terhormat dalam Islam. Tetapi kita harus mempunyai orang-orang yang dihormati, yaitu keturunan-keturunan Rasulullah SAW.

Jalan Rasulullah SAW adalah jalan yang terhormat, oleh sebab itu keturunan beliau harus dihormati. Al-Quran dan Hadis memerintahkan kita untuk memberikan penghormatan kepada orang-orang yang terhormat. Kita mempunyai orang-orang yang terhormat. Semua orang-orang yang suci dihormati oleh Allah SWT. Kita harus menghormatinya. Semua orang yang menentang kita karena mencium tangan malah membuat wanita sebagai target penyembahan mereka; mereka berlutut untuk menciumnya.

Kita adalah Ahlus-sunnah wal jamaah dan kita mencium tangan. Tetapi orang-orang ini bagaikan anjing, bahkan mereka tidak dapat mengucapkan apa-apa di depan saya, tetapi di luar sana mereka menggonggong. Tangan dan kaki Rasulullah SAW pernah diciumi. Orang-orang ini tidak dapat menyingkirkan kita, bahkan ketika kita hanya tinggal segelintir orang. Kekuatan mereka tidak cukup besar untuk mencerna kelompok kita dalam perut mereka.

Puji syukur kepada Allah SWT sebuah tempat yang besar telah diberikan kepada kita, dan membuat mereka merasa cemburu dan dengki. Alhamdulillah. Lihatlah Mesjid Sentral itu! Selama bertahun-tahun mereka berusaha untuk melakukan segala sesuatu, dibandingkan gedung ini sekarang, masjid itu bukan apa-apa. Di sini setiap hari ratusan orang mengucapkan syahadat, sedangkan mereka satu pun sulit untuk mendapatkannya.

Imam Mahdi AS mempunyai 7 Wazir, tetapi tak seorang pun yang berbangsa Arab, walaupun Imam Mahdi AS adalah salah satu dari keturunan Rasulullah SAW. Itu berarti bahwa para pendukung Imam Mahdi AS adalah orang-orang asing, bukan Arab. Bangsa Arab tidak mendukung Imam Mahdi AS. Itulah maksudnya.

Ketujuh Wazir tersebut semuanya berasal dari bangsa lain: mungkin dari Pakistan, Afganistan, Malaysia, Iran, Turki, Kurdistan, Bosnia, Albania, Jerman, Spanyol, Italia, Inggris, atau Irlandia. Akan ada tujuh di antara mereka!

Wahai Tuhan kami, dukunglah kami! Kami berusaha untuk berada di jalan hamba-Mu tercinta, Sayyidina Muhammad SAW.

Wa min Allah at tawfiq

Muhibbun Naqsybandy Haqqani 'Aliyah: Hari Akhir telah Dekat

Muhibbun Naqsybandy Haqqani 'Aliyah: Hari Akhir telah Dekat

Hari Akhir telah Dekat

Sohbet Mawlana Syekh Nazim Al-Haqqani QS, 4 Oktober 2001

Rasulullah SAW telah menyebutkan segala hal yang akan terjadi. Beliau telah menyebutkan semua tanda yang akan muncul sebelum kiamat. Beliau berkata kepada para sahabat, “Aku melihat kesengsaraan datang sebagai suatu malam yang gelap[1] Pada saat itu orang yang duduk lebih baik dari pada orang yang berdiri, dan orang yang berdiri lebih baik dari pada orang yang berjalan. Orang yang berjalan lebih baik dari pada orang yang mengendarai kendaraan.”

Maksud hadis di atas berarti tinggal di rumah dan tidak pergi ke manapun. Jangan pergi ke kafe atau ke pusat perbelanjaan. Tidak masalah bila kalian harus pergi bekerja, tetapi kalian harus berangkat dari rumah ke tempat kerja kemudian dari tempat kerja langsung kembali ke rumah—tidak pergi ke mana-mana lagi.

Dalam hadis tersebut kita mendengar sebuah gambaran mengenai apa yang akan terjadi. Siapa yang berada di dalam rumah akan selamat. Siapa yang berkeliaran di luar akan berada dalam kesulitan. Siapa yang duduk akan lebih aman. Dan siapa yang mengendarai kendaraannya akan berada dalam situasi yang paling buruk.

Setiap hari setiap murid harus melakukan zikir:

700 kali astagfirullah wa atubu ilayh,
700 kali la hawla wa laa quwatta illa-billah il-‘aliiy il-‘azhiim
700 kali hasbunallah wa ni’mal-wakiil
700 kali bismillahir rahmaanir rahiim
700 kali Ya Wadud
5000 kali Allah, Allah dengan lidah
5000 kali Allah, Allah dalam hati
2000 kali selawat
100 kali Surat al-Ikhlash

Jika kalian tidak sanggup melakukannya, paling tidak lakukan salat hifzh (maksudnya salat memohon perlindungan) sebanyak 2 rakaat agar kita terlindung dari penderitaan yang datang dari atas maupun dari bawah.

Bagi orang yang menjaga adabnya di bulan Rajab, telah dijamin sebuah kunci untuk menerima inspirasi dan berita surgawi. Jika kalian melakukan awrad (latihan spiritual) dengan baik maka kalian akan mendapatkan kunci itu. Kunci tersebut akan membuka hati kalian untuk bisa melihat dan mendengarkan apa yang sebelumnya tidak kalian perkirakan.

Semoga Allah SWT memafkan dan mendukung kita.
Rasulullah SAW bersabda,
“Sawfa tud’iiu narin min ardi Najd yasyraibu laha ‘anaq al-ibli bi Basra”—
“Hari Akhir tidak akan datang sampai ada api yang dipancarkan dari Hijaz yang akan menerangi leher unta-unta di Basra.” [2]

Kita berpikir hal ini terjadi dengan adanya perang antara Kuwait dan Irak, tetapi ternyata terjadi sekarang. Panas dari api itu akan mencapai daerah antara Basra dan Najd atau Hijaz.
Saat itu tidak ada tempat yang aman di bumi ini, kecuali di Mekah, Madinah, dan Syam (Damaskus). Tetapi jika Allah SWT menghendaki, tak ada yang dapat melukai kalian. Bahkan jika sebuah bom atom jatuh tepat di samping kalian, kalian tidak akan terluka. Ada 7 kelompok orang-orang suci, Budala, Nujaba, Nuqaba, Awtad, Akhyar, Jin yang akan melindungi orang-orang yang telah ditakdirkan untuk tetap hidup. Jika kalian tewas, maka kalian mendapat predikat syahid—dan akan masuk surga. Tetapi jika kalian hidup, kalian akan tinggal bersama Imam Mahdi AS, dan juga akan masuk surga. Ini lebih baik.
Kalian harus selalu melawan ego kalian, khususnya di bulan ini. Jika ego mengatakan pergi ke kiri, maka pergilah ke kanan, jika ia berkata “makan”, jangan makan; jika ia bilang “pergi belanja”, tinggallah di rumah.

Sekarang akan turun suatu tajalli yang kuat, yang merupakan manifestasi dari Kekuatan Ilahi. Jangan pergi keluar—ke mall, tempat hiburan, ke pizza, menghabiskan waktu berjalan-jalan. Tinggallah di rumah, lakukan zikir dan bacalah al-Qur’an.
Bagi wanita yang suka berjalan-jalan, sebaiknya sekarang tinggal di rumah. Sebab di bulan ini ada bahaya. Siapa yang tertangkap melakukan suatu kesalahan maka tajalli dari Jalal (Kekuatan Ilahi) akan menghukumnya. Jadi berhati-hatilah. Jangan membuat kesalahan.

Catatan:
[1] Abu Musa al-Asy’ari RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sebelum saat-saat terakhir akan ada suatu huru-hara seperti suatu malam yang gelap di mana seseorang yang taat di pagi hari akan menjadi orang yang tidak loyal di malam harinya, atau sebaliknya seorang yang taat di malam hari akan menjadi tidak patuh di pagi harinya. Pada masa itu siapa yang duduk akan lebih baik dari pada yang berdiri dan siapa yang berjalan akan lebih baik dari pada yang berlari. Jadi marilah kita tundukkan diri kita untuk berdoa. Jika ada orang yang datang kepada salah seorang di antara kamu, biarkan ia menjadi seperti lebih baik dari kedua anak Adam AS. (Sunan Abu Dawud, buku ke-35 “Kitab Al-Fitan Wa Al-Malahim” Nomor 4246)

[2] Abu Hurayra RA melaporkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Hari Kiamat tidak akan datang sampai terdapat api yang berpijar di bumi Hijaz yang akan menerangi leher unta-unta di Basra. (Sahih Muslim, Buku ke-041, Nomor 6935)

Quthbul Ghawts Mawlana Shaykh Muhammad Hisham Kabbani Ar Rabbani


Quthbul Ghawts Mawlana Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani Ar Rabbani, adalah pelayan setia dari Tuannya terkasih Sulthanul Awliya Mawlana Syaikh Muhammad Nazim Adil Al Haqqani, mursyid ke 40 dalam mata rantai emas Thariqat Naqshbandi. Mewarisi darah Hassan Hussein ra, cucu dari Nabi Muhammad SAW.

Beliau adalah seorang Ulama & Syaikh Sufi yang berasal dari Lebanon, yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk menyebarkan kebahagiaan Cinta Ilahi yang dapat mewujudkan: perdamaian, toleransi, cinta, kasih sayang dan persaudaraan di antara sesama manusia. Ratusan buku telah ditulis dan diterbitkan oleh beliau yang sangat menentang ekstrimisme.

Sesuai dengan predikatnya sebagai seorang pelayan, Quthbul Ghawts Mawlana Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani Ar Rabbani adalah pelayan sejati dengan hati yang menyinari hati siapapun. Sorot matanya yang teduh, senyumnya yang ramah membelai dan candanya yang penuh kasih sayang adalah karunia terbesar yang pernah kami rasakan. Beliau adalah guru, pembimbing dan juga sekaligus seorang ayah bagi para muridnya. Tanpa lelah, beliau melakukan perjalanan dari Timur Tengah, Eropa hingga Timur Jauh bersama Tuannya terkasih; Sulthanul Awliya Mawlana Syaikh Muhammad Nazim Adil Al Haqqani .


Dengan latar belakang Master dalam bidang Syariah (Al-Azhar University), Master Medical Doctor (Louvain University of Belgia) dan Sarjana Kimia (American University of Beirut). Beliau telah mengajar di berbagai universitas terkenal di Amerika juga Canada, antara lain; Oxford, the University of California at Berkeley, the University of Chicago, Columbia University, Harvard University, McGill University, Concordia & Dawson College .


Pelayan Cinta yang adalah juga Presiden dari Islamic Supreme Council of America (ISCA), yang berlokasi di Washington dan ketua As Sunnah Foundation of America (ASFA) ini, menggalakkan Kebersamaan dan Persatuan dalam Keyakinan pada Cinta Tuhan. Yang sebenarnya ajaran ini berlaku pada seluruh Agama dan Jalan Spiritual apapun, tidak terkecuali. Semangat beliau adalah untuk membawa semua keyakinan ke dalam sebuah harmoni dan kedamaian. Karena Cinta tidak pernah cemburu dan Cinta tidak Berbatas.

“Cinta adalah rasa yang begitu indah namun sekaligus mematikan! Ketika jiwa telah ditemukan oleh Cinta Sang Pemilik, maka semua adalah Satu!”

11 Agustus, 2008

Kegiatan Dzikir Khtam Khwajagan di LP Banceuy Bandung

Peserta Dzikir sedang melakukan Hadrah

kenang-kenangan bagi pengurus LP Banceuy Bandung yang diserahkan oleh perwakilan dari Yayasan Haqqani Indonesia

Penampilah Whirling Dervish dari Rabbani Institute

Para Warga Binaan yang mengikuti Dzikir Khtm Khwajagan

Antusias Warga Binaan yang untuk mengikuti Dzikir Khtm Khwajagan cukup besar, semoga bisa berlanjut menjadi program bulanan

Dzikir dipimpin murid senior, Dr. Hadid Subki

Acara Dzikr Khtam Khwajagan di LP Banceuy Bandung dihadiri berbagai kalangan umat muslim


Peserta Dzikir Khtam Khwajagan di LP Banceuy Bandung dari Pesantren Banjaran dan Cibodas Lembang


Acara Dzikir Khtam Khwajagan di LP Banceuy Bandung dibuka shalawat Nabi dari Pesantren Banjaran pimpinan ustadz Tatang


Khawarij dahulu dan Neo Khawarij saat ini (Wahabi)


Oleh Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani, ditranslasi dari The Approaching to Armageddon

Aliran Khawarij muncul pada masa tabiin. Mereka kelompok besar yang terdiri atas ribuan muslim, kebanyakan berasal dari para penghapal Alquran dan yang berlebihan dalam ibadah, salat ataupun puasa. Mereka menyatakan bahwa semua sahabat dan orang-orang yang tidak mengikuti mereka sudah keluar dari Islam (murtad), kafir, dan wajib diperangi.

Praktik mengafirkan (takfîr) sesama muslim dan mengangkat senjata untuk menghadapi pusat otoritas Islam, yaitu kekhalifahan, merupakan dan akan terus menjadi ciri khas kelompok Khawarij pada masa lalu dan kini. Al-Bukhârî dalam Shahîh-nya menyebutkan orang-orang yang menerapkan ayat-ayat Alquran secara tidak benar, misalnya ayat yang diturunkan mengenai orang-orang kafir, terhadap orang-orang Islam yang berbeda pendapat dengan mereka. Ibn ‘Umar memandang mereka sebagai makhluk Tuhan yang PALING BURUK, dengan mengatakan: Sesungguhnya mereka memberlakukan ayat yang diturunkan mengenai orang-orang kafir terhadap orang-orang beriman.

Pada masa sekarang, pemberontakan bersenjata dan praktik mengkafirkan orang Islam telah terjadi di wilayah Arab bagian timur laut pada peralihan abad ke-19 seperti yang ditulis oleh para cendekiawan Islam: Istilah Khawarij berlaku bagi kelompok yang bersimpang jalan dengan orang-orang Islam dan menganggap mereka sebagai orang-orang kafir, seperti yang terjadi pada zaman sekarang ini dengan para pengikut Ibn Abd al-Wahhâb yang muncul di Najd dan menyerang dua tempat suci umat Islam.

Al-Shawî mengatakan: Kelompok Khawarij telah menghapus penafsiran Alquran dan sunah, sehingga mereka menganggap halal membunuh dan merampas harta seorang muslim seperti yang bisa disaksikan pada masa modern ini pada sebuah aliran di Hijaz yang menamakan diri kelompok Wahabi. Kedua kutipan tersebut bukanlah hal baru. Kategorisasi Wahabi sebagai kelompok Khawarij telah menjadi tema dominan yang sering dibicarakan dalam heresiografi (ilmu kebid'ahan) Suni selama 200 tahun terakhir.

Belakangan ini, beberapa ulama mengritik aliran Wahabi atau “salafî “sebagai kelompok yang secara politik tidak benar. Praktik mengafirkan menjadi ciri utama yang bisa dikenali dari kelompok neo-Khawarij pada masa modern ini. Mereka kelompok yang senang menghantam orang-orang Islam dengan tudingan kafir, bidah, syirik, dan haram, tanpa bukti atau pembenaran selain dari hawa nafsu mereka sendiri, dan tanpa memberikan solusi selain dari sikap tertutup dan kekerasan terhadap siapa pun yang berbeda pendapat dengan mereka.

Mereka sama sekali tidak ragu-ragu menjatuhkan hukuman mati terhadap orang-orang yang mereka tuduh kafir, sehingga mereka benar-benar telah meremehkan kesucian jiwa dan kehormatan saudara-saudara mereka sendiri. Imam al-Nawawî berkata, “Orang-orang ekstrem merupakan kelompok fanatik yang sudah melampaui batas, dalam ucapan maupun perbuatan, dan “keras pendirian”.

Melakukan praktik takfîr terhadap sesama muslim merupakan ciri kelompok Khawarij, entah mereka menyebut diri sebagai kelompok ”salafi”, Syiah, atau sufi. Adalah sangat menyedihkan melihat orang-orang Islam dewasa ini yangmemanggil saudaranya sendiri dengan ucapan, “Hai kafir!”. Abd Allâh ibn Umar meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Barang siapa berkata kepada saudaranya, “Hai orang kafir!” maka salah satunya pasti kafir. Baik itu kalau perkataannyabenar, atau kalaupun tidak, maka julukan itu kembali kepada si penuduh. Jika saudaranya itu bukan orang kafir, maka tuduhan itu akan berbalik ke si pengucap.

Ironisnya, para Khawarij muda (Wahabi) dan para pemimpin mereka sering kali memelihara hubungan baik dengan orang-orang nonmuslim sementara mereka tidak merasa risih menuduh sesama muslim sebagai orang kafir dan musuh mereka. Mereka menyibukkan diri dengan mengecam bahwa orang lain akan masuk neraka, termasuk orang-orang Islam sendiri. Yasîr ibn Amr meriwayatkan bahwa ia bertanya kepada Sahl ibn Hunayf: Apakah kamu mendengar Rasulullah menyebutkan tentang kelompok Khawarij? Ia menjawab, “Aku mendengar beliau berkata (sambil menunjukkan jarinya ke arah timur) bahwa mereka adalah orang-orang yang membaca Alquran, tetapi bacaannya hanya sampai di tenggorokan mereka. Mereka akan melesat keluar dari agama seperti anak panah yang menembus sasarannya.”

Maksudnya mereka lepas dengan sangat cepat dari agamanya, sehingga mereka tidak memahaminya sama sekali. Gambaran tentang kelompok Khawarij ini (yang muncul pada masa tabiin) dinyatakan juga dalam hadis yang menggambarkan tentang kelompok Khawarij pada akhir zaman. Nabi bersabda: Akan muncul di akhir zaman sekelompok anak muda yang mempunyai mimpi aneh.

Mereka akan berbicara dengan kata-kata yang dikutip dari ciptaan Tuhan paling baik (yaitu Alquran dan hadis Nabi). Iman mereka hanya sampai di tenggorokan, dan mereka akan melesat keluar dari agama seperti anak panah yang menembus sasarannya. Nabi saw. mengatakan bahwa pada akhir zaman akan muncul sebuah kelompok anak muda yang memiliki mimpi yang konyol.

Penggambaran mereka sebagai orang yang baru tumbuh gigi menunjukkan bahwa mereka masih sangat muda, karena gigi geraham terakhir akan tumbuh sekitar usia 10 hingga 12 tahun, dan empat gigi terakhir pada kedua rahang baru muncul pada usia belasan yang paling akhir. Anak-anak yang masih sangat belia itu dicuci otaknya dengan qawl al-zûr, melalui media, televisi, buku, dan indoktrinasi budaya, nasional, atau keagamaan.

Nabi saw. mengatakan bahwa mereka memiliki impian gila, cita-cita konyol, dan imajinasi khayal (sufahâ’ al-ahlâm), yang artinya mereka memiliki pikiran yang kacau dan tidak berpemahaman. Meskipun kadar intelektualitas mereka rendah, mereka selalu mengutip perkataan Nabi dan ayat-ayat Alquran. Orang kagum dengan perkataan mereka karena mereka mengutip Alquran dan hadis dalam segala hal.

Di internet mereka bertingkah seperti ulama, yang sibuk dengan kutipan-kutipan ayat Alquran dan hadis, sebagai sarana untuk menyebarluaskan impian dan aspirasi mereka, seperti pembentukan masyarakat utopis, atau negara Islam versi mereka. Ketika dunia sudah semakin rusak, anak-anak muda yang bodoh ini akan muncul dan berbicara tentang Islam.

Namun, mereka tidak bijak, cerdas, ataupun mukmin yang baik. Nabi saw. menegaskan, “Iman mereka hanya sampai di tenggorokan (maksudnya tak beriman sama sekali), dan mereka melesat keluar dari agama seperti anak panah yang menembus sasarannya.”
Inilah yang kita saksikan sekarang. Anak-anak muda itu membaca Alquran dan menyodorkan hadis sebagai bukti mimpi dan angan-angan mereka, tetapi hal tersebut mereka lakukan dengan cara yang keliru, sehingga mereka menerapkan hukum tentang suatu persoalan tanpa pengetahuan yang memadai tentang persoalan itu.

Mereka mencampuradukkan berbagai hal menurut selera mereka, asalkan sesuai dengan kepentingan mereka. Bahkan, mereka tidak memiliki latar belakang ilmu-ilmu keislaman sedikit pun, dan mereka menggunakan ayat-ayat Alquran mengenai orang-orang kafir keluar dari konteksnya, dan menerapkannya kepada orang-orang Islam. Seperti yang disebutkan sebelumnya, orang-orang Khawarij tidak terbatas pada masa tertentu, tetapi merupakan karakter yang melekat pada kelompok atau orang yang keluar dari batas-batas agama, dengan menuduh orang Islam sebagai kafir.

Inilah metode yang dikembangkan oleh kelompok Khawarij, dulu dan kini, dan kemunculan anak-anak muda Khawarij yang menyesatkan itu telah disinggung 1400 tahun yang lalu oleh Nabi Muhammad saw.

Kelompok Khawarij dewasa ini terdiri dari para pengikut aliran Wahabi atau “Salafi”. Mereka sangat aktif menyebarluaskan kepalsuan ajaran mereka dengan propaganda besar-besaran, melalui ceramah di masjid, internet, televisi, atau penyebarluasan video, koran, buku, majalah, dan brosur. Sementara itu, mereka menekan dan menyembunyikan kebenaran ajaran-ajaran Islam klasik yang menjadi arus utama umat Islam, dan berkomplot untuk membungkam siapa pun yang menentang sikap ekstrem mereka.

Mereka mewarisi sikap yang tidak toleran, dan sering kali kekerasan, seperti yang terlihat dari kasus kelompok Khawarij pada masa lalu yang melakukan pembunuhan terhadap orang-orang Islam dan orang-orang tak berdosa yang tidak sependapat dengan keyakinan mereka, serta melakukan propaganda gelap diberbagai negara padahal mereka tidak punya hak untuk melakukan semacam itu. Anak-anak muda di seluruh dunia dicuci otaknya melalui qawl al-zûr.

Mereka menerapkan ayat Alquran dan hadis dengan cara yang keliru, dan selalu mengejar impian mereka yang penuh khayal. Nabi saw. menggambarkan mereka secara tepat, dan meramalkan bahwa mereka akan muncul di akhir zaman. Dan fenomena itu kini tengah terjadi.Hudzayfah meriwayatkan: Nabi saw. menjawab [pertanyaan yang diajukan kepada beliau], “Akan muncul sekelompok orang yang akan membawa orang lain ke jalan yang berbeda dengan jalanku. Kalian akan melihat kebaikan dan keburukan dalam diri mereka.”

Aku bertanya, “Akankah keburukan datang kembali setelah kebaikan?”.
Nabi menjawab, “Beberapa orang akan berdiri dan menyeru di pintu-pintu neraka. Barang siapa mengikuti seruan mereka, mereka akan melemparkannya ke dalam neraka.”

Aku berkata, “Ya Rasulullah, berikanlah kepada kami gambaran mereka”.
Beliau berkata, “Mereka memiliki warna kulit yang sama dengan kita, dan berbicara
dengan bahasa kita”.
Aku bertanya, “Apa yang baginda sarankan untukku sekiranya aku hidup dalam kondisi seperti itu?”
Beliau berkata, “Kamu harus bergabung dengan jemaah Islam dan mengikuti pemimpinnya”.
Aku bertanya, “Bagaimana jika tidak ada jemaah Islam maupun pemimpin Islam?” Beliau berkata, “Menyingkirlah dari semua aliran yang ada, meskipun jika kamu harus makan akar tanaman hingga kematian menjemputmu dalam kondisi seperti itu.”

wassalam, arief hamdani
diambil dari http://mevlanasufi.blogspot.com/

Gambaran Ummat Muhammad

Istilah umat didefenisikan sebagai:
“Sekelompok orang yang terikat secara bersamaan dengan kesamaan aqidah.”

Selanjutnya, istilah umat tidak untuk orang-orang yang mempunyai kesamaan ras atau warna kulit; umat hanya untuk orang-orang yang dipersatukan dengan aqidah dan jalan hidup mereka saja. Istilah ini tidak cocok jika didefenisikan sebagai “negara”, karena sebuah negara adalah sekelompok besar orang-orang yang tinggal pada sebuah daerah atau wilayah tertentu. (sebuah umat bisa eksis tanpa dsebuah negara).

Allah swt. telah mengkategorikan manusia menjadi 2:

  • Al-Umatul-Islaamiyah (Umat Islam)
  • Al-Umatul-Kafiraah (Ummat yang tidak beriman)

Lebih lanjut, hanya ada dua camp (kelompok) ; setiap orang tidak lain apakah seorang Muslim atau Kafir. Yahudi, Nasrani, Sikh, Hindu, Budha semuanya adalah al-Umatul-Kafirah; dengan kata lain, mereka semua tidak beriman kepada Allah. Allah swt. berfirman:
“Dia-lah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS at Thaghaabun, 64: 2)

Sebagai tambahan, umat Islam terpecah menjadi dua:
  1. Umatu Muhammad (Umat Muhammad, atau Ahmad – juga dikenal sebagai al-Firqatun Najiyah, atau golongan yang selamat).
  2. Umatu Ahlul Qiblah (Umat Qiblah, dari tujuh puluh dua golongan yang menyimpang – juga dikenal sebagai al-Firqatul Haarikah,)
Tujuh puluh dua golongan dari umat Islam akan masuk neraka (tidak selamanya, masanya hanya Allah yang mengetahui), dan satu golongan akan masuk surga. Dengan konsekuensi jika mereka ingin selamat dari api neraka adalah harus mencari pengetahuan tentang golongan yang selamat dan mempelajari serta mengamalakan karateristik mereka.

Peranan Ummat
Peran umat Islam adalah menerapkan hujjah (menjadi saksi) untuk melawan orang-orang, jadi bahwa mereka bisa tidak ada keringanan – atas orang-orang yang tidak beriman – pada hari pengadilan nanti pada saat mereka bertemu dengan Tuhan mereka yang sesungguhnya. Ini hanya bisa terpenuhi dengan iqaamatud dien, atau menerapkan dien Allah (yaitu syari’ah) – bukan dien Kuffar, seperti demokrasi atau kebebasan. Allah swt. berfirman:
“Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (QS Asy Syura 42: 13)

Atribut atau karateristik dari umat Muhammad saw.
Allah swt. Berfirman :
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS Al Fath 48: 29)

Pada ayat di atas, Allah swt. berfirman menginformasikan kepada kita tetang atribut dan kualitas Muhammad dan “Orang-orang yang bersama mereka” – yang menunjuk para Shahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan tepat. Atribut ini adalah:
1. Asyidda’u ‘alal Kuffar
Seseorang tidaklah menjadi bagian dari umat Muhammad kecuali dia “memerangi Kuffar”. Selanjutnya, tindakan ini harus disalurkan secara wajar (sesuai syar’i). Akronim (singkatan) KSK bisa membantu kita untuk mengingat sikap kita, yakni : K-Kerjasama, kita bias bekerjasama dengan orang kafir pada saat kita di bawah perjanjian (damai) dengan mereka, S-Sabar, pada saat kita berbicara tentang dien mereka dan K-Kasar (keras) pada saat kita memerangi mereka di medan jihad.

2. Ruhamaa’u bainahum
Sesuatu hal yang tidak mungkin bagi seseorang yang menjadi umat Muhammad kecuali dia menunjukkan kasih sayang dan kemurahan hati kepada sesesama orang Mukmin, walaupun jika mereka disebut orang gila, ekstrimis, teroris, penyebar kebencian atau fundamentalis. Kemurahan hati ini adalah manifestasi dari:
- Al-Ukhuwah (Persaudaraan)
- Al Muwaalaat (Persekutuan)
- At Ta’aatuf (Kebaikan)

Pada saat ini, adalah sebuah kondisi yang sangat menyedihkan apabila kita melihat betapa banyak orang-orang dari Ahlul Qiblah yang bingung dari poin ini dan juga melakukan hal-hal yang benar-benar terbalik. Sepertinya mereka lebih suka membenci kaum Muslimin yang sungguh-sungguh berjuang di jalan Allah serta bersekutu dengan orang-orang yang tidak beriman. (Dengan demikian, mereka tidak bisa menjadi umat Muhammad!)

3. Taraahum rukka’an sujjudan
Umat Muhammad adalah sebuah Umat yang patuh yang selalu ruku’ dan sujud yaitu menyembah Allah. Mereka bukanlah orang-orang sekuler. Mereka tidak menyembah Allah hanya dalam masjid saja atau pada saat Ramadhan saja, tetapi mereka menyembah Allah dua puluh empat jam dalam sehari – bahkan tidur mereka adalah ‘ibaadah.

4. Yabtaghuna fadlan minallahi wa-ridwaana
Mereka mencari “Ridha Allah”. Umat Muhammad tidak mencari pujian, simpatik, kehormatan atau ridha dari manusia. Mereka hanya mencari kepuasan Allah. Dengan konsekuensi, mereka akan memerangi dan mendominasi atas sekutu-sekutu setan. Mereka akan menaungi segalanya, dan Allah menjaga apa yang ada dalam hati mereka.

Kesimpulan
Jika kita ingin menjadi Umat Muhammad (golongan yang selamat) kita karus mempunyai aqidah yang sama sebagaimana Rasulullah saw. yang mempunyai empat atribut atau karakter yang telah di jelaskan di atas. Tidaklah cukup hanya dengan mempunyai aqidah yang benar tetapi tidak mempunyai atribut-atribut ini–kita harus mempunyai aqidah yang benar juga atribut umat Muhammad secara bersamaan

Wallahulam...

sumber : arrahmah.com

Fadhilah Wanita

Keterangan-keterang an dibawa ini terdapat di dalam kitab Kanzul 'Ummal, Misykah, Riadlush Shalihin, Uqudilijjain, Bhahishti Zewar, Al-Hijab, dan lain-lain, Mudah-mudahan dapat diambil ibrah (manfaat) darinya ;

1. Doa wanita lebih maqbul dari lelaki kerana sifat penyayang yang lebih kuat dari lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulallah SAW akan hal tersebut, jawab baginda : "Ibu lebih penyayang dari bapak dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia."

2. Wanita yang solehah itu lebih baik dari 1,000 orang lelaki yang tidak soleh.

3. Seorang wanita solehah adalah lebih baik dari 70 orang wali.

4. Seorang wanita solehah adalah lebih baik dari 70 lelaki soleh.

5. Barangsiapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang yang senantiasa menangis kerana takutkan Allah SWT dan orang yang takutkan Allah SWT akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.

6. Barang siapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah) lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedakah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan dari anak lelaki. Maka barangsiapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail AS

7. Tidaklah seorang wanita yang haidh itu, kecuali haidhnya merupakan kifarah (tebusan) untuk dosa-dosanya yang telah lalu, dan apabila pada hari pertama haidhnya membaca "Alhamdulillahi' alaa Kulli Halin Wa Astaghfirullah" . Segala puji bagi Allah dalam segala keadaan dan aku mohon ampun kepada Allah dari segala dosa."; maka Allah menetapkan dia bebas dari neraka dan dengan mudah melalui shiratul mustaqim yang aman dari seksa, bahkan AllahTa'ala mengangkatnya ke atas derajat, seperti derajatnya 40 orang mati syahid, apabila dia selalu berzikir kepada Allah selama haidhnya.

8. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah SAW.) di dalam syurga.

9. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa taqwa serta bertanggung jawab, maka baginya adalah syurga.

10. Dari 'Aisyah r.ha. "Barang siapa yang diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka."

11. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.

12. Apabila memanggil akan engkau kedua ibu bapamu, maka jawablah panggilan ibumu dahulu.

13. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.

14. Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama mana dia taat kepada suaminya dan meredhainya. (serta menjaga sembahyang dan puasanya)

15. 'Aisyah r.ha. berkata "Aku bertanya kepada Rasulullah SAW. siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita ?" Jawab baginda, "Suaminya". "Siapa pula berhak terhadap lelaki ?" Jawab Rasulullah SAW. "Ibunya".

16. Seorang wanita yang apabila mengerjakan solat lima waktu, berpuasa wajib sebulan (Ramadhan), memelihara kehormatannya serta taat kepada suaminya, maka pasti akan masuk syurga dari pintu mana saja yang dia kehendaki.

17. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah SWT memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu dari suaminya (10,000 tahun).

18. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah SWT mencatatkan baginya setiap hari dengan 1,000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.

19. Dua rakaat solat dari wanita yang hamil adalah lebih baik dari 80 rakaat solat wanita yang tidak hamil.

20. Wanita yang hamil akan dapat pahala berpuasa pada siang hari.

21. Wanita yang hamil akan dapat pahala beribadat pada malam hari.

22. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah SWT mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah SWT

23. Wanita yang bersalin akan mendapat pahala 70 tahun solat dan puasa dan setiap kesakitan pada satu uratnya Allah mengurniakan satu pahala haji.

24. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia dari dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.

25. Sekiranya wanita mati dalam masa 40 hari selepas bersalin, dia akan dikira sebagai mati syahid.

26. Wanita yang memberi minum susu kepada anaknya dari badannya (susu badan) akan dapat satu pahala dari tiap-tiap titik susu yangdiberikannya.

27. Jika wanita menyusui anaknya sampai cukup tempoh (2 1/2 tahun), maka malaikat- malaikat di langit akan khabarkan berita bahawa syurga wajib baginya.

28. Jika wanita memberi susu badannya kepada anaknya yang menangis, Allah akan memberi pahala satu tahun solat dan puasa.

29. Wanita yang habiskan malamnya dengan tidur yang tidak selesai kerana menjaga anaknya yang sakit akan mendapat pahala seperti membebaskan 20 orang hamba.

30. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari kerana menjaga anak yang sakit akan diampunkan oleh Allah akan seluruh dosanya dan bila dia hiburkan hati anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadat.

31. Apabila seorang wanita mencucikan pakaian suaminya, maka Allah mencatatkan baginya seribu kebaikan, dan mengampuni dua ribu kesalahannya, bahkan segala sesuatu yang disinari sang surga akan meminta keampunan baginya, dan Allah mengangkatkannya seribu derajat untuknya.

32. Seorang wanita yang solehah lebih baik dari seribu orang lelaki yang tidak soleh, dan seorang wanita yang melayani suaminya selama seminggu, maka ditutupkan baginya tujuh pintu neraka dan dibukakan baginyalapan pintu syurga, yang dia dapat masuk dari pintu mana saja tanpa dihisab.

33. Mana-mana wanita yang menunggu suaminya hingga pulanglah ia, disapukan mukanya, dihamparkan duduknya atau menyediakan makan minumnya atau memandang ia pada suaminya atau memegang tangannya, memperelokkan hidangan padanya,memelihara anaknya atau memanfaatkan hartanya pada suaminya kerana mencari keridhaan Allah, maka disunatkan baginya akan tiap-tiap kalimah ucapannya,tiap- tiap langkahnya dan setiap pandangannya pada suaminya sebagaimana memerdekakan seorang hamba. Pada hari Qiamat kelak, Allah kurniakan Nur hingga tercengang wanita mukmin semuanya atas kurniaan rahmat itu. Tiada seorang pun yang sampai ke mertabat itu melainkan Nabi-nabi.

34. Tidakkan putus ganjaran dari Allah kepada seorang isteri yang siang dan malamnya menggembirakan suaminya.

35. Wanita yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suaminya melihat isterinya dengan kasih sayang akan di pandang Allah dengan penuh rahmat.

36. Jika wanita melayan suami tanpa khianat akan mendapat pahala 12 tahun sholat.

37. Wanita yang melayan dengan baik suami yang pulang ke rumah di dalam keadaan letih akan medapat pahala jihad.

38. Jika wanita memijat suami tanpa disuruh akan mendapat pahala 7 tola emas dan jika wanita memijat suami bila disuruh akan mendapat pahala tola perak.

39. Dari Hadrat Muaz ra.: Mana-mana wanita yang berdiri atas dua kakinya membakar roti untuk suaminya hingga muka dan tangannya kepanasan oleh api,maka diharamkan muka dan tangannya dari bakaran api neraka.

40. Thabit Al Banani berkata : Seorang wanita dari Bani Israel yang buta sebelah matanya sangat baik khidmatnya kepada suaminya. Apabila ia menghidangkan makanan dihadapan suaminya, dipegangnya pelita sehingga suaminya selesai makan. Pada suatu malam pelitanya kehabisan sumbu, maka diambilnya rambutnya dijadikan sumbu pelita. Pada keesokkannya matanya yang buta telah celik. Allah kurniakan keramat (kemuliaan pada perempuan itu kerana memuliakan dan menghormati suaminya).

41. Pada suatu ketika di Madinah, Rasulullah SAW. keluar mengiringi jenazah. Baginda dapati beberapa orang wanita dalam majlis itu. Baginda lalu bertanya, "Adakah kamu menyembahyangkan mayat ?" Jawab mereka,"Tidak" . Sabda Baginda "Sebaiknya kamu sekalian tidak perlu ziarah dan tidak ada pahala bagi kamu. Tetapi tinggallah di rumah dan berkhidmatlah kepada suami niscaya pahalanya sama dengan ibadat-ibadat orang lelaki.

42. Wanita yang memerah susu binatang dengan "Bismillah" akan didoakan oleh binatang itu dengan doa keberkatan.

43. Wanita yang menguli tepung gandum dengan "Bismillah" , Allah akan berkahkan rezekinya.

44. Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti meyapu lantai di Baitullah.

45. "Wahai Fatimah, untuk setiap wanita yang mengeluarkan peluh ketika membuat roti, Allah akan mejadikan 7 parit diantara dirinya dengan api neraka, jarak diantara parit itu ialah sejauh langit dan bumi."

46. "Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang memintal benang, Allah akan mencatatkan untuknya perbuatan baik sebanyak utus benang yang dibuat dan memadamkan seratus perbuatan jahat."

47. "Wahai Fatimah, untuk setiap wanita yang menganyam akan benang dibuatnya, Allah telah menentukan satu tempat khas untuknya di atas tahta di hari akhirat."

48. "Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang memintal benang dan kemudian dibuat pakaian untuk anak-anaknya maka Allah akan mencatatkan baginya ganjaran sama seperti orang yang memberi makan kepada 1000 orang lapar dan memberi pakaian kepada 1000 orang yang tidak berpakaian."

49. "Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang meminyakkan rambut anaknya,menyikatnya, mencuci pakaian mereka dan mencuci akan diri anaknya itu, Allah akan mencatatkan untuknya pekerjaan baik sebanyak helai rambut mereka dan memadamkan sebanyak itu pula pekerjaan jahat dan menjadikan dirinya kelihatan berseri di mata orang-orang yang memerhatikannya. "

50. Sabda Nabi SAW: "Ya Fatimah barang mana wanita meminyakkan rambut dan janggut suaminya, memotong kumis (misai) dan mengerat kukunya, Allah akan memberi minum akan dia dari sungai-sungai serta diringankan Allah baginya sakaratul maut dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman- taman syurga dan dicatatkan Allah baginya kelepasan dari api neraka dan selamatlah ia melintas Titian ash-Shirat."

51. Jika suami mengajarkan isterinya satu masalah akan mendapat pahala 80 tahun ibadat.

52. Wanita yang menyebabkan suaminya keluar dan berjuang ke jalan Allah dan kemudian menjaga adab rumahtangganya akan masuk syurga 500 tahun lebih awal dari suaminya, akan menjadi ketua 70,000 malaikat dan bidadari dan wanita itu akan dimandikan di dalam syurga, dan menunggu suaminya dengan menunggang kuda yang dibuat dari yaqut.

53. Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat,tetapi Allah akan datang sendiri kepada wanita yang menjaga auratnya iaitu memakai purdah/jilbab di dunia ini dengan istiqamah.

54. Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan ialah wanita (isteri) yang solehah.

55. Sebaik-baik wanita ialah wanita (isteri) yang apabila engkau memandang kepadanya ia menggirangkan engkau, jika engkau memerintah ditaatinya perintah engkau (taat) dan jika engkau berpergian dijaga harta engkau dan dirinya.

56. Dunia yang paling aku sukai ialah wanita solehah.

sumber posting [muhibbun_naqsybandi] Fadhilah Wanita --- T.Fidriansyah fidri@yahoo.com

JURNAL Mengikuti Mawlana Syaikh Hisyam di Jakarta

Nasehat Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani mengenai pentingnya memberi makan kepada fakir miskin, khususnya para Agnia (orang-orang yang diberikan kelebihan harta oleh Allah SWT).
Di Suriah biasanya para Agnia ini memberikan hingga 1500 orang, sementara di Turki hingga 2000 orang.

Mawlana menganjurkan agar kebiasaan ini juga dilaksanakan oleh kita.
Mawlana mengatakan bahwa kita harus mematuhi apa yang diperintahkan oleh para wali Allah. Mereka melakukan itu karena kecintaan mereka terhadap murid-muridnya.
Dan apa yang diperintahkan itu adalah untuk kebaikan murid-muridnya.
Bila kita tidak melaksanakan apa yang dikatakan mereka, bisa jadi hal buruk menimpa mereka dan bila terjadi seperti ini pun, para awliya tetap mendoakan murid-muridnya.
Itulah kecintaan mereka kepada murid.

Dan mawlana pun berpesan kepada kita... JANGAN MARAH!
Karena kemarahan adalah pangkal semua masalah...
Islam berpecah belah karena MARAH
Maka jangan MARAH

Perbanyak shalawat...panggil Rasulullah SAW...
Sehingga Beliau SAW akan menyampaikan pengampunan kepada ALLAh SWT

Indah bertemu guru... walau tak terizinkan memang tangannya..
Indah memandangnya... Ya Allah pertemukan aku dengannya tahun depan

Bertemu guru puyn sudah begitu indah
Sungguh betapa indahnya jika kelak bila bertemu ALLAH SWT dan Rasulullah SWT


----------------
foto terbaru kedatngan MSH di Indonesia
kliksaja
http://haqqaniindonesia.blogspot.com/2008/08/kunjungan-mawlana-syekh-hisyam-kabbani.html

http://photo.haqqanirabbani.asia/index.html

08 Agustus, 2008

THE POWER OF AL-FATIHA

Grandsyeh kita berkata, "FATIHA, surat pertama dari Quran, turun dua kali, sekali di Mekah, dan sekali di Madinah. Apa alasan Allah menurunkan surat ini dua kali?
"Ini karena FATIHA adalah surat yang paling penting dalam Qur'an. Menurut tradisi semua kitab suci terangkum dalam Qur'an, dan semua makna Quran terangkum dalam FATIHA. Oleh karena itu, jika seorang membaca surat FATIHA, ini bagaikan dia telah membaca semua kitab suci dan Quran juga!

"FATIHA berisi Injil, Taurat, Zabur, seratus halaman yang diturunkan sebelum Kitab-kitab Suci, dan seluruh Quran. Oleh karena itu telah diperintahkan untuk membaca FATIHA dalam setiap rakaat pada setiap shalat. Jika seorang membaca Quran tujuh kali, tanpa FATIHA, dia tidak bisa mendapatkan pahala sebagaimana yang diperoleh oleh orang yang membaca FATIHA!
"Allah menurunkan FATIHA pertama kali di Mekah. Bersamanya datanglah Rahmat yang tiada batas. Jibril, yang membawa FATIHA kepada Muhammad (saw), berkata, 'Wahai, Muhammad! Allah yang Maha Kuasa menyampaikan untukmu SalamNya dan mengatakan kepadamu, "Kabar baik untuk FATIHA bahkan sekali dalam hidupnya sudah cukup, dan lebih lagi bagi hamba tersebut!"'

Dia yang membaca FATIHA akan mendapatkan cukup Rahmat dari sekali membaca selama hidupnya. Bahkan bila dia bukan orang beriman, satu kali membaca akan membawanya menuju Iman, mungkin di saat akhir hidupnya. Ini karena keimanan merupakan sifat asli, terlahir bersama orang-orang. Tidak beriman merupakan keadaan sementara yang terjadi sesudahnya, FATIHA akan membawa keyakinan bahkan terhadap seorang pelaku kejahatan.

"Kedua kali FATIHA turun di Madinah. Lagi-lagi ia turun dengan Rahmat yang tiada batas, tapi Rahmat ini tidaklah seperti yang pertama. Rahmat yang kedua bagi FATIHA begitu luas dan dahsyat hingga para malaikat yang membawa Rahmat pertama tidak mampu memikulnya. Allah berkata kepada Muhammad (saw) kedua kalinya, 'Wahai RasulKu! Aku menurunkan kepadamu, dari samudra rahmatKu dalam FATIHA, hanya satu gelombang, satu gelombang saja dari samudra rahmat dalam Kehadirat IlahiahKu! Bila engkau mengetahui seluruh samudra rahmat yang dimiliki oleh FATIHA, engkau tidak akan memerintahkan umatmu untuk beribadah, shalat, atau apapun juga; karena rahmat dari FATIHA tersebut sudah cukup! Namun tak seorangpun tahu betapa luasnya samudra rahmatKu!"

"Gelombang kedua rahmat dari FATIHA ini begitu dahsyatnya hingga bila dibandingkan gelombang pertama yang turun di Mekah (dan darinya seseorang yang membacanya dalam hidupnya sudah cukup), tidak bernilai apa-apa. Allah yang Maha Kuasa berfirman, 'Wahai Muhammad yang tercinta! Jika hamba-hambaKu mengetahui apa yang aku sembunyikan dari mereka dalam samudra rahmatKu mereka akan berkata, "Tidak perlu beribadah apapun." Jika seseorang melakukan sajadah selama hidupnya dia akan mengambil dari samudra tersebut hanya setetes. Namun Allah mengirimkan samudra, bukan tetesan. Dia memberikannya karena Kemurahan hatiNya, bukan karena ibadah seseorang dan terlepas dari kurang beribadahnya orang tersebut. Inilah terjemahan dari ayat, 'Allah yang Maha Kuasa memberikan kehormatan dan kemuliaan tiada batas bagi anak-anak Adam (as).

Jika seseorang mengetahui Tuhannya, Allah yang Maha Kuasa memberikan rahmatNya kepada semua terlepas dari ibadah mereka, dia akan memperoleh adab, tata krama yang baik. Bagaimana bisa dia bangga dengan ibadahnya, ketika shalat selama hidupnya hanya akan membawa satu tetes dibanding dengan apa yang Tuhannya kirimkan dari Kemurahan hati IlahiahNya? Yang paling buruk bagi seorang yaitu berkata, 'Saya orang yang beribadah dengan baik. Saya seorang hamba yang baik, dan yang lain buruk.' Inilah jalan Setan. Ini merupakan pelajaran yang baik untuk orang-orang; janganlah bangga dengan semua shalatmu, puasamu, hajimu, janggut panjang, turban besar. Hal tersebut bagaikan tak bernilai. Lebih banyak Rahmat dari yang kamu peroleh sudah datang, datang juga kepada mereka yang kamu musuhi.
"Dengan mengetahui hal ini menjadikan kita rendah hati. Tak seorangpun dari kita bisa memberi kuasa untuk menempatkan orang di Surga atau Neraka. Allah memberikan tanpa melihat shalat dan ibadah kita. Dia memberikannya sebelum kelahiran kita. Kita tidak perlu melakukan apa-apa, dan demikian kita masih beribadah untuk menujukkan terima kasih, untuk menujukkan tata krama yang baik kepada Tuhan kita. Kita memerlukan rahmatNya. Tanpanya, tak ada nilai.
"Oleh karena itu, kita menyampaikan kabar baik dan kebahagiaan kepada orang-orang. Bila kita berkata kepada orang-orang yang tidak beriman, 'Kamu akan menerima hukuman,' Apakah cinta mereka terhadap Tuhan mereka akan tumbuh? Atau bukankah kabar baik mengenai rahmat Tuhan mereka yang tiada batas untuk mereka hingga membuat hati mereka terbuka! Jadi kita menyampaikan kabar baik kepada orang-orang, bukan membuat mereka takut atau tidak senang. Bila kamu bercerita kepada orang, contohnya, mengenai seorang raja yang baik - begitu banyak toleransi, begitu banyak keadilan, begitu banyak kebaikan dan rahmat - bukankan hati mereka akan terbuka terhadapnya dan pergi mencarinya? Tapi bila kamu bercerita tentang seorang raja yang jahat - sangat sulit, keras, memberikan hukuman, semua penjaranya terisi - akankah orang menyukainya atau membencinya? Allah berkata kepada Musa (as), 'Wahai Musa! Jadikan umatKu agar menyukai Aku!' Inilah perintah Tuhan kita, bukan membenci - menyukai! Oleh karena itu, kita menyampaikan semua kabar baik bagi semua orang, terlepas mereka menerima kepercayaan kita atau tidak. Hal itu tidak penting.
Naqsyabandiyah merupakan salah satu tarekat sufi yang paling luas penyebaran nya, dan terdapat banyak di wilayah Asia Muslim (meskipun sedikit di antara orang-orang Arab) serta Turki, Bosnia-Herzegovina, dan wilayah Volga Ural. Bermula di Bukhara pada akhir abad ke-14, Naqsyabandiyah mulai menyebar ke daerah-daerah tetangga dunia Muslim dalam waktu seratus tahun.

Perluasannya mendapat dorongan baru dengan munculnya cabang Mujaddidiyah, dinamai menurut nama Syekh Ahmad Sirhindi Mujaddidi Alf-i Tsani ("Pembaru Milenium kedua", w. 1624). Pada akhir abad ke-18, nama ini hampir sinonim dengan tarekat tersebut di seluruh Asia Selatan, wilayah Utsmaniyah, dan sebagian besar Asia Tengah. Ciri yang menonjol dari Tarekat Naqsyabandiyah adalah diikutinya syari'at secara ketat, keseriusan dalam beribadah menyebabkan penolakan terhadap musik dan tari, serta lebih mengutamakan berdzikir dalam hati, dan kecenderungannya semakin kuat ke arah keterlibatan dalam politik (meskipun tidak konsisten).

Sejarah
Kebanyakan orang Naqsyabandiyah Mujaddidiyah dalam dua abad ini menelusuri keturunan awal mereka melalui Ghulam Ali (Syekh Abdullah Dihlavi [m. 1824]), karena pada awal abad ke-19 India adalah pusat organisasi dan intelektual utama dari tarekat ini. Khanaqah (pondok) milik Ghulam Ali di Delhi menarik pengikut tidak hanya dari seluruh India, tetapi juga dari Timur Tengah dan Asia Tengah. Hingga kini Khanaqah masih tetap (pernah mengalami masa tidak aktif akibat perampasan Delhi oleh orang Inggris pada tahun 1857). Namun fungsi Pan-Islami-nya sebagian besar diwarisi oleh para wakil dan pengganti Ghulam Ali yang menetap di tempat-tempat lain di Dunia Muslim. Yang terpenting adalah para syekh yang tinggal di Makkah dan Madinah: kedua kota suci ini menyebarkan Tarekat Naqsyabandiyah di banyak tanah Muslim sampai terjadinya penaklukan Hijaz oleh kaum Wahabiyah pada 1925, yang mengakibatkan dilarangnya seluruh aktivitas sufi.

Demikianlah, Muhammad Jan Al-Makki (w. 1852), wakil Ghulam Ali di Makkah, menerima banyak peziarah Turki dan Basykir, yang kemudian mendirikan cabang-cabang baru Naqsyabandiyah di kampung halamannya. Pengganti Ghulam Ali yang pertama di Khanaqah Delhi, Abi Sa'id, melewatkan beberapa waktu di Hijaz untuk menerima pengikut baru. Anak dan pengganti Abu Sa'id, Syekh Ahmad Sa'id, memilih tinggal di Madinah setelah suatu peristiwa besar pada tahun 1857, memindahkan arah Naqsyahbandiyah India ke Hijaz untuk sementara. Ketiga putra Ahmad Sa'id sama-sama memperoleh warisannya: dua orang pergi ke Mekkah dan menarik pengikut dari India serta Turki di sana. Sementara yang ketiga, Muhammad Mazhhar, tetap di Madinah dan mengelola pengikut yang terdiri dari ulama dan pengikut dari India, Turki Daghestan, Kazan, dan Asia Tengah.

Namun, yang paling penting dari pengikut Muhammad Mazhhar adalah seorang Arab, Muhammad Salih al-Zawawi dan murid-muridnya yang tidak merasakan kebencian, yang umumnya ditujukan kepada Ulama Pribumi terhadap orang-orang non Arab dalam masyarakat mereka. Sebagai guru fiqih Syafi'i, dia memiliki akses khusus terhadap orang-orang Indonesia dan orang-orang Melayu yang berkumpul di Hijaz, serta berkat al-Zawawi dan murid-muridnyalah Naqsyabandiyah dikenal secara serius di Asia Tenggara. Di Pontianak di pantai barat Kalimantan, masih terdapat berbagai jejak garis Naqsyabandiyah yang terpancar dari Hijaz ini.

Dorongan yang membawa Naqsyabandiyah ke zaman modern berasal dari pengganti Ghulam Ali yang lainnya. Maulana Khalid al-Bagdhadi (w. 1827). Beliau mempunyai peranan yang penting di dalam perkembangan tarekat ini sehinga keturunan dari para pengikutnya dikenal sebagai kaum Khalidiyah, dan dia kadang-kadang dipandang sebagai "Pemburu" (Mujaddid) Islam pada abad ke-13, sebagaimana Srihindi dipandang sebagai pemburu Milenium kedua. Khalidiyah tidak terlalu berbeda dengan para leluhurnya Mujaddidiyah. Yang baru adalah usaha Maulana Khalid untuk menciptakan tarekat yang terpusat dan disiplin, terfokus pada dirinya pribadi, dengan cara ibadah yang disebut Rabithah ("petautan") atau konsentrasi pada citra Maulana Khalid sebelum berdzikir. Usaha ini selanjutnya terkait dengan sikap politik, aktivitas, yang bertujuan untuk mengamankan supremasi syari'at dalam masyarakat Muslim dan menolak agresi Eropa. Setelah kematian Maulana Khalid, tidak ada kepemimpinan yang terpusat, tetapi sikap politik yang mendasari upaya tersebut tetap hidup.

Lahir di Distrik Syahrazur di Kurdistan Selatan pata 1776, Maulana Khalid melewatkan waktu sekitar satu tahun bersama Ghulam Ali di Delhi sebelum kembali ke kampung halamannya pada 1881 dengan "wewenang lengkap dan mutlak" sebagai wakilnya. Sebelum meninggalkan Delhi, Maulana Khalid memberi tahu gurunya bahwa tujuan utamanya adalah untuk "mencari dunia ini demi agama", dari tiga tempat tinggalnya setelah itu Sulaimaniyah, Bagdad dan Damaskus, beliau mendirikan jaringan 116 wakil, yang masing-masing dengan tanggung jawab yang jelas batas geografisnya. Murid-muridnya mencakup tidak hanya anggota-anggota hierarki agama pemerintahan "Utsmaniyah", tetapi juga sejumlah gubernur provinsi dan tokoh militer yang sangat penting dalam memajukan wibawa Khalidiyah adalah wakil kedua Maulana Khalid di Istambul, Abdul al-Wahhab al-Susi, yang merekrut Makkizada Musthafa Asim, syekh al-Islam masa itu ke dalam tarekat ini. Usaha untuk meraih pengaruh atas kebijakan Utsmaniyah yang disiratkan oleh berbagai upaya ini tidak pernah benar-benar berhasil. Namun, terjadi semacam penyejajaran antara Khalidiyah dengan negara Utsmaniyah pada masa pemeritahan Abdulhamid II, yang berteman dengan Khalidiyah terkemuka di Istambul, Ahmed Ziyauddin Gumushanevi (w. 1893).

Kepentingan Gumushanevi jauh mentransendenkan yang politis: tulisannya yang dimiliki banyak mengenai sufisme pada umumnya dan Naqsyabandiyah pada khususnya, mewakili puncak sastra sufi Utsmaniyah besar yang terakhir. Sebaliknya, Adbulhamid sangat ditentang oleh Syekh Naqsyabandiyah yang menonjol lainnya, Muhamad As'ad dari Ibril wilayah Irak Utara.

Pengaruh Maulana Khalid mungkin paling nampak di kampung halamannya, Kurdistan. Cabang Naqsyabandiyah yang beliau perkenalkan di sana sepenuhnya memudarkan pengaruh "Qadiriyah", yang sebelumnya merupakan tarekat paling menonjol di wilayah Kurdistan, dan memunculkan sejumlah keluarga sebagai pemimpin turunan tarekat itu, serta memegang kepemimpinan dalam urusan negara Kurdistan. Hubungan keturunan Naqsyabandiyah dengan separatisme Kurdistan, dan kemudian nasionalisme, pertama kali terlihat dalam pemberontakan besar Kurdistan 1880 yang dipimpim oleh Ubaidillah dari Syamdinan, yang berhasil membebaskan diri, untuk sementara, sebagian besar orang Kurdistan Iran dari kendali Iran. Keluarga Barzani juga mampu mendominasi ungkapan nasionalisme Irak selama beberapa puluh tahun melalui wibawa Naqsabandiyah yang diwarisinya.

Khalidiyah juga mengakar dengan cepat dan tepat di Daghestan, wilayah pegunungan yang terletak di pertemuan Kaukasus dan Rusia Selatan.Wilayah ini pertama kali diperkenalkan dengan Naqsyabandiyah pada akhir abad ke-18, tetapi kedatangan Khalidiyah yang membuat wilayah itu menjadi daerah Naqsyabandi semasa hidup Maulana Khalid. Penekanan ganda Khalidiyah di Daghestan adalah penggantian hukum-kebiasaan (cotumary law) non Islam menjadi syari'at dan perlawanan terhadap pemerintah Rusia.

Pemimpin Naqsyabandiyah pertama untuk orang Daghestan adalah Ghazi Muhammad, yang meninggal dibunuh oleh orang Rusia pada 1832, dan penggantinya dua tahun kemudian mengalami nasib yang sama. Sebaliknya Syamil, yang kemudian mengambil kepemimpinan gerakan itu, mampu menahan Rusia hingga 159, salah satu perlawanan Muslim terhadap imperialisme Eropa yang terlama dan terkenal. Pengaruh Naqsyabandiyah di Daghestan ternyata sulit dicabut; kaum Naqsyabandiyah aktif dalam pemberontakan 1877 oleh Daghestan dan Chechenia yang berjaya pada rentang waktu antara runtuhnya tsar Rusia dan pembentukan pemerintahan Soviet.Wilayah populasi Muslim lain yang diperintah oleh Rusia yang ternyata menerima Khalidiyah adalah Volga-Ural (sekarang Tatarstan dan Baskira). Wakil Maulana Khalid di Makkah, Abdullah Makki (Erzincani), menerima seorang murid dari Kazan, Fatsullah Menavusi; namun, yang pengaruhnya terbukti menentukan adalah pengikut Ghumushaveni asal Basykar, Syekh Zainullah Rasulev dari Troisk.

Semula Rasulev adalah pengikut garis mujaddidiyah yang pergi ke Bukhara, kemudian mengalihkan kesetiaanya kepada Gumushaveni setelah berkunjung ke Istambul pada 1870. Ketika kembali, dia mempropagandakan Khalidiyah sehingga membangkitkan permusuhan dari para pesaingnya dan menimbulkan kecurigaan dari pihak berwenang Rusia; hal ini mengakibatkan Rasulev dipenjara dan diasingkan. Kemudian bebas lagi pada 1881 dia memperkukuh dan memperkuat pengikutnya sehingga ratusan murid berada di bawah pengaruhnya; mereka tidak hanya tersebar diwilayah Volga-Ural, tetapi juga di Kazakhstan dan Siberia. Tatkala kematian tiba pada 1917, dia disebut sebagai "raja spiritual rakyatnya", dan setelah kematiannya wibawa Rasulev tetap terus bergaung sampai pada periode Soviet: tiga kepala Direktorat Spiritual untuk kaum Muslim Rusia Eropa dan Siberia yang berfungsi di bawah pengawasan Soviet adalah murid-murid Rasulev.Akhirnya, Khalidiyah memastikan pula penanaman pengaruh Naqsyabandiyah secara permanen di dunia Melayu Indonesia.

Abdullah Makki mempunyai murid dari Sumatera yaitu Ismail Minangkabawi. Setelah lama menetap di Makkah, Minangkabawi menetap di Penyengat wilayah kepulauan Riau. Di sana, ia memperoleh kesetiaan dari keluarga pemerintahan, yang sudah mulai diperkenalkan pada Naqsyabandiyah oleh Duta-duta pemerintah yang dikirim dari Madinah oleh Muhammad Mazhhar. Dia juga pergi ke Melayu hingga Kedah, mempropagandakan Khalidiyah ke mana pun ia pergi. Namun usahanya merupakan rintisan, dan digantikan oleh kegiatan dua Khalidiyah yang tinggal di Makkah yaitu Khalil Hamdi Pasya dan Syekh Sulaiman Zuhdi. Kenyataan bahwa kedua orang ini adalah pesaing, saling menuduh bahwa yang lainnya adalah menyimpang dari prinsip Naqsyabandiyah, menyiratkan betapa dunia Melayu Indonesia menjadi sumber pengikut yang kaya untuk Naqsyabandiyah.

Dalam jangka panjang, Sulaiman Zuhdi lebih berhasil dari pada pesaingya, hingga Jabal Abi Qubais di Makkah, tempat dia tinggal, dipandang sebagai sumber seluruh Tarekat Naqsyabandiyah di Asia Tenggara. Di antara murid ini banyak yang mendirikan Khalidiyah di berbagai tempat di Sumatera, Jawa dan Sulawesi, yang paling penting adalah Abdil Wahab Rokan (w. 1926). Beliau dikirim dari Makkah pada tahun 1868 dengan misi untuk menyebarkan Khalidiyah di seluruh Sumatera, dari Aceh sampai Palembang -- misi yang beliau dilaksanakan dengan sukses besar adalah dari pesantrennya di Bab Al-Salam, Lengkat-Tinggal menetap selama tiga tahun di Johor, dan memungkinkan dia untuk memperluas pengaruhnya lebih jauh ke Semenanjung Malaya.

Praktik Naqsyabandiyah di Dunia Melayu Indonesia sejak dini sangat berbeda dengan adanya ritual yang disebut dengan suluk, yakni menyendiri dengan jangka waktu yang berbeda-beda dan sebagian diiringi dengan puasa. Asal usul praktik ini sangat berbeda dengan tradisi Naqsyabandiyah yang tidak diketahui. Putusnya hubungan dengan Makkah akibat penaklukan Hijaz oleh kaum Wahabiyah makin menambah ciri khas bagi kaum Naqsyabandiyah di Melayu Indonesia.

Peran PolitikTidak semua perkembangan formatik yang berkenaan dengan Naqsyabandiyah berkaitan dengan Ghulam Ali Dihlavi dan keturunannya. Salah satu keturunan dari Ahmad Sirhindi didirikan di Syur Bazar di pinggiran Kabul pada pertengahan abad ke-19, dan para anggota cabang ini memainkan peranan penting dalam urusan negara Afghanistan hingga pembentukan negara pasca Komunis pertama pada tahun 1991. Di tempat lain di Asia Tengah, Naqsyabandiyah dari berbagai keturunan menonjol dalam perlawanannya terhapap Rusia dan sesudahnya. Dengan demikian pertahanan Goktepe oleh para Turkmen Akhel-Tekke diarahkan oleh seorang pengikut Naqysabandiyah, yaitu Muhammad Ali Ihsan (Dukchi Ikhsan). Naqsyabandiyah juga memimpin pemberontakan melawan pemerintah Cina di Xinjing pada tahun 1863 dan 1864 dan di Shannxi serta Gunsu antara 1862 dan 1873.

Ciri khas yang ditunjukan oleh kelompok Naqyabandiyah ini sering digambarkan dalam negara modern, terutama di Turki. Namun, di Turkli perlawanan Naqsyabandiyah terhadap sekulerisme selalu bersifat pasif (kecuali pemberontakan Sa'id).

Penggambaran peristiwa Menemen 1931 sebagai konspirasi Naqsyabandiyah yang menyebabkan Syekh Muhammad As'ad (Mehmed Esad) dihukum mati secara adil, sekarang diragukan. Sejumlah pemimpin Naqsyabandiyah menjadi orang penting sebagai guru spiritual dan intelektual: Mahmud Sami Ramazanoglu (w. 1984), pengganti Syekh Muhammad As'ad. Mehmed Zahid Kotku (w.1980), keturunan spiritual dari Gumushanevi bersama penggantinya Esad Gosan (sampai sekarang masih hidup) dan Resit Erol (w. 1994). Kegiatan mengajar para syekh ini beserta syekh lainnya secara alamiah memiliki pengaruh politik, namun cenderung mengarah pada pengintegrasian Naqsyabandiyah ke dalam struktur Republik Turki, dan bukan penolakan terhadap struktur tersebut. Penting dicatat bahwa beberapa pemimpin Naqsyabandiyah hadir secara menonjol di pemakaman Presiden Turki, Turgut Ozal pada 1993.Kaum Naqsyabandiyah dalam jumlah dan kekuatan intelektualnya, tidak dapat digambarkan secara seragam dalam Dunia Islam sekarang ini. Pengaruh mereka mungkin paling kuat di Turki dan wilayah Kurdistan, dan yang paling lemah adalah di Pakistan.

Pada masa pemerintahan Soviet, pengaruh Naqsyabandiyah sangat terasa pada gerakan "Islam bawah tahan" di Kaukasus Asia Tengah. Namun, pada akhirnya pemerintahan Soviet tidak diikuti perkembangan Naqsyabandiyah di permukaan. Berbagai Ritual dan Teknik Spiritual NaqsyabandiyahSeperti tarekat-tarekat yang lain, Tarekat Naqsyabandiyah itu pun mempunyai sejumlah tata-cara peribadatan, teknik spiritual dan ritual tersendiri. Memang dapat juga dikatakan bahwa Tarekat Naqsyabandiyah terdiri atas ibadah, teknik dan ritual, sebab demikianlah makna asal dari istilah thariqah, "jalan" atau "marga". Hanya saja kemudian istilah itu pun mengacu kepada perkumpulan orang-orang yang mengamalkan "jalan" tadi. Naqsyabandiyah, sebagai tarekat terorganisasi, punya sejarah dalam rentangan masa hampir enam abad, dan penyebaran yang secara geografis meliputi tiga benua.

Maka tidaklah mengherankan apabila warna dan tata cara Naqsyabandiyah menunjukkan aneka variasi mengikuti masa dan tempat tumbuhnya. Adaptasi terjadi karena keadaan memang berubah, dan guru-guru yang berbeda telah memberikan penekanan pada aspek yang berbeda dari asas yang sama, serta para pembaharu menghapuskan pola pikir tertentu atau amalan-amalan tertentu dan memperkenalkan sesuatu yang lain. Dalam membaca pembahasan mengenai berbagai pikiran dasar dan ritual berikut, hendaknya selalu diingat bahwa dalam pengamalannya sehari-hari variasinya tidak sedikit.

Asas-asasPenganut Naqsyabandiyah mengenal sebelas asas Thariqah.
Delapan dari asas itu dirumuskan oleh 'Abd al-Khaliq Ghuzdawani, sedangkan sisanya adalah penambahan oleh Baha' al-Din Naqsyaband. Asas-asas ini disebutkan satu per satu dalam banyak risalah, termasuk dalam dua kitab pegangan utama para penganut Khalidiyah, Jami al-'Ushul Fi al-'Auliya. Kitab karya Ahmad Dhiya' al-Din Gumusykhanawi itu dibawa pulang dari Makkah oleh tidak sedikit jamaah haji Indonesia pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Kitab yang satu lagi, yaitu Tanwir al-Qulub oleh Muhammad Amin al-Kurdi dicetak ulang di Singapura dan di Surabaya, dan masih dipakai secara luas. Uraian dalam karya-karya ini sebagian besar mirip dengan uraian Taj al-Din Zakarya ("Kakek" spiritual dari Yusuf Makassar) sebagaimana dikutip Trimingham. Masing-masing asas dikenal dengan namanya dalam bahasa Parsi (bahasa para Khwajagan dan kebanyakan penganut Naqsyabandiyah India).

Asas-asasnya 'Abd al-Khaliq adalah: Hush dar dam: "sadar sewaktu bernafas". Suatu latihan konsentrasi: sufi yang bersangkutan haruslah sadar setiap menarik nafas, menghembuskan nafas, dan ketika berhenti sebentar di antara keduanya. Perhatian pada nafas dalam keadaan sadar akan Allah, memberikan kekuatan spiritual dan membawa orang lebih hampir kepada Allah; lupa atau kurang perhatian berarti kematian spiritual dan membawa orang jauh dari Allah (al-Kurdi).

Nazar bar qadam: "menjaga langkah". Sewaktu berjalan, sang murid haruslah menjaga langkah-langkahnya, sewaktu duduk memandang lurus ke depan, demikianlah agar supaya tujuan-tujuan (ruhani)-nya tidak dikacaukan oleh segala hal di sekelilingnya yang tidak relevan.
Safar dar watan: "melakukan perjalanan di tanah kelahirannya". Melakukan perjalanan batin, yakni meninggalkan segala bentuk ketidaksempurnaannya sebagai manusia menuju kesadaran akan hakikatnya sebagai makhluk yang mulia. [Atau, dengan penafsiran lain: suatu perjalanan fisik, melintasi sekian negeri, untuk mencari mursyid yang sejati, kepada siapa seseorang sepenuhnya pasrah dan dialah yang akan menjadi perantaranya dengan Allah (Gumusykhanawi)].

Khalwat dar anjuman: "sepi di tengah keramaian". Berbagai pengarang memberikan bermacam tafsiran, beberapa dekat pada konsep "innerweltliche Askese" dalam sosiologi agama Max Weber. Khalwat bermakna menyepinya seorang pertapa, anjuman dapat berarti perkumpulan tertentu. Beberapa orang mengartikan asas ini sebagai "menyibukkan diri dengan terus menerus membaca dzikir tanpa memperhatikan hal-hal lainnya bahkan sewaktu berada di tengah keramaian orang"; yang lain mengartikan sebagai perintah untuk turut serta secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat sementara pada waktu yang sama hatinya tetap terpaut kepada Allah saja dan selalu wara'. Keterlibatan banyak kaum Naqsyabandiyah secara aktif dalam politik dilegitimasikan (dan mungkin dirangsang) dengan mengacu kepada asas ini.
Yad kard: "ingat", "menyebut". Terus-menerus mengulangi nama Allah, dzikir tauhid (berisi formula la ilaha illallah), atau formula dzikir lainnya yang diberikan oleh guru seseorang, dalam hati atau dengan lisan. Oleh sebab itu, bagi penganut Naqsyabandiyah, dzikir itu tidak dilakukan sebatas berjamaah ataupun sendirian sehabis shalat, tetapi harus terus-menerus, agar di dalam hati bersemayam kesadaran akan Allah yang permanen.

Baz gasyt: "kembali", " memperbarui". Demi mengendalikan hati supaya tidak condong kepada hal-hal yang menyimpang (melantur), sang murid harus membaca setelah dzikir tauhid atau ketika berhenti sebentar di antara dua nafas, formula ilahi anta maqsudi wa ridlaka mathlubi (Ya Tuhanku, Engkaulah tempatku memohon dan keridlaan-Mulah yang kuharapkan). Sewaktu mengucapkan dzikir, arti dari kalimat ini haruslah senantiasa berada di hati seseorang, untuk mengarahkan perasaannya yang halus kepada Tuhan semata.

Nigah dasyt: "waspada". Yaitu menjaga pikiran dan perasaan terus-menerus sewaktu melakukan dzikir tauhid, untuk mencegah agar pikiran dan perasaan tidak menyimpang dari kesadaran yang tetap akan Tuhan, dan untuk memlihara pikiran dan perilaku seseorang agar sesuai dengan makna kalimat tersebut. Al-Kurdi mengutip seorang guru (anonim): "Kujaga hatiku selama sepuluh hari; kemudian hatiku menjagaku selama dua puluh tahun."
Yad dasyt: "mengingat kembali". Penglihatan yang diberkahi: secara langsung menangkap Zat Allah, yang berbeda dari sifat-sifat dan nama-namanya; mengalami bahwa segalanya berasal dari Allah Yang Esa dan beraneka ragam ciptaan terus berlanjut ke tak berhingga. Penglihatan ini ternyata hanya mungkin dalam keadaan jadzbah: itulah derajat ruhani tertinggi yang bisa dicapai.

Asas-asas Tambahan dari Baha al-Din Naqsyabandi:
Wuquf-i zamani: "memeriksa penggunaan waktu seseorang". Mengamati secara teratur bagaimana seseorang menghabiskan waktunya. (Al-Kurdi menyarankan agar ini dikerjakan setiap dua atau tiga jam). Jika seseorang secara terus-menerus sadar dan tenggelam dalam dzikir, dan melakukan perbuatan terpuji, hendaklah berterimakasih kepada Allah, jika seseorang tidak ada perhatian atau lupa atau melakukan perbuatan berdosa, hendaklah ia meminta ampun kepada-Nya.

Wuquf-i 'adadi: "memeriksa hitungan dzikir seseorang". Dengan hati-hati beberapa kali seseorang mengulangi kalimat dzikir (tanpa pikirannya mengembara ke mana-mana). Dzikir itu diucapkan dalam jumlah hitungan ganjil yang telah ditetapkan sebelumnya.
Wuquf-I qalbi: "menjaga hati tetap terkontrol". Dengan membayangkan hati seseorang (yang di dalamnya secara batin dzikir ditempatkan) berada di hadirat Allah, maka hati itu tidak sadar akan yang lain kecuali Allah, dan dengan demikian perhatian seseorang secara sempurna selaras dengan dzikir dan maknanya. Taj al-Din menganjurkan untuk membayangkan gambar hati dengan nama Allah terukir di atasnya. Zikir dan WiridTeknik dasar Naqsyabandiyah, seperti kebanyakan tarekat lainnya, adalah dzikir yaitu berulang-ulang menyebut nama Tuhan ataupun menyatakan kalimat la ilaha illallah. Tujuan latihan itu ialah untuk mencapai kesadaran akan Tuhan yang lebih langsung dan permanen. Pertama sekali, Tarekat Naqsyabandiyah membedakan dirinya dengan aliran lain dalam hal dzikir yang lazimnya adalah dzikir diam (khafi, "tersembunyi", atau qalbi, " dalam hati"), sebagai lawan dari dzikir keras (dhahri) yang lebih disukai tarekat-tarekat lain. Kedua, jumlah hitungan dzikir yang mesti diamalkan lebih banyak pada Tarekat Naqsyabandiyah daripada kebanyakan tarekat lain.Dzikir dapat dilakukan baik secara berjamaah maupun sendiri-sendiri.

Banyak penganut Naqsyabandiyah lebih sering melakukan dzikir secara sendiri-sendiri, tetapi mereka yang tinggal dekat seseorang syekh cenderung ikut serta secara teratur dalam pertemuan-pertemuan di mana dilakukan dzikir berjamaah. Di banyak tempat pertemuan semacam itu dilakukan dua kali seminggu, pada malam Jum'at dan malam Selasa; di tempat lain dilaksanakan tengah hari sekali seminggu atau dalam selang waktu yang lebih lama lagi.Dua dzikir dasar Naqsyabandiyah, keduanya biasanya diamalkan pada pertemuan yang sama, adalah dzikir ism al-dzat, "mengingat yang Haqiqi" dan dzikir tauhid, " mengingat keesaan". Yang duluan terdiri dari pengucapan asma Allah berulang-ulang dalam hati, ribuan kali (dihitung dengan tasbih), sambil memusatkan perhatian kepada Tuhan semata. Dzikir Tauhid (juga dzikir tahlil atau dzikir nafty wa itsbat) terdiri atas bacaan perlahan disertai dengan pengaturan nafas, kalimat la ilaha illa llah, yang dibayangkan seperti menggambar jalan (garis) melalui tubuh. Bunyi la permulaan digambar dari daerah pusar terus ke hati sampai ke ubun-ubun. Bunyi Ilaha turun ke kanan dan berhenti pada ujung bahu kanan. Di situ, kata berikutnya, illa dimulai dengan turun melewati bidang dada, sampai ke jantung, dan ke arah jantung inilah kata Allah di hujamkan dengan sekuat tenaga. Orang membayangkan jantung itu mendenyutkan nama Allah dan membara, memusnahkan segala kotoran.Variasi lain yang diamalkan oleh para pengikut Naqsyabandiyah yang lebih tinggi tingkatannya adalah dzikir latha'if. Dengan dzikir ini, orang memusatkan kesadarannya (dan membayangkan nama Allah itu bergetar dan memancarkan panas) berturut-turut pada tujuh titik halus pada tubuh. Titik-titik ini, lathifah (jamak latha'if), adalah qalb (hati), terletak selebar dua jari di bawah puting susu kiri; ruh (jiwa), selebar dua jari di atas susu kanan; sirr (nurani terdalam), selebar dua jari di atas putting susu kanan; khafi (kedalaman tersembunyi), dua jari di atas puting susu kanan; akhfa (kedalaman paling tersembunyi), di tengah dada; dan nafs nathiqah (akal budi), di otak belahan pertama. Lathifah ketujuh, kull jasad sebetulnya tidak merupakan titik tetapi luasnya meliputi seluruh tubuh. Bila seseorang telah mencapai tingkat dzikir yang sesuai dengan lathifah terakhir ini, seluruh tubuh akan bergetar dalam nama Tuhan. Konsep latha'if -- dibedakan dari teknik dzikir yang didasarkan padanya -- bukanlah khas Naqsyabandiyah saja tetapi terdapat pada berbagai sistem psikologi mistik. Jumlah latha'if dan nama-namanya bisa berbeda; kebanyakan titik-titik itu disusun berdasarkan kehalusannya dan kaitannya dengan pengembangan spiritual.Ternyata latha'if pun persis serupa dengan cakra dalam teori yoga. Memang, titik-titik itu letaknya berbeda pada tubuh, tetapi peranan dalam psikologi dan teknik meditasi seluruhnya sama saja.Asal-usul ketiga macam dzikir ini sukar untuk ditentukan; dua yang pertama seluruhnya sesuai dengan asas-asas yang diletakkan oleh 'Abd Al-Khaliq Al-Ghujdawani, dan muntik sudah diamalkan sejak pada zamannya, atau bahkan lebih awal. Pengenalan dzikir latha'if umumnya dalam kepustakaan Naqsyabandiyah dihubungkan dengan nama Ahmad Sirhindi. Kelihatannya sudah digunakan dalam Tarekat Kubrawiyah sebelumnya; jika ini benar, maka penganut Naqsyabandiyah di Asia Tengah sebetulnya sudah mengenal teknik tersebut sebelum dilegitimasikan oleh Ahmad Sirhindi.Pembacaan tidaklah berhenti pada dzikir; pembacaan aurad (Indonesia: wirid), meskipun tidak wajib, sangatlah dianjurkan. Aurad merupakan doa-doa pendek atau formula-formula untuk memuja Tuhan dan atau memuji Nabi Muhammad, dan membacanya dalam hitungan sekian kali pada jam-jam yang sudah ditentukan dipercayai akan memperoleh keajaiban, atau paling tidak secara psikologis akan mendatangkan manfaat. Seorang murid dapat saja diberikan wirid khusus untuk dirinya sendiri oleh syekhnya, untuk diamalkan secara rahasia (diam-diam) dan tidak boleh diberitahukan kepada orang lain; atau seseorang dapat memakai kumpulan aurad yang sudah diterbitkan. Naqsyabandiyah tidak mempunyai kumpulan aurad yang unik. Kumpulan-kumpulan yang dibuat kalangan lain bebas saja dipakai; dan kaum Naqsyabandiyah di tempat yang lain dan pada masa yang berbeda memakai aurad yang berbeda-beda. Penganut Naqsyabandiyah di Turki, umpamanya, sering memakai Al-Aurad Al-Fathiyyah, dihimpun oleh Ali Hamadani, seorang sufi yang tidak memiliki persamaan sama sekali dengan kaum Naqsyabandiyah.

Sumber : http://www.sufinews.com/

Tanda - Tanda Ahli Zikir

Seorang hamba ahli zikir bertumpu pada keyakinan yang benar, mendalam, dan mantap kepada Allah SWT sehingga ia senantiasa menjadikan Allah sebagai tumpuan harapan, kerinduan, pertolongan, dan tujuan dari setiap aktivitas dan amal-ibadahnya. Apa pun yang terjadi baginya sama sekali tidak akan mengurangi keyakinannya pada Allah dan bahkan ia akan selalu ridha akan ketentuan-Nya.Seorang hamba ahli zikir akan tercermin pula dari ibadah kesehariannya yang dilakukan secara benar, sungguh-sungguh, dan istiqomah. Berikut ini adalah penjelasan lebih detail dari sebagian tanda-tanda sebagai perwujudan dari seorang hamba ahli zikir yang benar.

a. Ikhlas
Ciri utama dari seorang hamba ahli zikir adalah sangat menjaga keikhlasan dari amalnya, buah dari tingkat keyakinan yang begitu mendalam kepada Allah. Ia yakin bahwa Allah-lah yang menciptakan dirinya, dan hanya Allah-lah yang menguasai segala-galanya temasuk dirinya, masa depannya, hidup dan matinya. Sehingga tujuan hidupnya sangat jelas dan pasti, yaitu menjadikan seluruh aktivitas hidupnya semata-mata sebagai pengabdian kepada Allah SWT. Semuanya dilakukan dalam rangka mengejar kasih sayang, keridhaan, dan indahnya bertatapan dengan Dzat Yang Mahadirindukan, yaitu Allah Azza wa Jalla.Sungguh bagi pribadi seorang hamba ahli zikir akan memancarkan cahaya keikhlasan dari setiap tindakan yang dilakukannya, sangat jauh dari sifat pamrih, rekayasa, popularitas, serta menjaga diri dari sifat tamak akan kedudukan, jabatan, pujian, penghargaan, dan kerinduan balas budi. Kepuasan yang tertanam jauh di lubuk hatinya hanyalah jika amalnya diterima oleh Allah, sehingga baginya cukuplah pandangan dan balasan dari Allah saja

b. Zuhud
Karena sangat yakin akan kebesaran dan keagungan Allah, dan sangat sadar akan kecil dan sangat tiada artinya dunia ini bagi Allah SWT, maka bagi seorang hamba ahli zikir walaupun kesehariannya lekat dengan kesibukan dan gelimang duniawi namun ternyata keadaan duniawinya sangat bersahaja. Sama sekali tidak ada kebanggaan dan cinta terhadap materi, tidak tamak, tidak serakah dan sangat jauh dari bermegah-megahan, atau bahkan bergelimang menikmati kemegahan. Setiap harta duniawi yang dicari dan yang telah dimilikinya selalu diperhitungkan dengan baik agar dapat dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah, serta dapat memberi manfaat yang besar bagi dunia dan akhirat dirinya dan juga orang lain.
Seorang hamba ahli zikir pastilah seorang ahli zuhud, yakni lebih yakin dengan apa yang ada di "tangan" Allah daripada dengan apa yang ada di tangannya. Dengan demikian seorang ahli zikir akan memiliki pribadi yang sangat khas, yakni sangat ringan dan menikmati dalam menafkahkan rezekinya, sangat dermawan, dan tidak mengenal kikir.

c. Berkepribadian tenang dan mantap
Keyakinan yang mendalam terhadap janji-janji Allah yang mustahil dipungkiri-Nya, serta tidak akan pernah meleset walau barang sedikitpun membuat kondisi mental yang sangat mantap dan stabil di dalam menghadapi situasi apa pun. Di dalam lubuk hatinya tertanam keyakinan bahwa hanya Allah-lah satu-satunya pemberi jalan keluar yang Mahaberkuasa atas segala-galanya sehingga mampu mengusir sifat was-was, gelisah, cemas terhadap urusan duniawi yang telah dijanjikan Allah.
Satu-satunya yang membuat gelisah dan cemas dirinya adalah pengingkaran terhadap segala hal yang menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya kepada Allah SWT, juga atas segala nikmat dan amanat yang dikaruniakan-Nya.

d. Waro
Dengan meyakini kemahacermatan serta kemahatelitian Allah SWT terhadap segala hal sehalus apa pun jua, dan juga keyakinan yang mendalam bahwa segala perbuatan pasti akan mendapat balasan. Maka, seorang hamba ahli zikir akan sangat teliti dan berhati-hati dengan segala tindakannya agar benar-benar terbebas dari segala yang diharamkan oleh Allah SWT. Juga dari segala yang subhat (meragukan) sehingga dapat dipastikan segala yang dimiliki dan yang dimakannya benar-benar hallalan thoyiban. Hal ini menjadikan seorang ahli zikir adalah seorang yang sangat terpercaya.

e. Qolbunsalim
Kesadaran bahwa di antara kunci pembuka kedekatan dengan Allah SWT dan keselamatan di dunia dan akhirat kelak adalah menjaga kebeningan hati (qolbun salim), dan ditambah dengan keyakinan bahwa Allah Mahamengamat-amati seluruh makhluk-nya, siang maupun malam, terang ataupun gelap, terang-terangan ataupun tersembunyi, maka akan menjadikan diri seorang ahli zikir senantiasa menjaga kesucian hatinya, tidak pernah mau mengotori hati dengan segala kebusukan, buruk sangka, kedengkian, kebencian, dan kedendaman, atau aneka perasaan rencana buruk lainnya, benar-benar dijaga kecemerlangan kalbunya yang akan tampak terpancar dari segala perilakunya yang tulus, indah, dan mulia.

f. Optimis
Seorang ahli zikir memahami benar bahwa hidup di dunia ini hanya satu kali. Hidup yang satu-satu kalinya ini merupakan ladang berbekal untuk kehidupan di akhirat yang pasti dijalani di kemudian hari. Semudera kehidupan ini disadarinya akan penuh dengan aneka gelombang masalah dan persoalan, namun keyakinan akan pertolongan Allah Yang Mahakuasa atas segalanya membuatnya selalu optimis.
Seorang hamba ahli zikir selalu bersemangat menggebu, pantang mengeluh, pantang putus asa dalam menghadapi pelbagai tantangan, rintangan, dan kesulitan sepelik apa pun masalah yang dihadapi. Sama sekali ia tidak mengenal pesimis karena yang diandalkan bukan kemampuan diri melainkan pertolongan Allah yang Mahadekat dan Mahacepat pertolongan-Nya dan yang tidak terhalangi oleh apa pun dan siapa pun.

g. Energik (penuh semangat menggebu)
Menyadari bahwa umur (waktu) adalah modal yang sangat penting untuk taqorrub (mendekat) kepada Allah yang harus dipertanggungjawabkan. Maka, setiap ahli zikir selalu memperhitungkan pemanfaatan detik demi detik yang dilaluinya dengan mahacermat dan maksimal untuk menjadi ladang pengabdian terbaiknya kpada Allah SWT.
Akhirnya, ia benar-benar menjadi seorang yang terus menerus bergelora semangat juangnya untuk mengisi setiap detik yang dimilikinya dengan amal-amal dan karya terbaiknya. Semua dilakukan dengan niat setulus-tulusnya, tanpa kenal lelah, baginya rezeki terbesarnya adalah ketika dituntun dan diberi kemampuan oleh Allah untuk dapat melakukan amal terbaiknya dengan ikhlas bukan hanya masalah imbalan dan balasan.

h. Tawadhu
Ciri lain yang sangat khas bagi seorang ahli zikir adalah ketawadhuan, yaitu pribadi yang sangat rendah hati (bukan rendah diri), dengan kesadaran penuh bahwa segala apa pun kelebihan atau keutamaan yang ada pada dirinya mutlak adalah milik Allah yang dititipkan sejenak, dan semuanya adalah karunia Allah semata. Maka, baginya tidak ada celah sedikit pun yang dapat menjadikan segala amal, prestasi, atau pujian yang dapat membuatnya menjadi ujub maupn takabur. Dia sangat meyakini hanya Allah-lah satu-satunya yang layak dipuja dan dipuji. Dia sangat sadar bahwa pujian yang ditujukan pada dirinya adalah pertanda bahwa Allah telah menutupi aib dan kekurangannya.

i. Akhlakul Kharimah
Kombinasi perilaku buah dari keyakinan yang mendalam akan terpancar dalam gerak-gerik, tutur kata, pengambilan keputusan, ide-ide dan gagasan, penyelesaian masalah, yang keseluruhannya benar-benar menjadikan ia seorang sosok pribadi yang indah, seimbang, adil, terpercaya penuh kharisma dan wibawa yang berdampak pada segala sikapnya yang memiliki nilai manfaat yang besar baik bagi diri pribadi, bagi umat, bagi dunia, dan akhiratnya.

Subhanallah. Wallahu a'lam.

sumber : http://swaramuslim.net/islam/more.php?id=2415_0_4_0_MKH Abdullah Gymnastiar

06 Agustus, 2008

Kisah Rosulullah dan Anak Perempuan

Kisah ini terjadi di Madinah pada suatu pagi di hari raya Idul Fitri. Rasulullah saw seperti biasanya mengunjungi rumah demi rumah untuk mendoakan para muslimin dan muslimah, mukminin dan mukminah agar merasa bahagia di hari raya itu. Alhamdulillah, semua terlihat merasa gembira dan bahagia, terutama anak-anak. Mereka bermain sambil berlari-lari kesana kemari dengan mengenakan pakaian hari rayanya. Namun tiba-tiba Rasulullah saw melihat di sebuah sudut ada seorang gadis kecil sedang duduk bersedih. Ia memakai pakaian tambal-tambal dan sepatu yang telah usang.

Rasulullah saw lalu bergegas menghampirinya. Gadis kecil itu menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya, lalu menangis tersedu-sedu. Rasulullah saw kemudian meletakkan tangannya yang putih sewangi bunga mawar itu dengan penuh kasih sayang di atas kepala gadis kecil tersebut, lalu bertanya dengan suaranya yang lembut : “Anakku, mengapa kamu menangis? Hari ini adalah hari raya bukan?” Gadis kecil itu terkejut. Tanpa berani mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang bertanya, perlahan-lahan ia menjawab sambil bercerita : “Pada hari raya yang suci ini semua anak menginginkan agar dapat merayakannya bersama orang tuanya dengan berbahagia. Anak-anak bermain dengan riang gembira. Aku lalu teringat pada ayahku, itu sebabnya aku menangis. Ketika itu hari raya terakhir bersamanya. Ia membelikanku sebuah gaun berwarna hijau dan sepatu baru. Waktu itu aku sangat bahagia. Lalu suatu hari ayahku pergi berperang bersama Rasulullah saw. Ia bertarung bersama Rasulullah saw bahu-membahu dan kemudian ia meninggal. Sekarang ayahku tidak ada lagi. Aku telah menjadi seorang anak yatim. Jika aku tidak menangis untuknya, lalu siapa lagi?”

Setelah Rasulullah saw mendengar cerita itu, seketika hatinya diliputi kesedihan yang mendalam. Dengan penuh kasih sayang ia membelai kepala gadis kecil itu sambil berkata: “Anakku, hapuslah air matamu… Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang akan kukatakan kepadamu…. Apakah kamu ingin agar aku menjadi ayahmu? …. Dan apakah kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu…. dan Aisyah menjadi ibumu…. Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini?”

Begitu mendengar kata-kata itu, gadis kecil itu langsung berhenti menangis. Ia memandang dengan penuh takjub orang yang berada tepat di hadapannya. Masya Allah! Benar, ia adalah Rasulullah saw, orang tempat ia baru saja mencurahkan kesedihannya dan menumpahkan segala gundah di hatinya. Gadis yatim kecil itu sangat tertarik pada tawaran Rasulullah saw, namun entah mengapa ia tidak bisa berkata sepatah katapun. Ia hanya dapat menganggukkan kepalanya perlahan sebagai tanda persetujuannya. Gadis yatim kecil itu lalu bergandengan tangan dengan Rasulullah saw menuju ke rumah. Hatinya begitu diliputi kebahagiaan yang sulit untuk dilukiskan, karena ia diperbolehkan menggenggam tangan Rasulullah saw yang lembut seperti sutra itu.

Sesampainya di rumah, wajah dan kedua tangan gadis kecil itu lalu dibersihkan dan rambutnya disisir. Semua memperlakukannya dengan penuh kasih sayang. Gadis kecil itu lalu dipakaikan gaun yang indah dan diberikan makanan, juga uang saku untuk hari raya. Lalu ia diantar keluar, agar dapat bermain bersama anak-anak lainnya. Anak-anak lain merasa iri pada gadis kecil dengan gaun yang indah dan wajah yang berseri-seri itu. Mereka merasa keheranan, lalu bertanya :

“Gadis kecil, apa yang telah terjadi? Mengapa kamu terlihat sangat gembira?”

Sambil menunjukkan gaun baru dan uang sakunya gadis kecil itu menjawab :

“Akhirnya aku memiliki seorang ayah! Di dunia ini, tidak ada yang bisa menandinginya! Siapa yang tidak bahagia memiliki seorang ayah seperti Rasulullah? Aku juga kini memiliki seorang ibu, namanya Aisyah, yang hatinya begitu mulia. Juga seorang kakak perempuan, namanya Fatimah. Ia menyisir rambutku dan mengenakanku gaun yang indah ini. Aku merasa sangat bahagia, dan ingin rasanya aku memeluk seluruh dunia beserta isinya.”

Rasulullah saw bersabda : ”Siapa yang memakaikan seorang anak pakaian yang indah dan mendandaninya pada hari raya, maka Allah SWT akan mendandani/menghias inya pada hari Kiamat. Allah SWT mencintai terutama setiap rumah, yang di dalamnya memelihara anak yatim dan banyak membagi-bagikan hadiah. Barangsiapa yang memelihara anak yatim dan melindunginya, maka ia akan bersamaku di surga.”

Frankfurt am Main, 18 Oktober 2006

vitasarasi at yahoo dot com

Judul Asli “Wie der Prophet ein waises Maedchen zum Fest gluecklich machte”, diterjemahkan dari buku “Ich erlerne meine Religion: Die fuenf Saeulen des Islam”, Asim dan Muerside Uysal, terjemahan dalam bahasa Jerman oleh Marianne Zaric, Istanbul.

~ untuk adik asuhku, bobi yang akan masuk smp, dengan penuh perjuangan, sahabat2 dan kakak2 yang menjadi ayah dan ibu untukmu, membantumu dengan meneladani Rasulnya..



Posting mailist yakubromdoni@yahoo.com